BERITAALTERNATIF.COM – Ibnu Katsir dalam karyanya, mengutip Alkitab, menuliskan bahwa Sarah memberikan Hajar sebagai selir atau menjadi istri Ibrahim lantaran dia sudah yakin tidak akan memiliki anak.
Namun, setelah mengandung, Hajar menjadi merasa lebih mulia dari Sarah dan itu membuat Sarah marah, sehingga dia memberi hukuman yang berat kepada Hajar.
Hajar melarikan diri, tetapi dia didatangi malaikat yang menyuruhnya untuk kembali sembari menenangkannya bahwa Allah akan memperbanyak keturunannya sampai tak bisa dihitung, juga menyuruhnya untuk memberikan anaknya dengan nama Ismail karena Allah mendengar penindasan atas Hajar. Disebutkan bahwa Ismail lahir pada saat Ibrahim berusia 86 tahun.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai status Hajar. Sebagian menyatakan bahwa dia adalah selir Ibrahim, sebagian menyatakan bahwa dia adalah istrinya. Pendapat lain menyatakan bahwa awalnya Hajar adalah selir Ibrahim, kemudian setelah Sarah wafat, Ibrahim menikahi dan menjadikan Hajar sebagai istri, lalu memberinya nama baru, Ketura.
Terkait asal-usulnya, beberapa sumber Islam dan Yahudi menyebutkan bahwa Hajar adalah seorang putri Midras Bereshith Rabba dan sebagian literatur Muslim menyebutkan bahwa Hajar adalah anak perempuan dari raja yang berusaha mengambil Sarah sebagai istri atau selirnya saat di Mesir.
Pendapat lain menyatakan bahwa dia adalah anak perempuan dari seorang raja yang masih keturunan Nabi Shaleh. Ayah Hajar kalah dalam peperangan dan raja yang menang perang (yang mengambil Sarah di kemudian hari) menjadikan Hajar tawanan dan pelayan di istananya. Alquran tidak memberikan keterangan mengenai perselisihan antara Sarah dan Hajar atau mengenai asal-usul Hajar.
Dalam sebuah riwayat Hadis diterangkan bahwa Ibrahim mendapat perintah untuk mengungsikan Hajar dan Ismail dari Syam dan menempatkan mereka di tengah padang pasir tak berpenghuni.
Saat Ibrahim beranjak pergi, Hajar membuntutinya dan bertanya, “Wahai Ibrahim, engkau hendak ke mana? Apakah kamu akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada suatu tanaman pun ini?”
Namun, Ibrahim tetap tidak menjawab meski Hajar bertanya berkali-kali. Setelahnya, Hajar mengganti pertanyaannya, “Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan semuanya ini?”
Barulah Ibrahim memberi jawaban, “Iya.” Hajar kemudian membalas, “Jika demikian, Allah tidak akan menelantarkan kami.” Lalu, Allah memunculkan mata air zamzam di tempat Hajar dan Ismail berdiam, kemudian beberapa bangsa Arab dari suku Jurhum datang dan ikut mendiami tempat tersebut.
Pada umumnya, sumber-sumber Islam dari Hadis dan tafsiran para ulama sepakat bahwa Hajar dan Ismail diungsikan saat Ismail masih kecil dan menyusu. Terkait peristiwa tersebut dalam sumber Alkitab, diperkirakan Ismail diungsikan pada sekitar usia enam belas tahun. Disebutkan bahwa Ismail lahir saat Ibrahim berusia 86 tahun dan Ishaq lahir saat Ibrahim berusia 100 tahun, sehingga keduanya terpaut sekitar empat belas tahun.
Hajar dan Ismail belakangan pergi dari Syam saat Ishaq sudah tumbuh sampai usia disapih dan disebutkan bahwa Hajar menggendong perbekalan berikut Ismail di bahunya sampai padang gurun.
Saat kehabisan air, Hajar digambarkan membuang anaknya di semak-semak sambil menangis karena tidak tahan melihat Ismail mati. Saat pandangan Hajar dibukakan Allah, dia melihat sumur dan langsung memenuhi wadahnya dengan air sumur tersebut, kemudian meminumkannya pada Ismail.
Peristiwa Penyembelihan
Dalam surah Ash-Shaffat disebutkan bahwa dalam mimpi, Ibrahim melihat dirinya menyembelih putranya dan hal ini ditafsirkan sebagai wahyu. Dia berdiskusi dengan putranya dan memintanya memikirkan masalah tersebut.
Anaknya menjawab, “Wahai bapakku, kerjakanlah yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Keduanya pun melaksanakan mimpi tersebut. Saat Ibrahim membaringkan putranya dan siap menyembelihnya, ada sebuah suara menyeru, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.” Kemudian putranya diganti dengan hewan sembelihan yang besar.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai identitas anak Ibrahim yang disembelih. Sebagian ulama menyatakan bahwa dia adalah Ismail, sedangkan ulama yang lain berpendapat Ishaq. Alquran tidak menyebutkan nama anak tersebut secara tersurat.
Umat Yahudi dan Kristen secara umum memandang bahwa putra Ibrahim yang disembelih adalah Ishaq. Disebutkan dalam Alkitab bahwa Allah memerintahkan Ishaq yang disebut “anakmu yang tunggal itu” untuk dikorbankan di tempat bernama Gunung Moria. Namun saat hendak disembelih, malaikat mencegahnya dan diganti dengan seekor domba jantan.
Tamu Ibrahim
Alquran menjelaskan bahwa suatu hari Ibrahim kedatangan tamu-tamu asing, jumlahnya tiga orang menurut sebagian tafsir ulama, kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi panggang. Namun mereka sama sekali tidak menjamah hidangan tersebut sehingga perbuatan tidak lazim mereka ini membuat Ibrahim takut.
Para tamu tersebut menenangkan Ibrahim dan menyatakan bahwa mereka adalah para malaikat yang diutus untuk membinasakan kaum Luth. Selain itu, mereka juga datang untuk mengabarkan bahwa Ibrahim dan Sarah akan dikaruniai anak laki-laki yang bernama Ishaq.
Mendengar hal tersebut, Sarah tercengang sembari menepuk mukanya sendiri lantaran merasa heran karena dia adalah wanita mandul yang sudah tua. Ibrahim juga merasa keheranan dan bertanya, “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut? Maka dengan cara bagaimanakah terlaksananya berita gembira yang kamu kabarkan ini?”
Para malaikat menjawab, “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang yang berputus asa.” Ibrahim menjawab, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.”
Dalam versi Alkitab disebutkan bahwa saat Ibrahim sedang duduk-duduk di pintu kemahnya saat panas terik, tiga tamu asing datang dan Ibrahim bersujud pada mereka sebagai bentuk penghormatan.
Ibrahim menghidangkan anak lembu, roti, dan susu. Kemudian, para tamu tersebut menyantapnya. Setelah itu, mereka mengabarkan bahwa pada tahun depan, Ibrahim dan Sarah akan memiliki anak laki-laki. Sarah tertawa mendengar kabar tersebut, kemudian Tuhan menanyakan alasan Sarah tertawa, padahal tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Sarah menyangkal bila tadi tertawa karena takut.
Alquran menjelaskan bahwa setelah rasa takut Ibrahim hilang, dia melakukan tanya jawab mengenai nasib kaum Luth pada para tamu tersebut. Alkitab menjabarkan tanya jawab tersebut bahwa saat para tamu tersebut beranjak pergi hendak menghancurkan kaum Sodom, Ibrahim menyela dan bertanya, “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu?”
Tuhan (melalui para malaikat itu) menjawab bahwa Dia tidak akan menghancurkan kota tersebut jika ada lima puluh orang benar. Ibrahim melanjutkan pertanyaannya sampai hitungan bila ada sepuluh orang benar di sana. Tuhan menjawab bahwa kota tersebut tidak dihancurkan jika masih ada sepuluh orang benar.
Dalam Alquran, Ibrahim mengkhawatirkan nasib Luth yang juga ada di kota tersebut. Para malaikat tersebut menyatakan bahwa Luth akan diselamatkan.
Tanya jawab antara Ibrahim dan para malaikat menggambarkan bahwa Ibrahim tidak tega bahwa kaum Sodom akan dihancurkan dan Alquran menyebut Ibrahim sebagai pribadi yang penyantun dan lembut hati.
Meski demikian, para malaikat meminta menghentikan tanya jawab tersebut lantaran kaum Sodom sudah mendapat ketetapan Tuhan dan mereka akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.
Ka’bah dan Haji
Dalam Alquran disebutkan bahwa bersama Ismail, Ibrahim meninggikan pondasi Ka’bah. As-Suddiy menyatakan bahwa tatkala diperintahkan Allah untuk membangun Ka’bah, Ibrahim dan Ismail tidak mengetahui tempat yang cocok untuk tempat pembangunan tersebut, Allah mengutus angin yang menyapu segala hal yang ada di sekitar tempat yang akan dibangun Ka’bah.
Saat Ka’bah sudah mulai tinggi, Ibrahim menggunakan batu pijakan agar dapat menggapai bagian atas Ka’bah. Batu pijakan tersebut kemudian disebut “Makam Ibrahim” dan di sana terdapat bekas pijakan kaki Ibrahim.
Pada masa ‘Umar bin Khaththab, makam Ibrahim yang awalnya menempel ke dinding Ka’bah kemudian digeser menjauh dari dinding agar tidak menghalangi orang yang sedang tawaf.
Tatkala pondasinya telah sempurna, Ibrahim memerintahkan Ismail agar mencari batu untuk diletakkan di sudut Ka’bah. Namun sebelum Ismail tiba, Malaikat Jibril membawakan batu tersebut. Batu tersebut adalah “hajar aswad.”
Setelah usai, Ibrahim diperintahkan menyeru manusia untuk melaksanakan ibadah haji dan mengajarkan tata caranya.
Haji tetap terus dijalankan setelah Ibrahim dan Ismail wafat. Menurut sejarawan Marshall Hodgson (1922–1968), umat Kristen Arab juga melaksanakan haji pada masa pra-Islam.
Saat bangsa Arab perlahan mulai jatuh dalam kemusyrikan, ibadah haji masih bertahan, tetapi tercampuri ritual pengagungan pada berhala-berhala dan di sekitar Ka’bah didirikan banyak berhala. Pada masa Nabi Muhammad, ibadah haji dikembalikan untuk pengagungan Allah semata sebagaimana pada masa Ibrahim dan berhala-berhala di sekitar Ka’bah dihancurkan.
Kejadian Lain
Alkitab menjelaskan beberapa bagian kehidupan Ibrahim yang tidak terdapat dalam Alquran. Saat tinggal di Palestina, Sarah diambil seorang raja di kawasan tersebut, Abimelekh, untuk dijadikan istri atau selir lantaran Abimelekh mengira dia belum menikah.
Ibrahim menyatakan bahwa Sarah adalah saudarinya karena takut dibunuh. Namun Allah memperingatkan Abimelekh lewat mimpi bahwa Sarah adalah istri orang. Abimelekh memanggil Ibrahim dan menegurnya karena tidak mengatakan yang sebenarnya, tetapi Ibrahim berdalih bahwa Sarah memang saudari seayahnya, tapi berbeda ibu.
Abimelekh mengembalikan Sarah dan memberikan Ibrahim banyak hewan ternak dan budak. Dalam kronologi Alkitab, kejadian ini berlangsung setelah kehancuran Sodom dan sebelum Sarah melahirkan Ishaq.
Sarah wafat pada usia 127 tahun dan Ibrahim memakamkannya di tempat bernama Gua Makhpela di Hebron. Ibrahim membeli gua itu dari salah seorang Bani Het bernama Efron bin Zohar seharga empat ratus syikal perak.
Setelah Sarah wafat, Ibrahim mengambil istri atau selir bernama Ketura dan mereka memiliki enam orang putra: Zimran, Yoksan, Medan, Midian (Madyan), Isybak, dan Suah. Sebagian pendapat menyatakan bahwa Ketura adalah orang yang sama dengan Hajar.
Demi mencarikan istri untuk Ishaq, Ibrahim memerintahkan kepala pelayannya untuk pergi ke tanah kelahiran Ibrahim di Irak agar mencarikan gadis dari keluarga Ibrahim di sana. Pelayan Ibrahim tersebut pergi ke kediaman keluarga Ibrahim dan meminangkan Ribka (Rifqah, Rafiqah) untuk Ishaq.
