Search
Search
Close this search box.

Tantangan dan Hambatan Klinik WPM Kukar dalam Menciptakan 2.500 Wirausaha Baru

Listen to this article

Kukar, beritaalternatif.com – Pandemi Covid-19 mempengaruhi pembinaan dan pengembangan wirausaha muda di bawah naungan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Kepala Bidang Kepemudaan dan Kewirausahaan Dispora Kukar, Aji Ali Husni mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19 melanda Kukar, dalam setiap kelas pihaknya melatih 40 orang calon wirausaha muda.

Pada tahun 2020-2021, jumlah peserta dipangkas menjadi 20 orang per kelas. Hal ini merujuk pada Protokol Kesehatan (Prokes) yang diatur Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar.

Advertisements

“Artinya, berkurang dari jumlah pesertanya saja. Tetapi untuk volume kegiatan-kegiatannya tetap kita lakukan,” ungkap Ali kepada beritaalternatif.com saat ditemui di kantornya, Kamis (17/2/2022) siang.

Selain melakukan pelatihan dengan mengumpulkan para peserta dalam bentuk kelas langsung, pihaknya juga melaksanakan counseling home dengan cara mendatangi para pengusaha muda di tempat usaha mereka.

Program ini diadakan demi menjawab berbagai halangan dari pelaku usaha yang tak dapat mengikuti secara langsung pelatihan yang diselenggarakan Klinik Wirausaha Pemuda Mandiri (WPM) Kukar.

Sebelum perwakilan Dispora Kukar mendatangi pelaku usaha, mereka harus terlebih dahulu mengajukan permohonan konsultasi dan pembinaan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tersebut.

“Kita datang ke pelaku usaha dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Kemudian di situ sharing dengan para pelaku usaha,” jelasnya.

Sementara di Klinik WPM Kukar, Ali menjelaskan, pihaknya membuka kesempatan untuk para pelaku usaha muda untuk berkonsultasi dengan tim Klinik WPM setiap hari Selasa dan Kamis.

Sama dengan kegiatan pelatihan lain, jumlah peserta dalam kegiatan konsultasi itu juga dibatasi demi mengikuti Prokes. Kuantitas kegiatannya pun dikurangi. “Tetapi seluruh aktivitas yang kita lakukan tetap berjalan,” bebernya.

Promosi dan Pembinaan

Ali mengungkapkan, selain mengadakan counseling home, Klinik WPM Kukar juga mengadakan promosi produk usaha para peserta yang dibina lembaga tersebut dalam kegiatan Ekspo Sanga-Sanga.

Dalam kegiatan tersebut, Klinik WPM Kukar mempromosikan dan menjual produk para pelaku usaha. Pihaknya pun membuka stand untuk menjajakan berbagai produk. Langkah ini bertujuan membantu mereka agar tak kehilangan semangat berwirausaha di masa pandemi Covid-19. “Di situ kita libatkan mereka,” jelasnya.

Ekspo tahun lalu di Sanga-Sanga merupakan pameran ketiga yang diikuti Klinik WPM Kukar. Terakhir, kegiatan yang sama diadakan di awal tahun ini. Pihaknya mendapatkan dua stand. Satu stand untuk pelaku usaha yang dibina Klinik WPM Kukar. Kemudian satunya digunakan lembaga tersebut untuk berjualan dan mempromosikan produk.

Kata Ali, Klinik WPM Kukar juga membuka layanan konseling dan latihan untuk para pelaku usaha muda di Kukar. Mereka pun dilatih untuk memotret produk yang kemudian dipromosikan di platform digital.

Selama dua tahun terakhir, pihaknya mengikutkan 12 orang dalam setiap ekspo di Sanga-Sanga tersebut. Dalam setiap kegiatan ekspo, Klinik WPM Kukar hanya mewajibkan wirausaha muda membawa produk dan berjualan di stand.

Pihaknya juga memberikan uang saku kepada peserta sebagai ganti uang bensin. Klinik WPM Kukar pun memberikan uang saku kepada setiap pelaku usaha yang diikutsertakan dalam ekspo tersebut. “Mereka murni gratis selama kegiatan itu. Mereka langsung jualan,” jelasnya.

Dalam ekspo tahun ini, Klinik WPM Kukar menerima omzet Rp 1 juta per hari. Hingga kegiatan berakhir, pihaknya mendapatkan Rp 11 juta.

Dalam pameran itu, selain pelaku usaha yang memiliki produk di sektor usaha pada umumnya, Klinik WPM Kukar juga mengikutsertakan pelaku usaha yang bergerak di sektor industri olahraga tradisional.

Pada tahun sebelumnya, mereka tidak pernah ikut serta dalam ekspo itu. Akhirnya, tahun ini mereka terlibat aktif menjual produk mereka selama penyelenggaraan ekspor tersebut. Mereka yang ikut dalam promosi dan penjualan produk di ekspo ini berasal dari pelaku usaha yang menjual gasing dan ketapel.

“Mereka sudah bikin alat olahraganya. Kayak gasing dan ketapel. Kita bantu jualkan di lokasi. Itu pengembangan kita tahun ini,” bebernya.

Pengembangan wirausaha muda juga menyasar pemuda disabilitas. Pada tahun 2019-2020, Klinik WPM Kukar hanya menargetkan para “pemuda normal”. Tahun lalu, kelompok tersebut dijadikan bagian dari peserta yang mengikuti pembinaan dan pelatihan kewirausahaan dari Dispora Kukar.

Kata Ali, kelompok disabilitas sejatinya memiliki kemampuan berwirausaha. Hanya saja selama ini potensi mereka belum tergali karena tak pernah mendapatkan pelatihan.

Pada tahun 2021, Klinik WPM Kukar melakukan pendataan. Bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kukar. Selain memanfaatkan data yang tersedia, pihaknya juga mendata pemuda disabilitas secara langsung di desa-desa.

Dalam proses pendataan, Klinik WPM Kukar juga bekerja sama dengan camat dan kepala desa setempat. Setelah mendapatkan data, Ali menyebutkan, pihaknya kemudian memanggil para pemuda disabilitas tersebut.

“Memang kemarin hambatannya karena jumlah peserta kita terbatas. Jadi, kita hanya panggil 20 orang. Insyaallah tahun ini kita lakukan lagi. Setiap tahun kami melakukan pelatihan. Kami akan selalu undang pemuda disabilitas,” bebernya.

Bina Ribuan Wirausaha Muda

Sejak berdiri tahun 2019, Klinik WPM Kukar telah membina sekitar 1.700 orang pemuda. Mereka dibina secara langsung dan intens melalui pelatihan dan pembinaan berkelanjutan serta membangun komunikasi secara rutin dengan Klinik WPM Kukar.

Jumlah tersebut, ungkap Ali, tidak termasuk mereka yang mengikuti counseling home. Para pemuda yang dibina Klinik WPM Kukar ini tersebar di sejumlah kecamatan seperti Muara Jawa, Muara Badak, Sebulu, dan Muara Muntai.

“Di Muara Muntai itu baru kita bina kemarin. Kan di situ mulai menjamur kafe-kafe. Penjualan di situ mulai muncul, kita hadir di situ untuk memberikan pelatihan. Kemarin ada pelatihan satu kelas di Muara Muntai,” terang Ali.

Dia mengakui bahwa para pemuda yang terlibat dalam pembinaan tersebut terpusat di Kecamatan Tenggarong. Di ibu kota kabupaten ini pun masih banyak pengusaha muda yang belum terlibat dalam pelatihan dan pembinaan dari lembaga tersebut.

