Oleh: Sukini S.Pd*
Dengan berliterasi, membiasakan peserta didik memahami makna suatu kalimat.
Program literasi sudah beberapa tahun digalakkan di SMP Negeri 2 Tenggarong. Program ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik agar selalu membaca dan memahami makna suatu kalimat juga untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembiasaan ekosistem literasi yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Mengapa dikatakan pembelajar sepanjang hayat ? Karena kita sebagai manusia akan selalu berinteraksi juga bersosialisasi bahkan berkolaborasi dengan sesama manusia di dunia ini sampai akhir hayat, yang pada dasarnya kita berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sudah merupakan wujud menumbuhkembangkan literasi.
Berliterasi merupakan suatu interaksi yang harus kita pahami secara terus-menerus dan berkesinambungan (continuing learning) sejak kecil hingga akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan manusia.
Salah satu contohnya apabila semasa masih dalam kandungan sudah sering diperdengarkan sholawat-sholawat nabi ataupun ayat-ayat Alquran, setelah lahir di dunia orang tuanya selalu mengidungkan sholawat juga sewaktu menidurkan, dan setelah bisa mengenal huruf dan angka orang tuanya selalu mengajak bermain dengan angka dan huruf tersebut, kemungkinan semua hal yang saya sebutkan tadi sudah merupakan fase pembelajaran literasi sejak dini.
Hal ini merupakan tugas orang tua untuk membiasakan anak dengan hal-hal yang positif yang sifatnya mengarah pada kebaikan. Setelah anak sudah mulai masuk di sekolah, itulah fase lanjutan yang merupakan tugas seorang pendidik kepada peserta didiknya.
Saya sendiri sebagai seorang pendidik di SMP Negeri 2 Tenggarong kebetulan mendapat jadwal pendampingan kegiatan literasi di setiap hari Rabu dua puluh menit sebelum jam istirahat. Walaupun waktunya sangat singkat, asalkan kontinu dan terarah, kegiatan ini akan membuahkan hasil yang maksimal meskipun kadang ada kendala dari beberapa peserta didik yang tidak aktif dalam kegiatan ini.
Tetapi saya sebagai seorang pendidik harus sabar menghadapi peserta didik yang seperti itu. Kita dekati dengan penuh perhatian dan kita berikan pertanyaan kenapa tidak aktif dalam kegiatan literasi. Dengan begitu, dia akan merasa segan dan akhirnya ikut aktif bersama teman-temannya yang lain.
Dalam kegiatan literasi ini, menurut pendapat saya, sangat membantu siswa. Kenapa saya bisa berkata seperti itu? Ini merupakan pengalaman yang memang saya temukan sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang pembelajarannya mengharuskan untuk membaca dan menulis.
Awal-awal sebelum dicanangkan kegiatan literasi di sekolah, peserta didik apabila membaca buku hanya saat mereka berada di perpustakaan, dan itu pun jarang mereka lakukan. Belum tentu dalam satu minggu sekali mereka berkunjung ke perpustakaan. Tetapi setelah ada gerakan literasi masuk ke sekolah, ada perubahan yang signifikan pada diri peserta didik. Yang awalnya pada pembelajaran saya Bahasa Indonesia selalu mengeluh apabila disuruh untuk membaca teks yang panjang, setelah ada kegiatan litarasi yang diterapkan setiap hari di sekolah, mereka mengeluhkan lagi aktivitas membaca. Ini pengalaman saya sebagai pendidik di SMP Negeri 2 Tenggarong.
Di SMP Negeri 2 Tenggarong kegiatan literasi dijadwalkan setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis dengan kegiatan yang berbeda. Hari Selasa (literasi lagu-lagu daerah dan nasional), Rabu (membaca buku non mapel), dan Kamis (baca tulis Alquran). Keberadaan kegiatan literasi selama tiga hari yang berbeda otomatis sekolah kami menyediakan buku-buku dari ketiga kegiatan tersebut dengan jumlah sesuai jumlah peserta didik di kelas.
Kalaupun ada kekurangan karena di sekolah kami sudah merupakan sekolah rujukan Google, maka siswa bisa browsing di masing-masing chrombook-nya. Khususnya di literasi jam saya hari Rabu membaca buku non mapel juga menerapkan cara seperti itu.
Apabila buku di loker pojok baca sudah terbaca oleh semua siswa, saya mempersilakan peserta didik untuk browsing buku non mapel. Alur kegiatan saya di kelas 8A, awal masuk jam literasi, saya mempersilakan peserta didik untuk menyiapkan buku resume yang sudah dipersiapkan. Kemudian, mengambil buku di loker pojok baca sesuai pilihan masing-masing.
Waktu dua puluh menit saya arahkan siswa untuk membaca bukunya selama sepuluh menit dan sisanya untuk menuliskan resume yang sudah dibaca. Setelah selesai menuliskan resume, satu per satu peserta didik saya panggil untuk membawa hasilnya. Lalu saya cek dan ditandatangani. Kalaupun ada hal yang perlu saya sampaikan langsung, saya revisi di depan peserta didik tersebut.
Dari resume yang sudah selesai membaca satu buku, peserta didik akhirnya bisa membuat sinopsis atau rangkuman. Bisa juga kesimpulan dari isi buku yang mereka baca.
Kegiatan literasi ini, akhirnya pembelajaran saya bisa terbantukan dan peserta didik tidak lagi mengeluh ataupun merasa terbebani apabila menemukan soal yang literasinya atau teksnya panjang karena sudah terbiasa berliterasi dengan kalimat ataupun teks yang panjang.
Selain itu, peserta didik lebih memahami apa pun yang saya sampaikan melalui pembelajaran saat apersepsi, assesment, penjelasan materi, juga refleksi. Mereka sepertinya sudah bisa berinteraksi dengan baik dan mulai memahami apa yang saya sampaikan.
Selain perubahan sewaktu jam pembelajaran, rupanya siswa sudah mulai berkembang juga pada event-event lomba yang salah satunya kemarin mereka mengikuti Lomba Duta Baca yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan.
Memang belum bisa meraih kejuaraan, tetapi sudah masuk sepuluh besar dari seluruh SMP di Kutai Kartanegara. Bagi saya, ini sudah merupakan anugerah yang luar biasa bahwasannya SMP Negeri 2 Tenggarong sudah masuk kesepuluh besar.
Saya rasa memang benar apa yang tertuang dalam kurikulum merdeka bahwa literasi dan numerasi wajib kita terapkan di sekolah karena keterampilan literasi tersebut merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, menghitung, dan memecahkan masalah pada keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan numerasi merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan sebuah konsep bilangan dan juga keterampilan operasi hitung dalam kehidupan sehari-hari dan juga kemampuan untuk menginterpretasikan informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita.
Memang manfaat berliterasi sangatlah luar biasa. Apabila kita biasakan akan mempengaruhi keberhasilan hidup seseorang. Dengan berliterasi, dapat juga membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca. Bisa juga meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian kritis terhadap suatu karya serta membantu menumbuhkembangkan budi pekerti yang baik dalam diri seseorang.
Pesan saya kepada peserta didik saya, “Ayo selalu terapkan literasi dalam diri etam agar etam menjadi orang yang berbudi pekerti baik dan mempunyai wawasan luas yang berkebinekaan global.”
Hidup litersi kelasku! (*Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Tenggarong)