Search
Search
Close this search box.

Kutai Kartanegara, Kabupaten Kaya Migas dan Batu Bara di Kaltim

Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Indonesia. Ibu kota Kukar berada di Kecamatan Tenggarong, yang berbatasan dengan Kota Samarinda.

Kabupaten Kukar memiliki luas wilayah 27.263,10 km² dan luas perairan sekitar 4.097 km² yang dibagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 225 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai 626.286 jiwa (sensus 2010) dan pada tahun 2020 bertambah menjadi 734.485 jiwa.

Sebagian dari wilayah kabupaten ini ditambah sebagian wilayah di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) akan dijadikan lokasi ibu kota baru Indonesia, yakni Kecamatan Samboja dan Kecamatan Sepaku di Kabupaten PPU.

Advertisements

Sejarah Kukar

Kabupaten Kukar merupakan kelanjutan dari Kabupaten Kutai sebelum terjadi pemekaran wilayah pada tahun 1999. Wilayah Kabupaten Kutai sendiri, termasuk Balikpapan, Bontang dan Samarinda, sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Kukar ing Martadipura.

Kabupaten Kukar juga berlokasi di kawasan yang pernah menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Hindu tertua dan pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai Martapura yang berdiri pada abad ke-4 Masehi.

Pada tahun 1947, Kesultanan Kukar ing Martadipura dengan status Daerah Swapraja Kutai masuk dalam Federasi Kaltim bersama 4 Kesultanan lainnya, seperti Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur, dan Pasir.

Daerah Swapraja Kutai diubah menjadi Daerah Istimewa Kutai yang merupakan daerah otonom/daerah istimewa setingkat kabupaten berdasarkan UU Darurat No. 3 Tahun 1953.

Pada tahun 1959, status Daerah Istimewa Kutai yang dipimpin Sultan A.M. Parikesit dihapus. Dan berdasarkan UU No. 27 Tahun 1959, daerah ini dibagi menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni: kotamadya Balikpapan dengan ibu kota Balikpapan; kotamadya Samarinda dengan ibu kota Samarinda; Kabupaten Kutai dengan ibu kota Tenggarong.

Dengan berakhirnya Daerah Istimewa Kutai, maka berakhir pula kekuasaan Sultan Kukar ing Martadipura.

Dalam Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai pada 21 Januari 1960, Sultan Kukar A.M. Parikesit secara resmi menyerahkan kekuasaan kepada Aji Raden Padmo selaku Bupati Kutai, Kapten Soedjono selaku Wali kota Samarinda, dan A.R.S. Muhammad selaku wali kota Balikpapan.

Pada tahun 1999, wilayah Kabupaten Kutai dimekarkan menjadi 4 daerah otonom berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999, yakni Kabupaten Kutai dengan ibu kota Tenggarong; Kabupaten Kutai Barat dengan ibu kota Sendawar; Kabupaten Kutai Timur dengan ibu kota Sangatta; Kota Bontang dengan ibu kota Bontang.

Untuk membedakan Kabupaten Kutai sebagai daerah hasil pemekaran, nama kabupaten ini akhirnya diganti menjadi Kabupaten Kukar melalui Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 2002 tentang “Perubahan Nama Kabupaten Kutai Menjadi Kabupaten Kukar”.

Sebutan Kabupaten Kukar ini merupakan usulan dari Presiden RI Abdurrahman Wahid ketika membuka Munas I Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di Tenggarong pada tahun 2000.

Geografi dan Topografi

Secara geografis Kabupaten Kukar terletak antara 115°26’28” BT – 117°36’43” BT dan 1°28’21” LU – 1°08’06” LS dengan batas administratif sebagai berikut: bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara; bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur, Kota Bontang dan Selat Makassar; bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten PPU dan Balikpapan; bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Mahakam Ulu.

Topografi wilayah Kukar sebagian besar bergelombang dan berbukit dengan kelerengan landai sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat di beberapa bagian, yaitu wilayah pantai dan daerah aliran sungai Mahakam.

Pada wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian antara 500 hingga 2.000 m di atas permukaan laut.

Danau-danau yang berada di Kabupaten Kukar antara lain: Danau Semayang (13.000 ha); Danau Melintang (11.000 ha); Danau Ngayau (1.900 ha); Danau Tempatung (1.300 ha); Danau Mulupan (750 ha); Danau Siran (750 ha); Danau Perian (750 ha), dan Danau Wis (750 ha).

Selain itu, ada pula Danau Karang (750 ha); Danau Loa Kang (450 ha); Danau Batu Bumbu (450 ha); Danau Meranbi (350 ha); Danau Puan Rabuk (350 ha); Danau S’kajo (100 ha); Danau Tanah Liat (45 ha); Danau Man.

Pemerintahan, Kecamatan, dan Demografi

Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kukar. Bupati Kukar bertanggung jawab kepada gubernur Provinsi Kaltim.

Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kukar ialah Edi Damansyah, dengan wakil bupati Rendi Solihin. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Kukar 2020.

Edi merupakan bupati Kukar yang ke-11. Sebelumnya, ia menjadi wakil bupati untuk periode 2016-2021, namun pada 10 Oktober 2017, Edi menggantikan pejabat bupati saat itu Rita Widyasari, karena Rita terjaring kasus tindak pidana korupsi.

Selanjutnya, Edi dan Rendi dilantik oleh Gubernur Kaltim Isran Noor, pada 26 Februari 2021 untuk periode 2021-2024.

Kabupaten Kukar terdiri dari 18 kecamatan, 44 kelurahan, dan 193 desa. Pada tahun 2020, jumlah penduduknya mencapai 734.485 jiwa dengan luas wilayah 23.601,91 km² dan sebaran penduduk 28 jiwa/km².

Jumlah penduduk Kabupaten Kukar berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020 tercatat mencapai 734.485 jiwa. Penduduk yang bermukim di wilayah Kukar terdiri dari penduduk asli, seperti suku Kutai, Dayak Benuaq, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Modang, Dayak Kenyah, Dayak Punan, dan Dayak Kayan.

Sementara penduduk pendatang adalah suku Banjar, Jawa, Bugis, Sasak, Mandar, Madura, Buton, Timor, dan Bima.

Pola penyebaran penduduk sebagian besar mengikuti pola transportasi yang ada. Sungai Mahakam merupakan jalur arteri bagi transportasi lokal. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar pemukiman penduduk terkonsentrasi di tepi Sungai Mahakam dan anak-anak sungainya.

Daerah-daerah yang agak jauh dari tepi sungai di mana belum terdapat prasarana jalan darat relatif kurang terisi dengan pemukiman penduduk.

Sebagian besar penduduk Kukar tinggal di pedesaan, yakni mencapai 75,7%, sedangkan sejumlah 24,3% berada di daerah perkotaan. Sementara mata pencaharian penduduk sebagian besar di sektor pertanian 38,25%, industri/kerajinan 18,37%, perdagangan 10,59 % dan lain-lain 32,79%.

Perekonomian Kukar

Kabupaten Kukar merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak bumi dan gas alam (migas) serta batu bara, sehingga perekonomian Kukar masih didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai lebih dari 77%.

Sektor pertanian dan kehutanan hanya memberikan kontribusi sekitar 11%, sedangkan sisanya disumbang sektor perdagangan dan hotel, yakni kurang lebih 3%, industri pengolahan sekitar 2,5%, bangunan 3%, keuangan 1% dan sektor lainnya sekitar 2%.

Nilai nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kukar dari tahun 1999 hingga 2003 mengalami peningkatan signifikan, yakni dari Rp 15,59 triliun (1999) menjadi Rp 27,05 triliun (2003).

