BERITAALTERNATIF.COM – Masjid Agung Sultan Sulaiman merupakan masjid terbesar yang dimiliki Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Tempat ibadah yang memiliki luas 27.000 meter persegi tersebut kerap digunakan oleh umat Islam di Kukar untuk menyambut perayaan hari besar agama Islam.
Masjid yang sanggup menampung 5.000 orang jemaah ini berusia cukup muda dibandingkan beberapa masjid bersejarah di Kukar.
Pembanguan masjid baru rampung dan diresmikan oleh Bupati Kukar Ahmad Maulana Sulaiman pada tahun 1994.
Ketua Sekretariat Masjid Agung Sultan Sulaiman Khairil menyebut alasan pendirian masjid ini dilatari kegundahan Bupati Kukar saat itu karena melihat Masjid Jami’ Adji Hassanoedin disesaki jemaah ketika melakasanakan ibadah-ibadah dan perayaan hari-hari besar Islam.
“Terutama untuk ibadah jumatan itu kurang (kapasitanya), sehingga oleh Bupati waktu itu didirikanlah Masjid Agung di sini,” ucapnya pada Senin (3/6/2024).
Kondisi ini terjadi karena masjid yang berusia lebih dari satu abad itu menjadi pusat ritual umat Islam Kukar yang kapasitasnya hanya sanggup menampung lebih dari ratusan jemaah.
Pada tahun 1989, Bupati Kukar mencetuskan ide untuk membangun masjid baru yang memiliki kapasitas lebih besar untuk mengatasi masalah serius di Kukar pada era 1980-an.
Bupati Kukar pun mengumpulkan para pengurus Masjid Jami’ Aji Amir Hasanoedin dan beberapa tokoh agama Islam di Kukar untuk merumuskan konsep pembangunan masjid agar berjalan mulus.
Dalam rangka menyukseskan pendirian masjid ini, kata Khairil, Pemkab Kukar menggandeng PT Utama Karya— sebuah perusahaan milik Pemerintah Pusat—sebagai kontraktor dalam pembangunan masjid tersebut.
Hal ini dinilainya sebagai bukti keseriusan Bupati Kukar untuk membangun tempat ibadah terbesar di Kukar.
Pembangunan masjid diadakan di pusat Kota Tenggarong. Lokasinya hanya berjarak sekitar 50 meter dari Masjid Jami’ Adji Amir Hassanoedin.
Kawasan Masjid Agung, lanjut Khairil, didirikan di atas lahan yang merupakan bekas rumah sakit lama yang tak lagi beroperasi.
Dia menyebut tempat ibadah yang juga merupakan ikon Kota Tenggarong ini mengalami beberapa kali renovasi kecil akibat interiornya yang kian rusak dan bocor.
“Masalah utamanya sekarang terdapat kebocoran-kebocoran. Jadi, air masuk dan merembes ke dalam masjid,” ungkapnya.
Karena itu, kata dia, kebocoran yang berulang pada atap masjid dan peningkatkan kualitas pada kubah masjid memantik inisiatif Pemda Kukar untuk melakukan renovasi secara besar-besaran dalam waktu dekat demi menjaga agar kondisi bangunan masjid tetap kuat dan kokoh untuk menunjang ibadah para jemaah.
“Renovasi utama di kubah utama itu dan di atapnya sudah di-planning-kan oleh pemerintah untuk merenovasi bahkan konsultan yang (melakukan) rehab sudah ada,” bebernya.
Selama 30 tahun berdiri, jelas Khairil, masjid ini telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi umat Islam serta masyarakat Kukar secara umum, terutama para pedagang yang berjualan di sekitar kawasan Masjid Agung Sultan Sulaiman.
Dia pun berharap partisipasi dari berbagai pihak, khususnya masyarakat Kukar, untuk selalu konsisten menjaga eksistensi masjid tersebut dengan cara tidak merusak fasilitas serta mengikuti tata aturan di masjid. (*)
Penulis: Ulwan Murtadha
Editor: Ufqil Mubin