Search
Search
Close this search box.

MAHAKAM

Korrie Layun Rampan. (ensiklopedia.kemdikbud.go.id)
Listen to this article

Oleh Korrie Layun Rampan*

Senja pun membenam dalam tragedi
Abad ini
jalan ini semakin sunyi
Tapi kita tak sampai-sampai juga

Angin dari relung itu
Semakin runcing
Dan menciptakan garis ungu

Advertisements

Haruskah ke arah lain jalan pantai
kita kawinkan sepi
Antara dua badai?!

Tualang panjang ini
Semakin jauh semakin lengang
Langkah pun lelah menapak juang

Lalu kelepak yang menjauh
Longsong itu
Tanggalan pun jatuh

Tinggallah gerimis renyai
Dan bait-bait sunyi
Ketika jam pun sampai
Menunjuk-nunjuk tempat sepi

1974

Z

Siapakah yang pulang dengan langkah masai
menyandang duka Adam yang pertama
mengempang arus sungai, membadung nasibnya?

Iakah itu pelancong tak bernama.
Menyusur semenanjung tenggara
istirah ke sini. Menawarkan senja dalam desau prahara
setelah lelah mengedangkan jaring nasib melawan bencana

Siapakah masih mengaliri aku, o, sungai derita
rakit-rakit sarat biduk-biduk dan tongkang, detak jantung luka
memeram musim memberat mengimpikan birahi pada pulungnya
lakah itu yang menggedor pintu dan jendela
malam-malam begini. Dukakah itu duka dunia
menyusur sungaiku yang terus mengaliri dasar jiwa

Siapakah yang pulang dengan langkah masai
menyandang duka Adam yang pertama
mengempang arus sungai, membadung nasibnya?

1974

DI TENGAH GALAU RIUH RENDAH ABAD INI

Aku terbanting atas lantai kehidupan
Karena beban seribu jalan
Sukmaku yang gelisah resah
Merangkai sajak tak tersua
Sementara tangan tegang kaku menyandang sunyi
Membusur panah ke jantung waktu
Cintaku yang perih dalam pusat pusaran segala rindu

Memang laut-Mu teramat dalam terduga segala cinta
Dataran lekang kemarau menunggu waktu demi waktu
Adakah kita mampu menyimak segala rahasia
Yang bermain antara gelap dan denyar cahaya?

Adalah semuanya berpulang kepada janji, kepada sunyi
Cinta yang memahat-mahat setiap bait abadi
Bagai hujan yang setia mencuci lantai bumi
Menyelesaikan sebait puisi

Aku terbanting di atas lantai kehidupan
Rebah di tengah galau riuh rendah abad ini
Dan luka-luka

1974

Sumber: jendelasastra.com

Korrie Layun Rampan merupakan sastrawan dan kritikus yang produktif yang lahir di Samarinda, Kalimantan Timur tanggal 17 Agustus 1953 dan wafat pada 19 November 2015.

Korrie merupakan pencetus penyusun buku Sastrawan Angkatan 2000 terbitan Gramedia Pustaka Utama yang memuat lebih dari seratus sastrawan, terdiri dari penyair, cerpenis, novelis, esais, dan kritikus sastra.

Pengalaman bekerja Korrie dimulai pada 1978 di Jakarta sebagai wartawan dan editor buku untuk sejumlah penerbit. Kemudian, ia menjadi penyiar di RRI dan TVRI Studio Pusat, Jakarta, mengajar, dan menjabat Direktur Keuangan merangkap Redaktur Pelaksana Majalah Sarinah, Jakarta. Selain itu ia juga pernah menjadi editor Penerbit Cypress (1978-1980) dan editor Penerbit Sinar Harapan (1980-1982).[2] Sejak Maret 2001 Korrie menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Koran Sendawar Pos yang terbit di Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Korrie juga sempat aktif di bidang politik. Tercatat dalam Pemilu 2004 sempat duduk sebagai anggota Panwaslu Kabupaten Kutai Barat, sebelum kemudian mengundurkan diri.

Korrie juga sempat duduk sebagai anggota DPRD mewakili Kabupaten Kutai Barat periode 2004-2009, menjabat Ketua Komisi 1.

Ia pernah mengajar di Universitas Sendawar, Melak, Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Korrie menulis cerpen, puisi, novel, dan cerita anak. Serta, menerjemahkan sekitar seratus judul buku cerita anak dan puluhan judul cerita pendek dari para cerpenis dunia, seperti Leo Tolstoy, Knut Hamsun, Anton Chekov, dll. #

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements

BERITA ALTERNATIF

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA