Kukar, beritaalternatif.com – Siti Atifah merupakan istri kelima dari Aji Buhari. Dari buah cinta keduanya, lahirlah 11 orang anak. Empat orang di antaranya meninggal dunia, sehingga hanya tujuh orang yang sampai saat ini hidup dan tumbuh menjadi orang-orang yang “berhasil” meniti karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Secara keseluruhan, dengan istri-istrinya yang lain, Buhari memiliki anak yang berjumlah 48 orang. Lima orang istri dan puluhan anaknya tersebut dihidupi serta dibesarkan dari penghasilannya sebagai PNS.
Aji Ali Husni merupakan anak terakhir dari pasangan Buhari dan Atika. Bila dihitung dengan anak-anak dari pasangan lainnya, Ali adalah anak ke-47 dari keseluruhan anak Buhari.
Kala Ali dilahirkan, Buhari telah purnatugas sebagai PNS, sehingga ia hanya menerima gaji sebagai pensiunan “mantan pelayan masyarakat” di pemerintahan daerah. Karenanya, pendapatan Buhari pun tergolong kecil dibandingkan PNS yang masih aktif bekerja. Saat itu, ia hanya menerima gaji pensiun Rp 170 ribu per bulan.
Kondisi yang demikian membuat kehidupan Atifah beserta anak-anaknya hidup dengan penuh kekurangan. Tetapi dia tidak berdiam diri. Saban hari ia bangkit dari tidurnya pukul 02.00 dini hari untuk membuat kue. Kemudian pada pagi hari kue tersebut dijualnya dari rumah-rumah warga serta pegawai kantor pemerintahan.
Sementara pada sore hari, Atifah membuat gorengan, yang juga dijual kepada warga Tenggarong. “Bahkan saya sendiri sempat bantu ibu berjualan. Terus kakak-kakak saya bantu ibu memasak dan lain sebagainya,” kenang Ali, Rabu (30/3/2022) sore.
Perputaran waktu serta perguliran siang dan malam dilewati oleh Atifah dan anak-anaknya dengan aktivitas yang sama setiap hari: berjualan dari pagi hingga malam.
Anak-anaknya yang kian besar serta membutuhkan biaya untuk sekolah dan kebutuhan sehari-hari yang kian membengkak mendorong Atifah mencari pendapatan tambahan. Dia pun berjualan pakaian, sepadu, serta sandal di Samarinda dan Tenggarong.
Di sela-sela bekerja, Atifah juga tak lelah mendidik anak-anaknya dengan kemandirian dan kerja keras. “Karena hidup kami begitu susah, pada saat SD itu juga saya bekerja. Saya disuruh memelihara bebek,” ungkapnya.
Tanggung Jawab Sang Ibu
Ali menjadikan ibunya sebagai inspirasi karena sang ibu adalah pribadi yang sangat bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Atifah membesarkan tujuh orang buah hatinya dengan penuh cinta dan kerja keras.
Ia tidak pernah mengeluhkan kehidupannya kepada anak-anaknya, meski sejatinya Atifah harus menghabiskan seluruh waktunya dengan penuh kekurangan. Dia menjawab tantangan hidupnya dengan tanggung jawab melalui kerja keras yang tidak pernah lelah. Atifah pun tidak pernah menyimpan kata “mengeluh” dalam kamus kehidupannya selama puluhan tahun mendidik dan membesarkan anak-anaknya.
Kerja keras Atifah berbuah manis. Tujuh orang anaknya bisa menempuh pendidikan hingga menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan sebagian di antaranya dapat mengenyam pendidikan sampai magister.
“Ibu saya itu tidurnya hanya beberapa jam. Beliau seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dan pekerja keras. Karena itu, saya menjadikan beliau sebagai inspirasi kehidupan,” ucap Ali.
Atifah pun mengajarkan anak-anaknya untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu, baik dalam pekerjaan maupun sebagai kepala atau ibu rumah tangga. Pengajaran dan pendidikan terhadap nilai luhur tersebut tak semata disampaikannya lewat lisan, tetapi ditunjukkannya melalui tindakan nyata.