Bila dilihat perkembangan PDRB non-migas atas dasar harga berlaku, angka PDRB non-migas tahun 1999 juga mengalami peningkatan, dari sebesar Rp 4,51 triliun meningkat menjadi Rp 6,12 triliun pada tahun 2003

Sementara PDRB atas dasar harga konstan dengan migas maupun non-migas juga mengalami peningkatan dari Rp 6,45 triliun (1999) menjadi Rp 7,72 triliun (2003). PDRB atas dasar harga konstan non-migas mengalami peningkatan dari Rp 1,80 triliun (1999) menjadi Rp 2,46 triliun tahun 2003.

Total PDRB per kapita Kabupaten Kukar pada tahun 2003 mengalami peningkatan yang cukup positif hingga mencapai Rp 56,79 juta dengan total pendapatan per kapita juga meningkat sebesar Rp 43,57 juta.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kukar pasca pemekaran wilayah berdasarkan perkembangan nilai PDRB pada tahun 2000 tumbuh sebesar 3,56% dengan migas dan 5,21% tanpa migas. Pada tahun 2001, laju pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 5,33%. Tahun 2002, laju pertumbuhan ekonomi Kukar sebesar 4,80% dengan migas dan 7,34% tanpa migas. Setelah itu, mengalami penurunan pada tahun 2003, yakni sebesar 4,68% dengan migas dan 7,46% tanpa migas.

Pendidikan, Olahraga, dan Pariwisata

Pemerintah Kabupaten Kukar melalui program pembangunan yang disebut Gerbang Dayaku melaksanakan program wajib belajar 12 tahun dengan membebaskan biaya pendidikan bagi seluruh siswa jenjang pendidikan dasar hingga menengah, baik negeri maupun swasta.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kukar (2006), jumlah keseluruhan sekolah di Kabupaten Kukar mencapai 665 buah yang terdiri dari 466 SD, 122 SMP/MTs dan 77 SMA/SMK/MA/MAK.

Di Kukar terdapat perguruan tinggi swasta bernama Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) yang berada di Kota Tenggarong, kemudian Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tenggarong. Selain itu, saat ini tengah dibangun Politeknik Sumber Daya Kalimantan yang berada di Kecamatan Muara Jawa.

Di bidang olahraga, khususnya sepak bola, Kabupaten Kukar memiliki sebuah klub sepak bola profesional bernama Mitra Kukar (Mitra Kukar) yang saat ini terjerembab ke kasta kedua di kompetisi sepak bola Profesional Indonesia (Liga 2) setelah terdegradasi dari Liga 1 satu musim sebelumnya.

Pariwisata alam Kukar meliputi Pantai Pangempang di Muara Badak, Bukit Bangkirai di Samboja, Pantai Tanah Merah di Samboja, Danau Semayang di Kota Bangun, Danau Murung di Kota Bangun, Waduk Panji Sukarame di Tenggarong, Pulau Kumala di Tenggarong, Taman Rekreasi Tepian Mahakam Jembatan Kartanegara di Tenggarong, Air Terjun Kedang Ipil di Kota Bangun, dan Pantai Biru Kersik di Marangkayu.

Kemudian, wisata budaya meliputi Desa Sungai Bawang di Muara Badak (Kehidupan Suku Dayak), Museum Mulawarman di Tenggarong (peninggalan Kesultanan Kukar), Kedaton Kukar di Tenggarong (istana baru Sultan Kukar), Desa Pondok Labu di Tenggarong (kehidupan suku Dayak), Desa Lekaq Kidau di Sebulu, Lamin suku Dayak di Tabang (kehidupan suku Dayak), Dusun Berubus di Muara Kaman (situs kerajaan tertua di Indonesia).

Sementara wisata pendidikan meliputi Planetarium Jagad Raya di Tenggarong, Museum Kayu Tuah Himba di Tenggarong, dan Museum Perjuangan Merah Putih di Sanga-Sanga. (Sumber: Wikipedia)

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA