Search
Search
Close this search box.

Kemasan Produk Dinilai Penting, Akademisi Polnes: Media Komunikasi dengan Konsumen

Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Kemasan tidak hanya berfungsi sebagai pelindung produk. Kemasan juga bisa menjadi media informasi untuk pendekatan identitas kepada konsumen.

Pembahasan tentang desain kemasan tak bisa dipisahkan dengan kebutuhan konsumen. Karena itu pula produk makanan dapat menghasilkan kemasan baru yang berbeda setiap tahun.

Akademisi Program Studi Desain Produk Politeknik Negeri (Polnes) Samarinda Royke Vincentius mengatakan bahwa kemasan produk bisa juga dikaitkan dengan sejarah setiap negara sehingga menjadi media komunikasi dan identitas.

Advertisements

“Identitas itu modal kita berbicara dengan masyarakat dunia melalui sebuah kemasan produk,” ucap Royke, Jumat (24/2/2023).

Ia menyampaikan hal itu dalam kegiatan Polnes di Samarinda Design Hub. Kampus tersebut menggelar Forum Group Discussion bertajuk Identitas Lokal Samarinda dalam Kemasan Produk dan Perkembangan Samarinda dalam Bingkai Sejarah.

Dosen Desain Produk Polnes dan pembicara di kegiatan ini Andi Farid mengatakan bahwa pemerintah telah menetapkan ibu kota negara di Kalimantan Timur.

Kata dia, Samarinda akan terkena dampak pemindahan IKN. Ibu kota provinsi ini akan menjadi tujuan wisata.

“Tentunya mereka perlu sesuatu yang bisa menjadi oleh-oleh. Maka dari itu, kemasan khas Samarinda sebagai identitas produk kita,” ucap Andi.

Kegiatan ini dilaksanakan di Samarinda Design Hub. Jumlah pesertanya 30 orang. Mereka berasal dari organisasi mahasiswa, ASN, pelaku UMKM, dan praktisi pendidikan.

Selain diadakan secara luring, kegiatan ini juga diadakan secara daring melalui live streaming Instagram.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai cara mengemas untuk dapat memberikan identitas kepada sebuah produk melalui kemasan.

Fajar Alam, pembicara dalam kegiatan tersebut, menambahkan bahwa kegiatan pada 24 Februari 2023 ini menarik karena merupakan bagian dari upaya untuk lebih mengenal dan memahami karakter atau identitas Kota Samarinda yang kemudian diwujudkan dalam bentuk kemasan produk asal Kota Samarinda.

Kata dia, Samarinda memiliki jejak panjang aktivitas wilayah, yang mulanya ketika Sultan Kutai Kertanegara memberikan suaka kepada rombongan dari Sulawesi untuk tinggal di wilayah di selatan Sungai Mahakam dan sejak awal dikenal sebagai wilayah Samarinda, pada kisaran tahun 1668.

Dalam perkembangannya, mulanya wilayah yang disebut Samarinda hanya berada di selatan Sungai Mahakam sejauh sekitar 50 kilometer dari muara sungai/delta Mahakam.

“(Kemudian) berkembang jadi wilayah lebih luas hingga meliputi sisi utara Sungai Mahakam hingga beberapa kilometer ke sisi hilir dan hulunya,” jelas anggota Tim Ahli Cagar Budaya Kota Samarinda yang juga dosen S1 Teknik Geologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur ini.

Perkembangan Samarinda yang dinamis, sambung dia, seperti industri perkayuan, pertambangan, jasa perekonomian, pendidikan dan kesehatan berikut ragam pendukungnya membentuk sejumlah identitas kota. “Beberapa di antaranya kemudian lestari, ditetapkan sebagai cagar budaya dan menjadi penguat pilihan identitas kota,” pungkasnya. (*)

Penulis: Nadya Fazira

Editor: Ufqil Mubin

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT