BERITAALTERNATIF.COM – Dunia terperangah dengan kejadian Operasi Badai al- Aqsa yang luar biasa yang dilancarkan oleh Pejuang Hamas dan Jihad Islam Palestina, sekaligus memperlihatkan betapa rapuhnya jaring laba-laba pertahanan rezim zionis Israel.
Bahkan, Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayjen Hossein Salami menegaskan Operasi Badai al-Aqsa menunjukkan keruntuhan Israel lebih dekat dengan kebinasaannya daripada yang diperkirakan.
“Jaraknya 70 km dari Gaza ke Tel Aviv, 120 km dari Palestina utara dan Lebanon selatan ke Tel Aviv, dan 40 km dari Tepi Barat ke Tel Aviv. Waktu untuk runtuhnya rezim palsu ini sangatlah singkat,” kata Hossein Salami kepada sekelompok anggota Basij di Qazvin, Kamis (30/11).
“Jika seperti dalam Operasi Badai al-Aqsa, mesin penggerak Palestina mulai bergerak lagi, rezim Zionis akan tersingkirkan dari geografi politik dunia dalam waktu 48 jam,” sambungnya.
Salami menilai hanya sedikit orang yang mengira tentara dan sistem keamanan rezim Zionis hampir runtuh.
Dia menjelaskan, Operasi Badai al-Aqsa menunjukkan kepada Zionis yang tinggal di wilayah pendudukan dan Amerika fakta bahwa keruntuhan rezim ini jauh lebih dekat dan lebih mudah daripada yang mereka bayangkan.
Salami mengatakan tidak ada lagi orang Israel yang bisa tidur nyenyak di malam hari karena mimpi buruk akan adanya serangan lain selalu membayangi rezim penjajah yang berada dalam situasi yang menyakitkan setelah operasi 7 Oktober.
“Saat ini, kecemasan dan kebingungan atas kekalahan rezim Zionis semakin terlihat di wajah para pejabat Amerika, karena tidak ada prospek untuk menyelamatkan rezim palsu Israel, dan para pendukungnya tidak dapat berbicara tentang kelangsungan hidup rezim tersebut,” paparnya.
Panglima IRGC mengatakan untuk menghindari kekalahan, Israel dan para pendukungnya memilih strategi yang sangat berbahaya yang tidak akan pernah membawa kemenangan.
Dia juga mengatakan bahwa AS tidak dapat lagi menahan tekanan kekuatan perlawanan terhadap pasukannya yang kewalahan di kawasan.
Pada sepekan terakhir, Jenderal Salami menyebutkan sebanyak 2000 tentara Israel telah meninggalkan Tepi Barat dan Gaza karena tidak dapat melanjutkan perang.
“Di sisi lain, kerugian akibat perang setidaknya mencapai 300 juta dolar per hari, dan satu dari setiap tiga pekerjaan di Israel telah hilang, dan semua hotel telah diubah menjadi akomodasi bagi para pengungsi mereka,” lanjutnya.
Situasi di Palestina justru sebaliknya, kata Jenderal Salami.
“Warga Gaza adalah orang-orang yang sabar, bersyukur, bijaksana dan luar biasa sehingga pasti akan meraih kemenangan dalam waktu dekat karena kegigihan mereka,” ujarnya.
Dia memandang hal ini terjadi ketika Israel dan Amerika terjebak dalam kubangan yang membuat mereka semakin tenggelam, semakin mereka berjuang.
Jenderal Salami menyinggung sensor ketat di media Israel tentang kekalahan rezim dalam perang Gaza.
Dia menjelaskan bahwa 300 di antara 1.600 tank dan pengangkut personel yang dibawa ke Gaza oleh Israel telah terkena serangan dan ratusan warga Israel terbunuh berdasarkan informasi akurat, termasuk foto udara, penyadapan telepon dan sarana intelijen lainnya serta informasi lapangan yang akurat.
Dia mengatakan saat ini, semua berita yang kami dengar adalah tentang Gaza dan Palestina, namun kami tidak mendengar atau melihat apa pun tentang kekacauan di kota-kota rezim Zionis, di mana situasinya jauh lebih buruk dari apa yang kita duga.
“Fakta ini memaksa mereka untuk menyetujui gencatan senjata,” tegasnya. (mm/nsa)
Sumber: Presstv via Liputan Islam