Jakarta, beritaalternatif.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat di wilayah Jawa dan Bali demi menekan penyebaran virus corona yang melonjak tajam belakangan ini. PPKM darurat berlaku mulai 3 Juli sampai 20 Juli 2021.
Selama PPKM mikro diterapkan, ruang gerak masyarakat akan jauh lebih terbatas dibandingkan hari biasanya. Mal ditutup, sedangkan restoran hanya bisa melayani pesan antar atau take away.
Selain itu, seluruh tempat ibadah ditutup, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring, dan perkantoran di sektor non-esensial wajib menerapkan bekerja dari rumah (Work From Home/WFH) 100 persen.
Namun, pemerintah memberikan kelonggaran untuk beberapa sektor usaha. Perkantoran di sektor esensial diizinkan untuk menerapkan WFH 50 persen dan sektor kritikal bisa beroperasi normal dari kantor 100 persen.
Sejumlah pihak dari pengusaha hingga ekonom menilai PPKM darurat akan berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau minimal ada tambahan jumlah karyawan yang dirumahkan. Pasalnya, proses produksi akan berkurang karena permintaan turun.
Masyarakat agaknya memang harus siap pada kemungkinan terburuk akibat kebijakan itu. Minimal, mereka harus siap-siap jika ada pemotongan atau penundaan pembayaran gaji, dan pembayaran gaji dicicil jika perusahaan tempatnya bekerja terdampak atas penerapan PPKM darurat.
Lantas, bagaimana cara agar keuangan tetap sehat selama PPKM darurat diterapkan? Pertama, kurangi pengeluaran konsumtif. Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning, Lusiana Darmawan mengatakan, masyarakat sebaiknya mengurangi pengeluaran yang tidak penting atau bersifat konsumtif. Dana tersebut bisa digunakan untuk membeli berbagai vitamin untuk menjaga tubuh tetap prima.
“Utamakan kesehatan. Kurangi pengeluaran konsumtif dan dialokasikan untuk pengeluaran kesehatan, seperti vitamin, makanan sehat,” ucap Lusiana baru-baru ini.
Senada, Perencana Keuangan Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, menyarankan masyarakat mengubah gaya hidup. Salah satunya, pangkas belanja yang tidak bersifat mendesak.
“Harus lebih cermat. Tidak ada yang tahu sampai kapan gelombang kedua Covid-19,” ujar Andy.
Masyarakat, sambung dia, harus mengutamakan pembayaran rutin rumah tangga seperti listrik, biaya anak sekolah, dan air. Jika belum menikah, masyarakat bisa mengutamakan kewajibannya, seperti membayar utang dan keperluan lain.
“Jadi, prioritas tidak jajan dulu, misalnya bayar listrik saja dulu, bayar biaya anak sekolah,” imbuh Andy.
Kedua, cek dana darurat. Lusiana mengatakan, masyarakat harus cek dana darurat secara berkala. Tak masalah bila masyarakat terpaksa menggunakan dana darurat di masa PPKM.
“Kalau gara-gara PPKM darurat pemasukan terdampak, bisa jadi harus menggunakan dana darurat, tidak apa-apa,” ujar Lusiana.
Namun, ia mengingatkan masyarakat untuk mengembalikan dana darurat yang terpakai di masa PPKM darurat ke rekening semula. Hal ini bisa dilakukan ketika pemasukan kembali normal dan pekerjaan mulai stabil.
“Pas kondisi pulih, bisa top up lagi dana daruratnya,” kata Lusiana.
Sementara itu, Andy mengatakan, masyarakat yang gajinya masih dibayar penuh dan tak terkena dampak dari PPKM darurat harus tetap rutin menyetor gaji ke rekening dana darurat. Menurutnya, masyarakat tak perlu menambah alokasi, tapi yang penting rutin.
“Alokasi dana yang biasanya digunakan untuk jajan sekarang dikurangi jajannya. Bisa juga masuk ke dana darurat,” terang Andy.
Namun, menambahkan alokasi dana darurat tidak wajib. Hal ini bergantung kondisi keuangan dan kebutuhan masing-masing orang.
“Yang penting rutin. Bukan langsung harus naik nih. Jadi, 20 persen jadi 30 persen. Berpikirnya, daripada jajan terus uang habis, ada baiknya ditabung. Nanti terkumpul dapat banyak. Tapi tidak perlu dari awal harus nambah sekian,” jelasnya.
Ketiga, cek proteksi kesehatan. Lusiana menjelaskan, masyarakat harus punya proteksi kesehatan. Hal ini bisa asuransi kesehatan mandiri atau BPJS Kesehatan.
“Di tengah situasi seperti sekarang, waspada terhadap kondisi kesehatan sendiri dan keluarga,” ungkap Lusiana.
Hal ini harus diperhatikan betul. Masalahnya, kalau sakit tetapi tak punya proteksi kesehatan, maka akan mengganggu kondisi keuangan.
Keempat, cari peluang bisnis. Andy mengatakan, masyarakat bisa mencari peluang usaha baru di tengah lonjakan Covid-19. Misalnya, mencari bisnis yang bisa memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan selama PPKM darurat diterapkan.
“Berjualan lewat daring. Promosi lewat WhatsApp. Orang kan tetap belanja,” kata Andy.
Bisnis sampingan ini juga bentuk antisipasi masyarakat jika terkena PHK atau gaji dipotong karena perusahaan tempatnya bekerja tak mampu bertahan di tengah lonjakan Covid-19.
“Segera cari akal bagaimana pendapatan tetap terjaga,” pungkas Andy. (cnnindonesia/ln)
Sumber: Cara Jaga Dompet Tetap Sehat di Masa PPKM Darura