Search

Kesabaran Hizbullah sedang Diuji Jelang Pemakaman Sayyid Hassan Nasrallah

Potret mendiang Sayyid Hassan Nasrallah. (Alinea.id)

Oleh: Dr. Muhsin Labib*

Setelah agesi Israel terhadap Lebanon yang secara khusus menyasar wilayah-wilayah yang dihuni pendukung Hizbullah dan terbunuhnya Sayyid Hassan Nasrallah (SHN) serta para petinggi Hizbullah, para politisi anti resistensi, termasuk Perdana Menteri Nawaf Salam memojokkan dan mengucilkan Hizbullah karena mengira kekuatan militernya berkurang dan kesolidan para pendukung melemah.

Aksi penolakan pendaratan pesawat sipil Iran yang mengangkut para warga Lebanon oleh otoritas bandara Beirut menunjukkan adanya:

Advertisements

Pertama, tekanan internasional. Pemerintah Lebanon seringkali berada di bawah tekanan dari negara-negara seperti AS, Prancis, dan Arab Saudi, yang menganggap Hizbullah sebagai ancaman.

Kedua, politik identitas. Sebagian kelompok di Lebanon, terutama yang beraliran anti-Syiah atau pro-Barat, melihat Hizbullah sebagai rival politik dan ideologis.

Mereka lupa akan sejarah panjang perjuangan kelompok ini dalam mempertahankan kedaulatan dan martabat Lebanon. Salah satu momen penting yang tak boleh dilupakan adalah ketika Hizbullah menunjukkan kekuatannya dengan menguasai Bandara Internasional Beirut pada tahun 2008. Ini bukan sekadar aksi militer, tapi juga pesan tegas bahwa Hizbullah adalah kekuatan yang tidak bisa diabaikan dalam politik dan keamanan Lebanon.

Pada tahun 2008, pemerintah Lebanon yang didukung oleh AS dan sekutunya mencoba untuk melucuti jaringan komunikasi Hizbullah, yang dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas negara. Hizbullah menanggapi tindakan ini dengan gerakan cepat dan strategis, termasuk menguasai Bandara Internasional Beirut dan wilayah-wilayah strategis lainnya. Aksi ini bukan hanya menunjukkan kekuatan militer Hizbullah, tapi juga kemampuannya untuk memobilisasi sumber daya dan dukungan rakyat.

Hizbullah membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan militer dan logistik yang mumpuni, bahkan mampu menguasai infrastruktur vital seperti bandara.

Aksi ini juga menunjukkan bahwa Hizbullah memiliki dukungan luas dari masyarakat, terutama di kalangan Syiah Lebanon, yang melihat Hizbullah sebagai pelindung mereka.

Hizbullah mengirim pesan tegas bahwa upaya untuk melucuti atau mengucilkan mereka akan menghadapi perlawanan sengit.

Akankah Hizbullah membungkam mulut para politisi pengecut dengan sebuah aksi mengejutkan lagi? Nampaknya 23 Februari 2025 akan menjadi momentum pembuktian.

Sekretaris Jenderal Hizbullah Syekh Naim Qosim (SNQ) mengumumkan pada hari Minggu bahwa tanggal 23 Februari akan menjadi tanggal pemakaman mendiang pendahulunya, SHN, di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut.

Di bawah slogan “Kami berkomitmen pada perjanjian,” Hizbullah memberikan sentuhan akhir pada upacara pemakaman SHN dan SHS, pada pukul satu siang pada hari Minggu, 23 Februari, di Stadion Olahraga Camille Chamoun.

Dalam konferensi pers, Ali Zahir, ketua panitia menegaskan, “Tanggal 23 Februari akan membuat sejarah baru kemenangan darah atas pedang.”

Prosesi pemakaman di dalam Sports City Square yang akan dihadiri oleh utusan 79 negara ini akan berlangsung sekitar 65 menit, termasuk pidato Sekretaris Jenderal Hizbullah SNQ dan doa pemakaman, sebelum prosesi peti jenazah kedua syahid agung berangkat dengan kendaraan khusus menuju tempat pemakaman di jalan bandara untuk SHN. (*Cendekiawan Muslim)

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
Advertisements
Advertisements
INDEKS BERITA