“Motivasi dan semangat yang ditunjukkan oleh orang tua saya ini luar biasa. Artinya, semangat untuk bertanggung jawab terhadap keluarga itu tinggi. Tanggung jawab terhadap anak-anak. Anak-anaknya disekolahkan sampai jenjang tertinggi. Itu yang menjadi kekuatan saya sendiri,” ucap Ali.
Bila dibandingkan dengan kehidupan orang tuanya, Ali mengaku tingkat kesejahteraan saat ini sudah jauh lebih baik. Jika dulu ibunya harus berjualan kue dari rumah ke rumah warga dengan berjalan kaki, saat ini sudah tersedia kendaraan berupa sepeda, motor, dan mobil untuk menjalankan tugasnya sehari-hari.
Karena itu, Ali mengambil pelajaran dari kehidupan ibunya. Kehidupan di era ini yang penuh dengan dukungan fasilitas dan perangkat mendorongnya untuk memanfaatkannya untuk menjalankan pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
“Kalau sekarang kan enak. Itu yang membuat saya termotivasi. Beliau saja dulu mampu, masa saya sekarang enggak mampu? Itu motivasi saya bekerja,” tegasnya.
Selain tanggung jawab, dalam setiap tugas dan amanah, Atifah mengajarkan anak-anaknya tentang kejujuran. “Kejujuran jangan diabaikan. Seperti itu beliau berpesan,” katanya.
Dua prinsip hidup tersebut, yakni tanggung jawab dan kejujuran, telah mengantarkan Ali dan enam orang saudaranya sebagai PNS. Atifah terlebih dahulu dipanggil Allah Swt pada tahun 2009, sebelum melihat Ali dilantik sebagai Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada tahun 2022.
Motivasi Jadi PNS
Ali memang memiliki orang tua yang berlatar belakang PNS. Ayahnya adalah seorang pensiunan abdi negara. Karena itu, kedua orang tuanya pun mendorongnya menjadi PNS.
“Kemudian di zaman dulu memang pekerjaan yang lain itu agak susah untuk mencarinya. Makanya setelah lulus kuliah, orang tua selalu mengarahkan pada PNS,” ungkapnya.
Selain itu, di erat 1990-an, pilihan pekerjaan di Kukar masih sangat minim. Hal ini sangat berbeda dengan sekarang, di mana setiap orang dapat dengan mudah mencari pekerjaan di internet serta beragam bahan bacaan lain yang tersedia dengan sangat melimpah. Peluang kerja pun terbuka lebar di berbagai bidang.
Meski Buhari pernah menjadi PNS, namun ia bukanlah “orang yang beruntung” dari segi karier dan jabatan di pemerintahan. Walau begitu, orang tuanya tetap mendorong Ali menjadi PNS.
“Akhirnya karena latar belakang orang tua saya PNS, saya diarahkan menjadi honorer. Kemudian menjadi PNS seperti sekarang ini,” jelasnya.
Perjalanan Karier
Ali mengawali kariernya sebagai honorer sejak tahun 1995 hingga 1998 di Kantor Camat Tenggarong. Selama tiga tahun bekerja sebagai honorer di kantor tersebut, ia ditugaskan sebagai anggota Ketertiban Umum (Tibum). “Tugas saya setiap malam itu saya ikut keliling-keliling,” ungkapnya.
Saat menjadi honorer, Ali mengikuti tes PNS sebanyak tiga kali. Dua di antaranya tidak berhasil mengantarkannya sebagai PNS. Pada 1998, garis nasib membawanya menggapai mimpi tersebut.
Setelah resmi menjadi PNS, Ali ditempatkan di Bagian Pemerintahan Desa dan Kelurahan. Kantornya di Sekretariat Kutai Kartanegara, yang kini menjadi kompleks Kantor Bupati Kukar.
Selama perjalanan kariernya, penugasan di kantor itulah yang paling lama dilaluinya. Ia ditugaskan di bagian pelayanan tersebut selama 12 tahun.
Kemudian, Ali dipindahkan ke Badan Perizinan Terpadu dan Pelayanan Satu Pintu (PTSP) serta Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengarusutamaan Gender Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak masing-masing selama dua tahun.
Selanjutnya, ia menjadi Kasi Fasilitasi Penyelenggaraan Organisasi Kemasyarakatan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kukar selama lima bulan.