Ali pun menargetkan agar ke depan kegiatan pelatihan dapat menyasar semua wirausaha muda di Kecamatan Loa Kulu, Loa Janan, Tabang, Kembang Janggut, Kota Bangun, Kenohan, Samboja, Sebulu, dan beberapa kecamatan yang belum “memiliki perwakilan” dalam pelatihan dan pembinaan kewirausahaan dari Klinik WPM Kukar.

“Tapi kita pelan-pelan terus menambah kapasitas pelatihan. Mudah-mudahan kondisi kita semakin normal,” harapnya.

Ia mengungkapkan, ribuan peserta yang dilatih dan dibina Klinik WPM Kukar bergerak di berbagai bidang usaha, seperti jasa laundry, kuliner, warung pulsa, kado bucket, hingga penjual pentol. “Memang sekarang di semua aspek usaha anak-anak muda itu sudah masuk di situ,” katanya.

Klinik WPM Kukar juga melakukan pelatihan pemasaran produk di platform digital. Para pelatih memperkenalkan cara memasarkan produk di market place. Saat ini, sebagian pelaku usaha yang dilatih di lembaga tersebut telah memasarkan produk mereka di “pasar-pasar digital” yang dimiliki pengusaha dalam negeri dan mancanegara.

Selama pandemi, latihan digital marketing dilakukan secara daring. Klinik WPM Kukar mengarahkan peserta untuk berkomunikasi secara langsung dengan narasumber, baik lewat WhatsApp (WA) maupun Zoom Meeting.

Ada juga yang dilakukan secara langsung lewat counseling home. Konsultasi pemasaran digital ini menargetkan para pelaku usaha muda yang memiliki “kesibukan tingkat tinggi”, seperti pagi hingga siang kuliah serta sore sampai malam berjualan.

“Kita yang datang untuk melaksanakan counseling home. Kemarin kita sudah datang ke Samboja, Anggana, dan Muara Muntai,” bebernya.

Sumber Dana Klinik WPM

Ali mengakui bahwa Dispora Kukar memiliki anggaran yang sangat terbatas selama tiga tahun terakhir. Musababnya, sebagian besar anggaran OPD di Kukar dialihkan untuk menanggulangi pandemi Covid-19.

Namun, “para penggerak” Klinik WPM Kukar tak berdiam diri. Mereka melihat sumber-sumber anggaran lain yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kegiatan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan.

Sejumlah kepala desa di Kukar, kata Ali, berinisiatif menghadirkan pelatih dan narasumber dari Klinik WPM Kukar untuk mengisi kegiatan latihan kewirausahaan. Salah satu kepala desa yang melibatkan klinik tersebut adalah Kepala Desa Jonggon.

Pemimpin desa itu memanfaatkan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk membiayai kegiatan pelatihan kewirausahaan. Perwakilan Klinik WPM Kukar pun mengisi kegiatan selama sehari terkait motivasi kewirausahaan.

“Tahun ini ada latihan lanjutan. Pelatihan dasarnya itu motivasi untuk para pemuda yang belum memiliki usaha atau ada usaha tapi belum berkembang,” jelasnya.

Pada tahapan selanjutnya, tim Klinik WPM Kukar akan melaksanakan latihan dasar kewirausahaan. Latihan ini akan menyasar para pelaku usaha yang kebingungan memasarkan produk mereka.

Selama pendampingan, para pengusaha muda itu akan didorong untuk mengembangkan usaha mereka. Kemudian, setelah berkembang, anak-anak muda tersebut diminta untuk membuka cabang usaha.

“Jadi, ada tiga tahapan yang kita lakukan. Kita tidak sembarangan. Kita lihat dulu audiensnya maunya apa. Kita pelajari dulu. Jadi, nanti kita sesuaikan dengan pelatihannya,” jelas Ali.

Sementara di Kecamatan Muara Muntai, pembiayaan untuk kegiatan pelatihan kewirausahaan bersumber dari dana aspirasi wakil rakyat yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) tersebut. Anggota dewan memperjuangkan dan menganggarkan untuk kegiatan pelatihan, kemudian Klinik WPM Kukar dilibatkan untuk melatih para pemuda di kecamatan tersebut.

Ia menyimpulkan bahwa Klinik WPM Kukar tak terpaku dengan anggaran dari Dispora Kukar. Pasalnya, OPD tersebut memiliki anggaran kegiatan yang sangat kecil, apalagi selama pandemi Covid-19. “Dari 2020 sampai sekarang anggaran di Dispora itu hampir tidak ada. Yang ada itu kita hanya menggunakan dana-dana aspirasi,” ungkapnya.

Karena itu, Ali melakukan pendekatan dengan kepala desa, anggota dewan, serta perusahaan-perusahaan yang memiliki dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membiayai kegiatan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan di Kukar.

Dalam pelatihan tersebut, pihaknya melibatkan lembaga pendidikan khusus, Al Rahman Samarinda, serta akademisi dari Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong.

Selain itu, keahlian pelatih akan disesuaikan dengan minat para pengusaha muda yang terlibat dalam pelatihan. Misalnya usaha mereka di bidang perikanan, maka Klinik WPM Kukar akan menghadirkan ahli-ahli di bidang tersebut.

Bila WPM Kukar melatih para peserta di bidang digital, maka pihaknya mendatangkan ahli digital seperti media sosial dan market place.

Ali menyebutkan bahwa pihaknya juga mengedepankan kesuksesan usaha (success story) para pembicara dan pelatih yang dihadirkan dalam pelatihan serta pembinaan tersebut.

“Dia yang sudah berhasil kita bina, berkembang, banyak hal yang sudah dia lalui, dia yang jadi narasumber lagi. Dari cerita suksesnya bisa menjadi motivasi juga,” katanya.

Menurutnya, kesuksesan pembicara dan pelatih dalam menjalankan usaha bisa dijadikan contoh oleh para peserta. Sebab, dunia kewirausahaan tak melulu teori karena terdapat hal-hal yang tidak terdapat dalam teori, tetapi dialami oleh para pengusaha saat menjalankan usaha mereka.

Ia mencontohkan pelaku usaha bucket yang pernah dibina Klinik WPM Kukar. Saat membuka usaha tersebut, pelakunya banyak mendapatkan teori dan motivasi terkait kewirausahaan. Dalam perjalanannya, terdapat banyak hal yang tak didapatkannya di teori usaha, namun dia mengalaminya saat menjalankan dan mengembangkan usahanya.

Hal ini pula yang mendasari Ali dan timnya kerap berbincang serta berdiskusi dengan para pembicara dan pelatih di Klinik WPM Kukar. Evaluasi pun kerap dilakukan untuk menyempurnakan berbagai kekurangan dalam pelatihan, pembinaan, dan kursus untuk para peserta.

Kelas Khusus

Ali mengungkapkan, Klinik WPM Kukar memiliki program pelatihan untuk kelas khusus. Pesertanya berjumlah 25 orang. Mereka dibina sebelum memiliki usaha hingga usaha mereka berkembang.

Dalam pelatihan tahun depan, pihaknya mendapatkan empat kelas untuk pembinaan kelas khusus. Sebagian peserta yang bergabung dalam kelas khusus itu pun kelasnya akan ditingkatkan. “Dalam kelas itu, kami menambah ilmu dan materi-materi baru,” jelas Ali.

Kelas khusus tersebut, sambung dia, hanya untuk mereka yang telah berhasil membangun usaha mereka. Bahkan, sebagian dari para pengusaha muda itu telah mendirikan cabang usaha. Selain berjualan secara langsung, para pengusaha muda ini juga mempromosikan produk mereka di market place seperti Shopee.

Sebagian dari mereka pun telah mengikuti kegiatan-kegiatan nasional yang diadakan pemerintah. Di antara mereka juga telah meraih prestasi-prestasi gemilang di tingkat nasional.

Karena itu, pihaknya akan intens melakukan pembinaan terhadap 25 orang wirausaha muda tersebut. “Tapi tidak melupakan juga yang lain-lain,” sebutnya.

Kata dia, dibutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun bagi setiap peserta agar bisa mengembangkan usaha mereka. Syaratnya, setiap pengusaha muda harus memiliki ketekunan, semangat, serta menjalankan prosedur pengelolaan keuangan dengan baik dan benar.

Ia mengungkapkan, kesulitan terbesar dalam melatih para pengusaha muda adalah pengelolaan keuangan. Mereka acap mencampur uang yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan usaha.

Ali mencontohkan saat seorang pengusaha mengajak teman untuk berjalan-jalan atau membeli rokok. Pelaku usaha itu pun menggunakan uang dari usahanya. Artinya, tak ada pemisahan uang untuk kebutuhan pribadi dan usaha.

Akibatnya, pada saat membutuhkan modal untuk pengembangan usaha, pengusaha tersebut kebingungan mendapatkan modal. Hal ini dianggap sepele oleh sebagian pelaku usaha. “Tapi itu yang selalu ditekankan,” katanya.

Ali pun menekankan bahwa setiap pengusaha muda harus membedakan uang pribadi dan usaha. Caranya, apabila setiap hari mendapatkan omzet Rp 200 ribu, maka Rp 100 mesti disisihkan untuk pengembangan usaha. Sementara sisanya bisa digunakan untuk kebutuhan pribadi.

Saran lain, dia menekankan agar pengusaha muda disiplin dalam menjalankan usaha. Jika telah ditetapkan pukul 08.00 Wita tempat usahanya dibuka, maka setiap hari harus dijalankan dengan teratur dan berkelanjutan. “Kalau mereka disiplin dengan apa-apa yang kita ajarkan, dua tahun sudah berhasil,” ucapnya.

Target WPM hingga Tahun 2024

Ali mengungkapkan bahwa hingga tahun 2024 mendatang Klinik WPM Kukar menargetkan dapat menciptakan 2.500 orang wirausaha baru di kabupaten ini.

Target tersebut, sambung dia, disusun menyusul pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru ke sebagian wilayah Kukar dan Penajam Paser Utara (PPU). “IKN sudah di depan mata,” ucap Ali.

Ia menginginkan para pemuda yang bermukim di sekitar wilayah IKN menjadi pengusaha yang andal. Ali ingin saat IKN dipindah ke sebagian wilayah Kaltim, para pemuda Kukar telah siap bersaing dengan pengusaha-pengusaha dari luar daerah.

Ali mengaku tak ingin para pemuda di Kukar seperti warga Jakarta. Sebagian penduduk aslinya bermukim di gang-gang kecil, bahkan ada pula yang tinggal di bawah jembatan. Sebagian besar mereka yang berhasil di Jakarta adalah orang-orang dari luar daerah. “Saya ingin kita yang ada di depan,” tegasnya.

Dia mengakui bahwa target itu memang besar. Hal ini sejalan dengan program Bupati Kukar, Edi Damansyah. Orang nomor satu di daerah kaya sumber daya alam tersebut menginginkan para pemuda siap bekerja.

“Kerja dalam segala hal. Bekerja di perusahaan atau bekerja sendiri atau menghasilkan pekerjaan baru untuk orang lain,” ucapnya.

Dalam rangka mencapai target tersebut, pihaknya gencar membangun kerja sama dengan seluruh OPD di Kukar. Kerja sama dalam menciptakan wirausaha baru akan disesuaikan dengan bidang setiap OPD.

Ali mencontohkan di Kecamatan Samboja yang umumnya dipenuhi penduduk yang bekerja di sektor perikanan. Pihaknya pun mendekati dan membangun kerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar.

Selama ini, pelaksanaan program DKP Kukar dinilainya belum melibatkan dan menghadirkan pengusaha baru di bidang tersebut. DKP Kukar pun diminta mengalokasikan anggaran untuk pelatihan-pelatihan yang menyasar para pengusaha muda yang konsen di bidang perikanan. “Dari 20 orang peserta, lima orang pesertanya dari para pemuda. Jadi, ini bisa menambah target kita,” jelasnya.

Target dalam menghasilkan 2.500 orang pengusaha baru tersebut tak hanya dihasilkan dari pelatihan dan pembinaan yang dilakukan Dispora Kukar. Pasalnya, para pemuda tak semata bergerak di satu bidang usaha. Mereka juga berusaha di sektor pertanian, perikanan, perkebunan, dan bidang-bidang lain.

Ia pun mencontohkan pemuda-pemuda di Samboja yang bergerak di bidang usaha perkebunan. Selama ini mereka belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.

Demi mengembangkan usaha para pemuda tersebut, pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Perkebunan Kukar. Sementara Dispora Kukar akan mengadakan pelatihan dan memberikan bantuan berupa alat-alat untuk mendukung usaha para pemuda. “Kalau mereka berhasil, nanti manajemen keuangan, usahanya, kita yang masuk di dalam situ,” ungkapnya.

Kata dia, Dispora Kukar dilarang memberikan bantuan dalam bentuk uang kepada para pengusaha muda yang dibina Klinik WPM Kukar, meski bantuan tersebut digunakan untuk modal usaha.

Pihaknya hanya diperbolehkan memberikan bantuan berupa sarana penunjang usaha. Langkahnya, setelah setahun dibina, Klinik WPM Kukar kemudian memberikan peluang kepada mereka untuk mengajukan proposal bantuan sarana penunjang usaha.

“Itu sudah kita lakukan. Tahun kemarin sudah kita bantu. Ada kurang lebih empat wirausaha muda yang kita bantu alat penunjang,” bebernya.

Salah satu wirausaha muda yang mendapatkan bantuan tersebut adalah pemilik usaha Laundry Kota Raja. Sebelumnya, pengusaha itu kekurangan mesin pengering.

Dispora Kukar pun melakukan pembinaan. Sebab, pihaknya tak bisa langsung memberikan bantuan tersebut. Klinik WPM Kukar memerlukan waktu setahun untuk melakukan pembinaan. “Kemudian dievaluasi oleh teman-teman Klinik. Setelah itu, baru ada rekomendasi. Boleh kita bantu peralatan,” jelasnya.

Kolaborasi dan Modal Usaha

Menurut dia, Dispora Kukar hanya bertugas untuk menjadi leading sector dalam program pembinaan para pengusaha muda. Instansi-instansi lain di bawah Pemkab Kukar dapat membangun kerja dengan Klinik WPM untuk melahirkan ribuan pengusaha baru di Kukar.

Ini merupakan bagian dari kerja sama dalam rangka melakukan pembinaan terhadap wirausaha muda. Pasalnya, kolaborasi sangat diperlukan dalam menjalankan program-program pemerintah daerah di bidang kewirausahaan.

Terkait modal usaha dalam bentuk uang, Ali mendorong para pengusaha muda memanfaatkan Kredit Kukar Idaman (KKI). Beberapa wirausaha muda pun telah diminta untuk mengajukan kredit tersebut.

KKI merupakan program Edi Damansyah-Rendi Solihin untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang juga di dalamnya untuk wirausaha muda. “Nah, kita bantu mengarahkan mereka ke situ,” katanya.

Sejauh ini, sebagian pengusaha muda yang didampingi Klinik WPM Kukar belum berani mengajukan kredit di bank. Pasalnya, mereka mempertimbangkan situasi dan kondisi pandemi Covid-19, yang juga berpengaruh terhadap sektor usaha.

Pertimbangan lain, para pengusaha muda tengah memaksimalkan modal usaha mereka. Klinik WPM Kukar pun tak berdiam diri terkait hal ini. Wirausaha muda dibantu penghitungan modal usaha hingga pertimbangan-pertimbangan yang memungkinkan mereka menambah modal usaha.

“Mereka kita kumpulkan. Kita ajak menghitung. Berapa sih angka menambah modal kalau mereka mau mengembangkan usaha. Kalau pinjam sekian, maka mengembalikannya sekian. Ini kita bantu arahkan,” jelasnya.

Ia menyarankan para pengusaha muda yang dilatih dan dibina di Klinik WPM Kukar melakukan penghitungan secara detail sebelum mengajukan pinjaman ke bank.

Prinsip pengajuan pinjaman ke bank, sambung dia, tidak boleh berdasarkan pertemanan dan persaudaraan, apalagi untuk pengembangan usaha. Apabila tak dihitung secara detail, maka akan berimbas negatif terhadap keberlanjutan usaha.

Beberapa pelaku usaha yang dibina dan dilatih di Klinik WPM telah didampingi dan diarahkan sebelum mengajukan pinjaman. Mereka ingin mengajukan modal di bank untuk pengembangan usaha. “Ini sudah kita lakukan pendampingan,” ungkapnya.

Tantangan Internal dan Eksternal

Ali mengungkapkan, program pelatihan dan pembinaan wirausaha muda tak sepenuhnya berjalan mulus. Pihaknya juga menghadapi berbagai kendala internal dan eksternal.

Dari segi internal, Dispora Kukar menuai kendala dalam membiayai berbagai kegiatan pelatihan dan pembinaan terhadap para pengusaha muda. Untuk mengajak dan menghadirkan para pemuda, sebut Ali, pihaknya membutuhkan dana untuk membiayai pelatihan serta operasional pelaksana, pelatih atau pembicara, dan peserta.

Sementara secara eksternal, sebagian pemuda tak mau mengikuti pelatihan yang dilaksanakan Klinik WPM Kukar. Mereka merasa puas dengan mendapatkan pengetahuan dari YouTube, seperti pembukuan dan foto produk.

“Mereka bilang, ‘kan bisa didapatkan di YouTube’. Itu salah satu kendala yang kita hadapi. Di saat kita ajak mereka bergabung untuk ikut pelatihan, mereka bilang, ‘ah nanti saja’,” ungkapnya.

Klinik WPM Kukar juga menghadapi tantangan untuk menjangkau semua kecamatan di Kukar. Sebab, wilayah kabupaten ini sangat luas. Saat mengadakan pelatihan dan pembinaan, tak semua pemuda yang diundang mau menghadirinya karena tempat tinggal mereka jauh dari tempat pelatihan.

Mereka yang diundang pun berpikir seribu kali untuk menghadapi pelatihan yang diadakan Klinik WPM Kukar. Sebab, dibutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tak sedikit untuk mengikuti pelatihan tersebut. “Sementara perbandingannya, kalau mereka buka usaha, mungkin bisa lebih menguntungkan,” jelasnya.

Ia pun mengaku bahwa pihaknya aktif menghubungi mereka melalui WA dan email agar mau mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Klinik WPM Kukar.

Kata Ali, selama ini pihaknya acap menghadapi kendala pembiayaan. Tim Klinik WPM Kukar pun mencari celah anggaran. Salah satunya dari anggota DPRD Kukar.

Sebagai lembaga yang memiliki fungsi penganggaran, DPRD Kukar dapat mengalokasikan anggaran untuk kegiatan-kegiatan pelatihan dan pembinaan para pengusaha muda.

Setiap anggota dewan, kata Ali, memiliki pendukung dan massa yang dapat dijadikan peserta untuk mengikuti berbagai pelatihan dan pembinaan di Klinik WPM Kukar.

Pihaknya telah melakukan pendekatan dengan beberapa anggota dewan. Harapannya, dana aspirasi setiap wakil rakyat tak hanya dialokasikan untuk sarana dan prasarana seperti pembangunan jalan, gang, dan gedung-gedung. “Tapi juga investasi untuk peningkatan SDM,” jelasnya.

Tim dari Klinik WPM Kukar juga melakukan pendekatan dengan kepala desa. Dia menjelaskan, setiap pemerintah desa memiliki Alokasi Dana Desa (ADD) yang dapat dialokasikan untuk pelatihan dan pembinaan wirausaha muda.

Penggunaan ADD tersebut, sambung dia, telah mendapat dukungan dari Bupati Edi. “Karena beliau juga mengharuskan setiap alokasi dana desa itu ada upaya peningkatan SDM pemuda,” jelasnya.

Perusahaan juga dapat membantu Klinik WPM Kukar. Beberapa tahun terakhir pun lembaga tersebut telah membangun pendekatan dengan sejumlah perusahaan di Kukar. Tahun ini juga pihaknya gencar mendekati sejumlah perusahaan.

Selain itu, tim Klinik WPM Kukar membangun kerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Samarinda. BLK tersebut diharapkan dapat memberikan “jatah” pelatihan untuk Dispora Kukar.

Pada tahun 2020, pihaknya mendapatkan empat kelas di BLK Samarinda. Klinik WPM Kukar pun melibatkan wirausaha muda dan warga Kukar untuk mengisi kelas-kelas tersebut.

“Tahun 2021 sebenarnya ada. Tapi karena pandemi, BLK Samarinda mengalihkan anggarannya untuk Covid-19,” ungkapnya.

Dispora Kukar juga melakukan pendekatan ke sejumlah tokoh masyarakat yang dinilai sukses di wilayah mereka masing-masing. Tugasnya, mereka didorong berbagi kepada para pemuda yang tengah fokus menjadi wirausaha.

Kemudian, Klinik WPM Kukar juga melakukan pendekatan dengan organisasi-organisasi kepemudaan di Kukar seperti Gerakan Pramuka, KONI, KNPI, Ikatan Pemuda Muhammadiyah, dan sejumlah organisasi di Kukar.

Para pengurus organisasi tersebut diminta mengumpulkan anggota-anggota mereka untuk mengikuti pelatihan yang diadakan Klinik WPM Kukar. Setelah anggota mereka terkumpul, pihaknya mengajak mereka untuk berbagi pengetahuan kewirausahaan. “Kita hanya memberikan ilmu. Setelah itu, pulang. Pertemuannya lebih singkat,” jelasnya.

Pelatihan yang diselenggarakan Klinik WPM Kukar, lanjut Ali, tak hanya diadakan di ruangan. Pihaknya juga mendatangi tempat-tempat usaha para pemuda di Kukar. Kemudian mengadakan kegiatan pelatihan.

Ia mencontohkan para pemuda yang memiliki kafe di Tenggarong dan sejumlah kecamatan di Kukar. Tim Klinik WPM pun mendatangi pelaku usaha tersebut. Di saat bersamaan, pemilik kafe mengumpulkan teman-temannya untuk menjadi peserta. “Kita bisa isi di situ. Dalam suasana santai,” bebernya.

Ali mengungkapkan, umumnya para pemuda mengaku bosan mengikuti kegiatan pelatihan di kelas. Namun, jika diajak menjadi peserta sembari menyeruput kopi di tempat yang terkesan santai, mereka akan antusias mengikutinya.

Dia menduga cara tersebut lebih santai. Di lain sisi, “tuan rumah” juga meraup pendapatan dari kegiatan itu karena Klinik WPM Kukar yang menanggung biayanya. “Jadi, banyak juga yang datang. Minum dan makannya dapat. Kita juga ada kontribusinya,” pungkas Ali. (ln)

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA