Search
Search
Close this search box.

Mengenal Clickable atau Klickbait

Webinar Cerdas Berdemokrasi Seri II di Bali. (igp/literasipost.com)
Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Pada penulisan berita, clickable dengan clickbait itu berbeda.

Seperti diungkapkan Heru Margianto (Managing Editor kompascom) saat menjadi narasumber dalam Webinar Series II Cerdas Berdemokrasi di Discovery Kartika Plaza Hotel Kuta yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, Kamis, dilansir media online baliwakenewscom.

Heru Margianto mengatakan media digital harus memiliki berita yang clickable atau memiliki daya klik. Namun dia menegaskan clickable  berbeda dengan clickbait.

Advertisements

Menurut Heru kalau clickable yakni menyediakan data yang akurat yang dapat menjadi minat atau daya tarik buat pembaca. Selain itu Judul yang diangkat sesuai dengan isi di dalamnya.

Clickbait, lanjut Heru lebih cenderung kepada pembohongan atau judul tidak sesuai dengan berita yang ada di dalamnya.

Clickbait dapat menurunkan kredibilitas media yang digunakan dan saya tidak menyarankan hal itu, “tegas dia.

Dia mencontohkan ada berita judulnya mengangkat nama seorang artis terkenal, ternyata nama yang dimaksud di dalamnya bukan artis tersebut, tetapi orang yang mempunyai nama sama dengan si artis. “Banyak contohnya. Seperti ada judul. “Anda akan menangis membaca point ke 3″. Ternyata setelah dibaca tidak membuat menangis tuh,” tukas Heru.

Sementara itu, narasumber lainnya, Tenaga Ahli Komunikasi Kantor Staf Presiden (KSP), Prita Laura mengangkat peran wartawan atau media dalam memerangi hoax.

Prita menyebut disrupsi digital telah memberikan‘efek samping dalam beberapa hal. Di antaranya muncul hoax dan disinformasi di tengah masyarakat. “Itu semua masuk ke rumah kita, pribadi kita, dan mendistorsi pikiran kita,” ujar mantan wartawan di salah satu televisi nasional tersebut.

Maraknya hoax maupun disinformasi ini lanjut dia menjadi tugas media untuk meluruskannya. Prita Laura bilang, ketika informasi yang beredar di media sosial sulit dikendalikan, kuncinya ada di produk jurnalistik.

Karenanya,kata Prita,  jurnalis atau media dituntut tidak hanya sekadar mengejar kecepatan berita, namun juga mampu menyajikan informasi akurat.

Hal ini penting sebab sering kali media cenderung mengutamakan kecepatan, namun melupakan akurasi data.

Tak kalah pentingnya, menurut Prita Laura media mainstream juga harus mampu membangun optimisme masyarakat lewat pemberitaan yang disajikan.

Terkait itu, seorang jurnalis dituntut untuk melakukan refleksi atas produk jurnalistik yang akan dihasilkannya.

Sementara itu, Anggota Dewan Pengawas LKBN Antara, Mayong Suryo Laksono menyoroti pentingnya idealisme dalam menyajikan produk jurnalistik. Karenanya, prinsip-prinsip jurnalistik tetap harus dikedepankan, tidak boleh dilanggar. “Harus ada idealisme, ada prinsip-prinsip jurnalistik yang tidak bisa dilanggar. Kedepankan netralitas,” ungkap dia.

Sumber: https://baliwakenews.com

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA