BERITAALTERNATIF.COM – Baru-baru ini, Korea Utara (Korut) telah menghancurkan monumen yang melambangkan harapan rekonsiliasi dengan Korea Selatan. Beberapa hari kemudian Kim Jong Un mengatakan bahwa reuni damai dari 2 Korea sudah tidak mungkin.
Ini merupakan tanda terkini dari menaiknya ketegangan di semenanjung Korea. Monumen busur reunifikasi yang dibangun pada tahun 2000 setelah KTT antar Korea hilang dari pantauan satelit, berdasarkan situs berita NK. Belum jelas kapan dan bagaimana monumen itu diruntuhkan, tambah NK seperti dikutip Purna Warta, Kamis (25/1/2024).
Kim, belakangan ini menjelaskan bahwa monumen beton itu yang menggambarkan 2 wanita satu dari Korut dan satunya Selatan memegang lencana garis semenanjung Korea merusak pemandangan dalam pidatonya bulan ini di hadapan Majlis Rakyat Tertinggi, parlemen Korut menyetujui.
Ia menambahkan bahwa konstitusi Korut harus diubah untuk mencerminkan status baru Korea Selatan sebagai musuh negara. Hal ini secara efektif mengakhiri kebijakan resmi yang selama beberapa dekade terfokus dalam reunifikasi autokrasi Korut dan demokrasi Korea Selatan.
Monumen 30 meter, secara formal dikenal sebagai monumen untuk tiga piagam reunifikasi nasional yang melambangkan kemandirian, kedamaian dan kooperasi nasional, berdasarkan catatan pemerintahan Korea Selatan.
Berlokasi di jalan raya reunifikasi yang menyambungkan Pyongyang dengan perbatasan dengan selatan yang bersenjata lengkap. Dilaporkan bahwa monumen tersebut dibangun untuk memperingati rencana reunifikasi yang dilontarkan oleh kakek Kim Jong Un sekaligus pendiri Korut Kim Il sung.
Meskipun hanya sekedar simbol, laporan penghancurannya menimbulkan kekhawatiran bahwa Korut mengambil jalan yang lebih provokatif dalam relasinya dengan Selatan dan sekutunya beberapa bulan sebelum pemilihan presiden Amerika.
Korut mengklaim telah meluncurkan satelit mata-mata pada November dan minggu lalu mengatakan telah melakukan uji tembak sebuah ridal balistik baru dilengkapi dengan hulu ledak hypersonic yang mampu bermanuver.
Pada hari Rabu, militer Korea Seletan mengatakan bahwa Utara telah meluncurkan sejumlah rudal jelajah ke laut setelah mereka menembakkan artileri dengan dengan negara (selatan) mengabaikan perbatasan maritim.
Utara meluncurkan rudal untuk memprotes latihan gabungan militer Korea Selatan dan Amerika, dimana rezim menganggapnya sebagai sebuah latihan menginvasi.
Terkait pengumuman Korut, termasuk yang mengatakan sedang bersiap untuk perang nuklir, jubir gedung putih John Kirby mengatakan, “Kami memantaunya dengan sangat sangat dekat.”
Dia menambahkan, “Aku perlu memberitahumu bahwa kami tetap percaya diri bahwa mode bertahan yang kami pertahankan di semenanjung adalah sesuai dengan resiko yang ada.”
Terdapat kemungkinan kecil untuk kembali ke era pemulihan hubungan lintas batas yang disimbolkan oleh monumen tersebut.
Di bawah presiden konservatif Yoon Suk Yeol, Korea Selatan mengambil jalan yang lebih susah menghadapi Pyongyang, ia menjanjikan respon yang cepat dan keras terhadap provokasi Korut.
Dalam respon, Korut berjanji untuk membasmi tetangganya jika diserang oleh Korea Selatan dan Amerika.
Tahun lalu ini, Pyongyang mengatakan bahwa perjanjian tahun 2018 dengan Selatan yang didesain untuk mengurangi ketegangan militer kini tak lagi valid.* (nsa)
Sumber: Purna Warta