Search
Search
Close this search box.

Kisah Suid Saidi dan Kecintaannya terhadap Dunia Pendidikan

Dekan FKIP Unikarta, Suid Saidi. (Istimewa)
Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Suid Saidi merupakan sosok yang lahir di sebuah desa kecil bernama Batukerbuy, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur pada 31 Desember 1965.

Kelahirannya berdekatan dengan momentum perayaan tahun baru. Mungkin ini juga yang menjadi tanda akan jalan hidup luar biasa yang akan dilaluinya di masa depan.

Semua hal yang didapatkannya saat ini berkat jasa dari kedua orang tuanya. Sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara, Suid tinggal bersama sang ibunda setelah perceraian orang tuanya ketika dia masih kecil.

Advertisements

Meski kurang mendapatkan kasih sayang dari sang ayah, ia kecil masih akrab dengan sosok ayahnya.

Ibundanya seorang pedagang. Mereka pun menggantungkan hidup dari hasil penjualan bumbu-bumbu dapur dari warung ke warung. Dengan hidup penuh kesederhanaan tersebut, Suid kecil sering kali dianggap remeh dan sebelah mata oleh orang-orang di sekitarnya selama menempuh pendidikan.

Sikap skeptis orang-orang tidak ia ambil pusing. Hal itu justru menjadi motivasi baginya untuk bisa terus membuktikan agar dapat melanjutkan pendidikannya.

Pendidikan dan Karir

Suid memulai pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar Negeri di Pamekasan dan lulus pada tahun 1979. Kemudian melanjutkan pendidikan formalnya ke Sekolah Menengah Pertama Negeri Waru Pamekasan yang berada di Kabupaten Pamekasan dan lulus tepat waktu pada 1982. Setelah itu, ia kembali melanjutkan pendidikan ke kota, tepatnya di SLTA Negeri dan lulus pada tahun 1985.

Setelah lulus, Suid merantau ke Kalimantan Timur pada 1986 dan bekerja sebagai buruh lepas hingga menjadi buruh tetap di sebuah perusahaan di Jahab bernama Hasfarm. Saat itu gajinya masih Rp 1.500. Selagi bekerja ia juga mulai melanjutkan pendidikannya di Pendidikan Guru Sekolah Menengah Tinggi Pertama Negeri dan lulus pada tahun 1988.

Kemudian, Suid mendapatkan tawaran untuk menjadi guru SMP, namun di antara 62 teman seangkatannya ia bersama dua orang lainnya memilih untuk tidak menerima tawaran tersebut.

Dia memang sudah memantapkan hatinya sejak dari kampung halamannya untuk terus melanjutkan pendidikannya. Universitas Kutai Kartanegera (Unikarta) kemudian menjadi tujuan barunya. Ia memilih jurusan Teknologi Pendidikan sebagai wadah baginya untuk kembali belajar.

Selagi melanjutkan pendidikan strata satunya, Suid juga bekerja sebagai pengajar di SMA Negeri 2 Tenggarong. Pada tahun 1991, dia berhasil mendapatkan SK honorer. Menariknya, selama mengajar dengan status sebagai tenaga honorer, Suid justru memiliki jam mengajar yang lebih banyak. Hal ini merupakan bagian dari kesenangannya dalam hal mengajar.

Dia menikmati perannya sebagai pengajar. Mata pelajaran tata negara, sejarah, hingga seni pun diajarkannya di kelas. Hal ini terus berlanjut sampai ia lulus dari perguruan tinggi pada tahun 1993.

Setelah lulus, Suid kembali menjadi pengajar. Dia kemudian mengambil peran sebagai dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unikarta. Meski begitu, dia tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai guru honorer di SMA Negeri 2 Tenggarong.

Dalam beberapa semester, Suid diberi kepercayaan untuk mengemban tugas sebagai Wakil Dekan III. Setelah menyelesaikan satu periode jabatannya, ia kembali diangkat menjadi Wakil Dekan II selama satu periode. Ia juga diberi kepercayaan untuk menjadi Plt Dekan FKIP Unikarta. Setelahnya, Suid melanjutkan karirnya sebagai Wakil Dekan I.

Dia menganggap kepercayaan atas jabatan yang diembannya ini bukanlah bagian dari ambisinya, namun sebagai bagian dari rasa senangnya dan pengabdiannya dalam mengajar dan membagikan ilmu pengetahuannya kepada para mahasiswa dan pelajar, sehingga semua hal yang dilaluinya tidak disertai beban, namun perasaan gembira.

Dalam perjalanannya setelah satu periode menduduki kursi Wakil Dekan I, saat itu terjadi pemilihan calon wakil rektor. Pada tahun 2009 terdapat sekitar 7 orang yang menjadi salah satu calon, Suid termasuk calon yang diusung oleh dekan saat itu.

Dalam rangkaian tes menuju posisi wakil rektor, dia dihadapkan pada pertanyaan yang diajukan oleh rektor saat itu: bagaimana langkah yang akan diambilnya untuk menghadapi berbagai masalah yang terjadi di kampus?

Ia merasa bahwa dalam lembaga besar seperti perguruan tinggi, konflik tentu saja tidak bisa dihindari dan kemungkinan besar akan terus terjadi. Selain cara-cara seperti mencari solusi untuk menyelesaikan masalah dengan diskusi dan komunikasi, Suid menyampaikan, ada cara lain yang pernah dipelajarinya dan didapatkannya dari pengalamannya sebagai koordinator BK di SMA Negeri 2 Tenggarong: melakukan alih tangan kasus. Bentuknya, menyerahkan kepada jajaran yang lebih tinggi dan memiliki kompetensi dalam menghadapi masalah tersebut.

Melalui berbagai rangkaian tes tersebut, Suid kembali memantapkan posisinya dengan meraih jabatan sebagai Wakil Rektor III. Hal ini menambahkan satu dari sekian banyak prestasi yang diukirnya selama berkarir di dunia kampus.

Sebelum mencapai posisinya saat ini, Suid pernah menjabat sebagai kepala sekolah di SMA Kosgoro selama dua periode. Begitu banyak jejak karir yang diembannya, namun dia tetap konsisten dalam pengabdiannya terhadap dunia pendidikan.

Sebelum menduduki posisi sebagai Dekan FKIP Unikarta, Suid juga pernah mendapatkan tanggung jawab sebagai kepala Perpustakaan Pusat Unikarta selama kurang lebih dua tahun sebelum akhirnya diusung sebagai dekan.

Selama kepemimpinannya sebagai Kepala Perpustakaan Pusat Unikarta, Suid mengakomodasi berbagai biaya yang didapatkan perpustakaan, termasuk biaya operasional. Perbaikan hingga peningkatan kualitas perpustakaan menjadi bagian dari pekerjaannya.

Pada tahun 1991, ia mengajar di SMA Negeri 2 Tenggarong. Sampai saat ini pun Suid masih menjadi bagian dari keluarga besar sekolah tersebut. Bukan lagi sebagai pengajar, namun sebagai Ketua Komite. Tugas tersebut telah dilakoninya selama tiga periode.

Pada umumnya, untuk menjadi Ketua Komite dalam suatu lembaga pendidikan, orang tersebut adalah wali murid dari anak yang bersekolah di sekolah yang sama. Namun, dalam undang-undang tidak diatur haruslah mereka sebagai wali murid, tetapi mereka yang peduli terhadap pendidikan. Barangkali, itulah yang membuat Suid diberikan kepercayaan untuk mengemban posisi tersebut hingga terpilih selama tiga periode.

Saat menjadi Ketua Komite, ia mengumpulkan anggota-anggota komite dan melakukan pertemuan untuk membicarakan perihal pembangunan masjid.

Saat ini, SMA Negeri 2 Tenggarong memang sudah memiliki masjid sendiri yang berada di area sekolah. Suid menginginkan masjid yang bisa dijadikan sebagai wadah persinggahan serta dapat digunakan oleh orang-orang yang sedang berada di jalan.

Selain itu, dalam perjalanan karirnya, Suid pernah menjabat sebagai Ketua Umum Alumni FKIP Unikarta selama dua periode.

Ia juga aktif menjadi narasumber di berbagai kegiatan dan kesempatan, termasuk narasumber internasional di Universitas Mulawarman Samarinda hingga narasumber internasional di Universitas Negeri Solo. Saat ini ia sedang mengusulkan diri sebagai guru besar.

Suid sama sekali tidak merasa keberatan. Panggilan sebagai ketua komite ataupun sebagai tenaga pengajar selalu diterimanya dengan senang hati. Hal ini dilakukannya karena ia bersungguh-sungguh menyukai dunia pendidikan.

“Ketika saya diberikan jabatan, yang saya pikirkan pertama bukan berapa keuntungan yang harus saya terima, tapi bagaimana pekerjaan saya bisa diterima orang banyak,” katanya. (*)

Penulis: Hanna

Editor: Ufqil Mubin

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements

BERITA ALTERNATIF

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA