Jakarta, beritaalternatif.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menanggapi maraknya pembicaraan metaverse, pun terucap dari mulut Presiden Jokowi.
Juru Bicara Kemenkominfo, Dedy Permadi mengatakan, saat ini pihaknya masih berfokus pada penguatan ekosistem digital lewat percepatan pembangunan infrastruktur.
“Secara paralel (Kemenkominfo) masih terus fokus melakukan penguatan ekosistem digital dari hulu ke hilir melalui percepatan pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi,” ujar Dedy, Kamis (23/12/2021) siang.
Menurutnya, saat ini pihaknya masih meningkatkan ekosistem digital lewat peningkatan literasi dan kecakapan digital, serta upaya lainnya untuk memastikan ruang digital yang produktif dan kondusif.
Dengan demikian, Dedy mengatakan, seluruh elemen publik diharapkan akan semakin siap, resilien, dan gesit dalam menghadapi berbagai tren teknologi terbaru, termasuk metaverse.
Meski demikian, Kemenkominfo, kata Dedy, tengah mengkaji lebih lanjut terkait tren metaverse dengan pelaksanaan kajian lebih mendalam.
“Serta uji coba tentu menjadi opsi-opsi kebijakan yang dapat diambil,” tuturnya.
Pada Rabu (22/12/2021) lalu, Presiden Joko Widodo kembali bicara soal metaverse. Ia mengatakan, warga Nahdlatul Ulama (NU) bisa membuat pengajian di metaverse di masa mendatang.
Hal tersebut disampaikan Jokowi sambil mengenang pertemuannya dengan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, pada 2016.
Jokowi menyampaikan teknologi berkembang begitu pesat. Dia ingin Indonesia juga cepat beradaptasi dengan berbagai teknologi baru, termasuk metaverse.
Di lain sisi, Andry Alamsyah, Associate Professor SEB Telkom University memprediksi platform metaverse di Indonesia akan ada pada tiga sampai empat tahun ke depan.
Andry mengatakan, perkembangan dunia maya ke arah metaverse dipantik dengan adanya layanan jaringan 5G yang sudah ada di dalam negeri sejak pertengahan 2021.
“Saya rasa enggak lama-lama lagi. Mungkin metaverse selama 3-4 tahun sudah ada yang membuat, (akan ada) start up yang membuat sosial media (jenis) itu,” ujar Andry.
Ia menilai, saat ini di Indonesia sudah banyak yang menjadi peserta dalam industri metaverse. Namun, ia ragu apakah orang Indonesia sudah ada yang terlibat sebagai penyedia industri.
“Apakah Indonesia mungkin? Ya mungkin saja. Orang teknologinya sudah ada. Namun, pertanyaan selanjutnya apakah sudah ada yang membuat? Saya rasa saya belum lihat,” tuturnya. (cnnindonesia)