Beirut, beritaalternatif.com – Konvoi truk pengangkut bahan bakar dari Iran untuk Lebanon, Sabtu (18/9/2021) dini hari sudah melewati perbatasan Suriah.
Stasiun televisi Al Mayadeen melaporkan, konvoi kedua truk pengangkut bahan bakar Iran sudah melewati perbatasan Suriah, dan sedang menuju ke arah Lebanon.
Akibat sanksi Amerika Serikat (AS), sejak 1,5 tahun lalu, Lebanon mengalami krisis ekonomi yang cukup parah, salah satunya ditandai dengan kelangkaan bahan bakar.
Untuk membantu mengurangi tekanan terhadap rakyat Lebanon dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar, Hizbullah membeli bahan bakar dari Iran. Konvoi truk bahan bakar Iran pertama sudah sampai di Lebanon, hari Kamis lalu.
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati mengatakan, dirinya menunggu saudara-saudara tua Arab untuk membantu Lebanon, namun sampai sekarang tidak ada satu pun dari negara Arab yang mengontaknya.
Mikati, Jumat (17/9/2021) dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN mengaku dirinya sedang menanti bantuan dari saudara-saudara tua Arab untuk melewati krisis ekonomi dan sosial di Lebanon.
Ia menambahkan, Lebanon adalah negara kecil di Dunia Arab. Ia mencari saudara yang lebih tua di setiap negara Arab untuk mengulurkan tangannya dan mengeluarkan Lebanon dari kekacauan ini.
Menurut Mikati, Lebanon yang stabil akan menguntungkan seluruh Dunia Arab. Saat ditanya tentang anggota kabinetnya yang berasal dari Hizbullah, ia menjawab, Hizbullah adalah partai politik di Lebanon, dan partai ini tidak bisa diabaikan.
Surat kabar AS mengakui kemenangan Hizbullah dalam memainkan peran sebagai juru selamat Lebanon, dan mengatakan bahwa kelompok ini berhasil mengalahkan AS.
The New York Times, Kamis (16/9/2021) melaporkan, Hizbullah Lebanon berhasil meraih kemenangan dalam persaingan dengan AS.
“Milisi Hizbullah Lebanon hari Kamis mengumumkan telah memasukkan satu juta galon solar ke Lebanon melalui perbatasan Suriah,” tulisnya.
NY Times menambahkan, rakyat Lebanon merayakan kemarahan AS di satu sisi, dan di sisi lain terpenuhinya kebutuhan vital akibat kelangkaan bahan bakar yang hampir membuat negara lumpuh.
Menurut koran AS itu, di saat Lebanon berada pada krisis ekonomi terburuk dalam sejarah negara itu, Hizbullah berhasil memainkan peran sebagai juru selamat nasional, dan mengambil peran yang gagal dimainkan dengan baik oleh pemerintah Lebanon, dan para pendukungnya di Barat.
Duta Besar AS untuk Lebanon, Dorothy Shea mengatakan, tidak akan ada seorang pun yang mundur dari jabatannya jika ada orang yang bisa memasok bahan bakar untuk rumah sakit yang sangat membutuhkan.
NY Times menjelaskan, krisis bahan bakar di Lebanon telah memicu semacam pertikaian antara Hizbullah dan sekutunya, dengan AS, terkait siapa yang bisa lebih cepat meringankan penderitaan rakyat Lebanon, sebuah kompetisi yang dimenangkan Hizbullah, setidaknya untuk hari itu.
Sementara itu, seorang pejabat senior militer rezim Zionis Israel secara implisit mengakui bahwa segala bentuk serangan terhadap konvoi bahan bahan bakar yang diekspor Iran ke Lebanon, dianggap tidak perlu, dan Tel Aviv tidak ingin melakukannya.
Meski mengaku khawatir soal impor bahan bakar dari Iran oleh Lebanon, dan berusaha mengubah masalah ini menjadi masalah keamanan, namun Israel nampaknya tidak berani menyerang konvoi bahan bahan bakar Iran untuk Lebanon.
Situs Times of Israel melaporkan, seorang pejabat senior militer Israel yang tidak mau diungkap identitasnya kepada Channel 12 TV Israel mengklaim, Tel Aviv tidak mau melakukan hal ini karena serangan langsung terhadap ekonomi Lebanon akan memicu protes rakyat negara ini, dan masyarakat internasional.
Mantan perwira militer Israel, Laksamana Eli Sharvit dalam wawancara dengan Associated Press mengatakan, Israel telah meningkatkan kesiagaan di Laut Merah untuk mengantisipasi peningkatan ancaman Iran terhadap kapal-kapal Israel.
Ia menambahkan, Israel beberapa kali telah menggagalkan pengiriman senjata untuk Hizbullah lewat laut, namun mengingat krisis ekonomi Lebanon saat ini, Israel tidak tertarik untuk menghalangi pengiriman bahan bakar Iran ke negara itu. (pt/ln)