Lalu, dia ditugaskan sebagai Kasubid Pengelolaan Daya Tarik Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kukar selama enam tahun. Di dinas tersebut, ia mengelola delapan objek wisata. “Dari delapan objek wisata yang dikelola itu, enam di antaranya memiliki potensi PAD,” bebernya.
Terakhir, Ali mendapatkan promosi sebagai Kepala Bidang (Kabid) Kewirausahaan Pemuda dan Kepramukaan Dispora Kukar. Di jabatan tersebut, ia menjalani tugas selama tiga tahun.
“Kemarin saya ikut Selter (Seleksi Terbuka) posisi sekarang. Kemudian saya terpilih sebagai Kepala Dinas,” jelasnya.
Tak Berhenti Belajar
Ali mengaku mendapatkan banyak pengalaman selama berkarier di PNS. Saat ditugaskan di Bagian Pemerintahan Desa dan Kelurahan, ia bertemu dengan perangkat desa dan kelurahan dari kepala desa, kepala adat, hingga ketua RT.
Di situ pula dia mendapatkan pemahaman dan pengalaman terkait sistem birokrasi dari yang paling bawah. “Artinya, perkembangan demi perkembangan itu saya ikut terus,” jelasnya.
Kata Ali, berkarier di birokrasi pemerintahan sebagai PNS memang berat. Namun, ia mengaku menjalankan semua tugasnya sesuai dengan prinsip-prinsip birokrasi dan aturan yang berlaku.
“Kemudian, saya belajar bekerja dari beberapa pimpinan,” ucapnya.
Bekerja di pemerintahan dinilainya berat kala menggapai karier dari satu jenjang ke jenjang lainnya. Apalagi dari Kabid ke kepala dinas. Prosesnya tergolong berat. Ia harus menjalani seleksi dari satu tahapan ke tahapan lain.
“Kalau dulu kan diangkat. Sampai waktunya di jabatan itu, bisa langsung naik ke jabatan yang di atasnya. Kalau sekarang harus melalui proses panjang,” jelasnya.
Dari satu dinas ke dinas lain, Ali selalu ditempatkan di posisi pelayanan masyarakat. Dari Kantor Camat hingga Dispora Kukar, ia mendapatkan tugas di bagian yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat.
“Sampai saat ini saya tidak pernah merasa pekerjaan itu menjadi beban bagi saya. Pekerjaan itu saya jalani saja dengan kemampuan yang saya miliki,” katanya.
Jika merasa kurang tahu dengan tugas yang diembannya, Ali tidak segan-segan bertanya kepada siapa pun, hatta kepada bawahannya. Bahkan, saat menjabat sebagai Kepala Dispora Kukar, dia kerap bertanya kepada para pembantunya.
“Saya banyak bertanya dengan teman-teman di bawah yang memang membidangi bidang itu. Saya harus banyak menggali untuk mengetahui segala sesuatu,” ucapnya.
Ia juga mengaku tidak memilih pekerjaan. Berat ataupun ringan tugas yang dibebankan kepadanya, Ali akan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab.
Prinsip ini membuatnya diberikan berbagai tugas yang bahkan berada di luar kemampuannya oleh para pimpinannya di sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Kukar.
“Tapi itu pelajaran tersendiri bagi saya. Artinya, saya tidak pernah menyerah dan saya selalu ingin melakukan segala sesuatu,” ujarnya.
Dua Tokoh Panutan
Selama menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), Ali mendapatkan banyak inspirasi dari mantan Kepala Disbudpar Kukar yang kini menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) Kaltim, Sri Wahyuni.
Sri dinilainya sebagai pribadi yang memiliki tanggung jawab tinggi, pintar, cerdas, dan mudah bergaul. Dari sekian banyak sifat dan karakter tersebut, Ali mengatakan, Sri layak dijadikan contoh dalam mengemban tugas dan amanah.
Selama bertahun-tahun bertugas di lingkungan Pemkab Kukar, Ali kerap dikader dan dididik oleh Sri. Pengaderan yang didapatkannya meliputi kompetensi berbicara, penguasaan terhadap masalah, dan cara menggapai tujuan di pemerintahan daerah.
Selain itu, dia juga diajarkan cara merencanakan, mengevaluasi, dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan yang berlaku. “Itu saya dapatkan dari beliau,” katanya.
Selain Sri, dia mendapatkan inspirasi dari Bupati Kukar, Edi Damansyah. Sejak Edi menjabat sebagai Kasi Pemerintahan, Ali mengaku sudah mengenal mantan Sekda Kukar tersebut.
Ia menilai Bupati Kukar sebagai pribadi yang suka bekerja keras dan mantan birokrat yang memiliki prinsip yang kokoh dalam menjalankan segala sesuatu sesuai aturan yang berlaku. “Kita susah mau ini mau itu. Pendirian beliau cukup kokoh,” sebutnya.
Dia juga menilai Bupati Edi sebagai tokoh yang memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan tugas di pemerintahan daerah.
Selain itu, kata Ali, mantan Wakil Bupati Kukar tersebut merupakan pribadi yang konsisten memenuhi janjinya kepada masyarakat. Bupati pun dikenalnya sebagai tokoh mengedepankan prinsip melayani daripada dilayani.
“Kita diberikan amanah untuk bekerja dan melayani, bukan kita yang dilayani. Seperti itu yang beliau arahkan kepada kami. Itu komitmen beliau,” ucapnya.
Aktif Berorganisasi dan Berolahraga
Ali mencalonkan diri sebagai Kepala Dispora Kukar karena ingin melewati proses dan jenjang karier sebagai abdi negara. Dalam karier ASN, jabatan Kabid memang memungkinkan untuk mencalonkan diri sebagai kepala dinas. Kata dia, karier tertinggi bagi PNS di daerah adalah Sekda.
“Dalam usia saya seperti sekarang ini, saya tertantang mampu atau enggak saya ikut calon sebagai kepala dinas,” ujarnya.
Selain termotivasi meningkatkan jenjang karier, Ali juga mengaku sebagai pribadi yang dekat dengan dunia olahraga dan kepemudaan. Selama bertahun-tahun, ia sudah aktif di Pramuka. Dia juga aktif di beberapa organisasi kepemudaan dan kepramukaan.
Kala duduk di bangku SD, ia rajin mengikuti aktivitas olahraga, bahkan dia pernah mengikuti Pekan Olahraga Pelajar Tingkat Provinsi Kaltim. “Saya bergelut di olahraga itu memang dari dulu,” ujarnya.
Secara pribadi, setiap pekan Ali berolahraga sendiri maupun bersama anak-anak dan kerabat terdekatnya. Sejak usia belia, Ali telah menggeluti olahraga takraw dan sepak bola, hingga yang teranyar olahraga futsal dan bulu tangkis. Rutinitas lain, saat ini ia kerap bersepeda. “Sekarang rutinitas paling tinggi itu bersepeda,” ungkapnya.
Tantangan Menggapai Mimpi
Ali mengatakan, proses mencapai jabatan Kepala Dispora Kukar dimulai dari pengumpulan pendaftaran berkas administratif. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan seleksi terbuka.
Lalu, Tim Selter akan menilai kepangkatan, masa kerja, pendidikan, dan golongan pangkat. Jabatan terakhirnya sebagai Kabid memang memberikannya peluang untuk menggapai jenjang karier sebagai Kepala Dispora Kukar.
Tahapan berikutnya yakni asesmen, tes kesehatan, tes psikologi, penulisan dan pemaparan makalah. Dalam proses penyampaian makalah, setiap calon akan dinilai visinya dalam membawa dan menjalankan program Dispora Kukar di masa depan.
“Diskusi makalahnya dengan para panelis atau Tim Selter yang diketuai oleh Profesor Iskandar,” ungkapnya.
Tim Selter juga meminta data calon Kepala Dispora Kukar. Kemudian mereka menanyakan data-data pendukung yang menguatkan pandangan para calon terkait berbagai program dan visi mereka untuk dinas tersebut.
Prinsipnya, calon kepala dinas dituntut untuk menguasai semua persoalan yang berkaitan dengan Dispora Kukar, termasuk dasar dari setiap kebijakan yang akan diambil saat menjabat sebagai pimpinan di dinas tersebut.
“Jadi, proses itu yang dilalui dan diikuti. Sampai akhirnya tiga besar. Setelah tiga besar, itu dikembalikan ke Bapak Bupati untuk memilihnya,” pungkas Ali. (*)
Penulis: Ufqil Mubin