BERITAALTERNATIF.COM – Bulan Rabiul Awal adalah bulan ketiga dalam kalender Hijriyah. Seluruh umat Islam menyambut bulan ini dengan penuh bahagia, bahkan sebelum masuk bulan Rabiul Awal baliho-baliho, bendera-bendera dan banner undangan Maulid Nabi Saw. sudah terpampang di sepanjang jalan ibu kota dan hampir di seluruh kota. Mulai dari Masjid Istiqlal sampai masjid-masjid di dusun telah dihias dengan kain hijau dan putih.
Nabi mulia yang telah menyelamatkan umat manusia dari dunia kegelapan menuju cahaya terang benderang. Tanpa kehadiran beliau Saw. hidup kita tidak akan ada artinya.
Ternyata kelahiran atau Maulid Nabi kita masih diperdebatkan. Riwayat yang masyhur menurut kalangan Ahlulbait menyatakan bahwa beliau Saw. lahir pada hari Jumat tanggal 17 Rabiul Awal, sedangkan ulama Ahlusunnah meyakini kelahirannya jatuh pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal.
Memang sebuah hal yang patut disayangkan, hari kelahiran para pemimpin umat Islam, termasuk Nabi Muhammad Saw. tidak tercatat secara pasti. Hal ini membuat kesenangan dan kesedihan kita di hari-hari lahir atau wafatnya dibayang-bayangi oleh ketidakpastian. Padahal ada para ulama yang telah mencatat hal itu dengan pasti sepanjang sejarah.
Salah seorang ulama ditanya, “Bagaimana mungkin ahli sejarah berbeda pendapat mengenai Maulid Nabi Saw.?”
Dia menjawab, “Menurutku, perbedaan itu seharusnya tidak terjadi, karena jika ingin mengetahui biografi seorang ulama atau tokoh besar lainnya dan dia memiliki anak keturunan yang banyak, tinggal menanyakan kepada anak keturunannya. Apakah logis jika kita menanyakan perjalanan hidupnya kepada orang lain? Menanyakan kapan dia lahir, kapan bepergian, kapan tidur, kapan makan, dan kapan… kepada orang lain?”
Rasulullah saw telah meninggalkan umatnya untuk selamanya dan beliau saw meninggalkan anak dan famili yang begitu banyak. Saat keluarga mengatakan bahwa ayah kami lahir dan wafat pada hari tertentu misalnya, apakah kita tidak mau menerima pengakuan mereka? Inilah mungkin yang dimaksud dari ungkapan Arab yang berbunyi, “Ahlul bait adra bima fil bait” (Penghuni rumah lebih mengetahui apa yang terjadi di dalamnya) ketimbang tetangga atau orang lain.
Alhasil, demi Rasulullah saw. mari kita rajut kebersamaan dan persatuan di antara umat Islam. Mari kita jadikan tanggal 12 hingga 17 Rabiul Awal sebagai titik awal persatuan dan kebersamaan kita sebagai umat Muhammad Saw. Mari kita bangun persaudaraan antara Ahlusunnah dan Ahlulbait.
Mari kita bangun persatuan antara umat yang sama-sama meyakini Baginda Nabi Muhammad Al-Musthafa Saw. sebagai seorang Rasul, persatuan antara umat yang meyakini Allah swt. sebagai Tuhan dan Al-Quran sebagai pedoman.
Salah seorang keturunan beliau saw. telah memberikan contoh persatuan yang sangat baik dalam hal ini. Imam Khomeini adalah tokoh persatuan umat Islam dunia. Beliau berhasil merubah perbedaan dalam tanggal kelahiran Nabi saw. menjadi momen persatuan umat Islam sedunia. Atas prakarsa Imam Khomeini, setiap tanggal 12 hingga 17 Rabiul Awal setiap tahunnya di Iran diperingati sebagai perayaan Pekan Persatuan (Usbu’ Al-Wahdah).
Dalam kurun waktu itu, berbagai acara, baik bersifat nasional maupun internasional diselenggarakan di Republik Islam Iran itu. Di antaranya adalah konferensi atau seminar Al-Wahdah Al-Islamiyyah (Persatuan Islam) yang selalu dihadiri oleh para tokoh dan pemimpin umat Islam dari berbagai mazhab di berbagai negara, termasuk Indonesia. Banyak agenda yang dibahas untuk mewujudkan persatuan umat Islam dunia.
Semoga tidak lama lagi kita dapat menyaksikan keindahan dan kekuatan persatuan umat Islam di dunia sehingga seluruh negara Muslim merasa bangga dan kuat dengan keislamannya, karena telah berpegang teguh dengan tali Allah Swt.
Besar sekali faedah merayakan peringatan Maulid Nabi Saw. Dengan mendengar sejarah beliau saw, kita bisa meneladani beliau dan yang terpenting adalah Maulid Nabi Saw. dapat menciptakan persatuan dan kesatuan umat Islam dunia dari berbagai madzhab dan golongan. Itu juga sebagai salah satu perwujudan dari rahmat beliau Saw. untuk alam semesta dan kita semua. (*)
Sumber: Safinah Online dengan judul Maulid Nabi dan Persatuan Umat Islam