Beritaalternatif.com – Mengapa sebagian keturunan Tionghoa relatif kaya dibandingkan orang-orang Indonesia pada umumnya? Pertanyaan ini kerap muncul di publik Tanah Air. Deddy Corbuzier, seorang youtuber ternama di Indonesia, menyampaikan lima jawaban atas pertanyaan tersebut.
Dia mengatakan, pertanyaan yang bersifat pernyataan tersebut sejatinya tak sepenuhnya benar. Pasalnya, pada umumnya orang-orang terkaya di sebuah negara dipenuhi oleh mereka yang disebut sebagai “orang-orang pribumi”.
“Tapi kalau kita mengukur secara sedikit kenapa lebih banyak yang kaya orang-orang Tionghoa, mungkin karena jumlahnya lebih sedikit. Mungkin juga karena mereka basic-nya adalah pendatang, jadi mereka harus kerja keras,” jelas Deddy sebagaimana dikutip dari laman YouTube pribadinya, Sabtu (21/5/2022) sore.
Ia menjelaskan, terdapat lima ajaran penting yang diajarkan keturunan Tionghoa kepada anak-anak mereka. Hal ini bisa jadi sebagai kunci kesuksesan dan kekayaan mereka di masa yang akan datang.
Pertama, persentase simpanan. Keturunan Tionghoa dibiasakan menabung sejak dini. Mereka terbiasa menyimpan di atas 50 persen dari penghasilan tetap mereka.
“Kalau misalkan Anda mendapatkan Rp 3 juta per bulan, Anda dibiasakan menabung Rp 1,5 juta dan lu harus hidup dengan Rp 1,5 juta itu. Entah bagaimana, pokoknya lu harus hidup,” tegasnya.
“Jadi, tabungan lu semakin banyak. Jadi, kita dibiasakan menabung itu 50 persen sampai 60 persen dari penghasilan kita. Ending-nya, kalau suatu saat kita butuh sesuatu, kita enggak bingung karena kita sudah punya tabungan yang sudah kita siapkan,” lanjutnya.
Kedua, untung sedikit tidak masalah. Keturunan Tionghoa dibiasakan untuk bekerja keras. Mereka tidak perhitungan dengan pekerjaan. Mereka juga bekerja semaksimal mungkin sehingga mendapatkan banyak uang.
“Kita tu suka dengan hal-hal kecil. Untung dikit enggak apa-apa. Tetapi kuantitasnya banyak. Sedangkan kalau tidak, mereka biasanya maunya untung besar. Kita enggak seperti itu,” terangnya.
Ketiga, membeli barang murah. Keturunan Tionghoa dibiasakan untuk tidak membeli barang-barang yang tak mampu mereka beli. Sehingga tak heran bila ada dari mereka yang memakai mobil yang relatif murah, padahal kekayaan mereka relatif melimpah.
“Itu bukan karena mereka enggak mampu. Tetapi karena mereka membeli barang murah. Sedangkan sisanya mereka simpan. Jadi, mereka tidak dibiasakan membeli barang-barang yang mewah di luar kemampuan mereka,” terangnya.
“Mereka justru menyimpan uang untuk masa depan. Mereka enggak mau susah di masa depan. Keep the money. Mereka tidak terbiasa membeli barang yang mewah kalau mereka belum benar-benar mampu,” lanjutnya.
Keempat, haram memiliki utang. Keturunan Tionghoa “diharamkan” mempunyai utang. Mereka hanya berutang pada saat benar-benar membutuhkannya.
Kata Deddy, apabila seseorang sudah terbiasa berutang, perlahan-lahan utangnya akan kian menggunung. Karenanya, setiap hari ia hanya akan fokus untuk “menggali lubang tutup lubang”.
“Kecuali lu sakit, masuk rumah sakit, enggak punya duit, aku enggak bisa makan dan minum susu, dan lu butuh duit, beli obat, untuk rumah sakit, dan lain sebagainya, lu boleh utang,” urainya.
“Tetapi kalau lu utang cuma buat beli mobil atau baju baru, Anda diharamkan untuk berutang. Jadi, dengan tidak berutang, menabung dengan banyak. Of course, kita melihat mereka lebih mapan,” bebernya.
Kelima, investasi. Mereka diajarkan untuk berinvestasi sejak kecil. Apabila keturunan Tionghoa memiliki uang, mereka akan menggunakannya untuk membeli rumah, tanah, atau emas.
“Kenapa? Hal-hal seperti ini bisa membantu Anda ketika di masa depan Anda punya masalah. Jadi, Anda enggak akan punya masalah dan enggak akan susah ketika Anda punya investasi,” ungkapnya. (*)