Ribka adalah putri Betuel bin Nahor. Nahor adalah saudara Ibrahim, sehingga Ribka adalah anak dari sepupunya Ishaq secara silsilah. Ribka dan keluarga besarnya menerima pinangan tersebut dan akhirnya dia ikut ke Palestina bersama pelayan Ibrahim dan menikah dengan Ishaq. Saat itu Ishaq berusia empat puluh tahun dan Ibrahim berusia sekitar 140 tahun.
Ibrahim meninggal pada usia 175 tahun dan dia dimakamkan oleh Ismail dan Ishaq di tempat yang sama dengan Sarah.
Makam Ibrahim dan Sarah menjadi bagian dari kekuasaan kekhalifahan pada tahun 637 dan setelahnya dibangun masjid di situs tersebut dengan nama Masjid Ibrahimi.
Sudut Pandang
Ibrahim menempati kedudukan yang tinggi dalam Islam, Yahudi, dan Kristen. Tokoh-tokoh terpenting dalam agama-agama ini (seperti Musa, ‘Isa/Yesus, dan Muhammad) memiliki keterkaitan silsilah dengan Ibrahim dan ketiga agama tersebut (beserta agama turunannya) juga disebut agama Abrahamik.
Ibrahim dipandang sebagai salah satu nabi dan rasul ulul azmi dan mendapat julukan khalilullah (kesayangan Allah) dan leluhur umat Muslim.
Ibrahim merupakan tokoh manusia yang namanya disebutkan terbanyak kedua dalam Alquran, yakni sebanyak 69 kali.
Disebutkan pula bahwa Ibrahim adalah imam bagi manusia, keluarganya dilebihkan atas segala umat, dan keturunannya dianugerahi kitab dan hikmah.
Agama Islam yang dibawa Muhammad juga dipandang sebagai kesinambungan dari ajaran Ibrahim. Ibrahim juga disebut sebagai teladan dan Nabi Muhammad beserta umat Muslim diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim yang lurus.
Ditegaskan pula bahwa yang membenci agama Ibrahim adalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang yang mengikuti ajarannya, Nabi Muhammad, dan orang-orang yang beriman. Namanya juga disandingkan dengan Muhammad dalam shalawat.
Ibrahim juga erat kaitannya dengan Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Meski beberapa tradisi mencatat Ka’bah sudah dibangun sebelumnya (sebagian pendapat menyatakan pendirinya adalah Adam, sebagian menyatakan para malaikat), Ibrahim berperan sebagai pembangun ulang.
Ibrahim juga mengajarkan syariat haji dan rukun Islam kelima ini menjadi ibadah yang sarat kenangan dan keteladanan akan sosok Ibrahim, begitu juga dalam hari raya Idul Adha.
Pandangan Yahudi dan Kristen
Dalam tradisi Yahudi, Ibrahim disebut Avraham Avinu, “bapak kami Abraham,” menunjukkan kedudukannya sebagai leluhur biologis bangsa Yahudi dan ayah dari agama Yahudi, juga dipandang sebagai bangsa Yahudi pertama.
Dalam Legenda Bangsa Yahudi disebutkan bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi demi Ibrahim. Setelah banjir besar Nuh, Ibrahim adalah satu-satunya di antara orang saleh yang bersumpah tidak pernah meninggalkan Tuhan. Dia juga belajar di kediaman Nuh dan Sem mengenai ajaran Tuhan dan meneruskan garis keimaman dari Nuh dan Sem, kemudian diteruskan Ibrahim dan dilanjutkan Lewi (cicit Ibrahim) dan keturunannya sampai seterusnya.
Bersama Ishaq dan Ya’qub, nama Ibrahim juga disebutkan bersama dengan Tuhan, sebagaimana Tuhan dalam Yahudi disebut Elohei Abraham, Elohei Yitzchaq ve Elohei Ya`aqob (Tuhannya Abraham, Tuhannya Ishaq, dan Tuhannya Ya’qub) dan tidak pernah disebut Tuhannya yang lain.
Ibrahim juga disebutkan sebagai ayah dari tiga puluh bangsa. Secara umum, Ibrahim juga dipandang sebagai penulis Sefer Yetzirah atau Kitab Penciptaan, salah satu kitab dalam mistisme Yahudi. (Sumber: Wikipedia)