Search
Search
Close this search box.

Nasionalisme Abal-Abal dan Isu Palestina

Penulis.(Istimewa)
Listen to this article

Oleh Dr. Muhsin Labib, MA *

Karena merasa mencintai Pancasila, sebagian orang membenci khilafah yang diusung sebagai pengganti Pancasila.

Karena merasa nasionalis, membenci para pengusung khilafah yang sebagian besar beraliran wahabi, atau karena mencintai Nusantara, mereka membenci wahabisme yang dianggap anti budaya lokal karena mengharamkan, membid’ahkan dan memusyrikkan apapun yang tak dianjurkan dalam teks agama.

Advertisements

Karena wahabisme datang Arab Saudi dan karena mengira Arab Saudi adalah semua Arab, mereka mengira Arab cuma satu negara dan satu bangsa juga satu pandangan keagamaan dan sikap politik bahkan satu tipe kemudian mencemooh wilayahnya hingga iklim dan gurunnya juga bahasa serta budayanya yang sesuai dengan masyarakatnya di sana.

Karena mengira nasionalisme dan cinta Pancasila adalah memihak Pemerintah dan karena tak bedakan menerima konstitusi Negara (UUD) dengan mendukung semua kebijakan Pemerintah, mereka membenci semua yang menentang atau mengritik Pemerintah seraya menganggapnya sebagai anti NKRI dan Pancasila.

Karena sebagian pihak yang mengusung khilafah juga menentang Pemerintah, mereka menganggap semua yang bersikap kritis terhadap kebijakan Pemerintah sebagai anti NKRI dan Pancasila.

Karena beberapa pihak yang menentang kebijakan Pemerintah adalah beberapa individu warga dari keturunan Arab, mereka membenci apapun yang terkait dari sisi apapun dengan Arab dan memvonis mereka secara general sebagai musuh tanpa pilah dan pilah meski banyak dari mereka turut membangun budayanya yang majemuk, turut memperkaya bahasanya, memperjuangkan kemerdekaannya, turut hadir dalam momen penting sejarah kemerdekaan dan setelahnya hingga kini, juga mempersembahkan banyak pahlawan yang gugur dan banyak warga berprestasi dalam ragam bidang.

Karena membenci apapun yang terkait dengan Arab, sebagian mulai secara implisit menghujat agama yang diperkenalkan pertama kali di wilayah Arab dengan menganggapnya agama gurun, agama import dan sebagainya, mencemooh kitab sucinya yang tertulis dengan bahasa Arab meskipun mayoritas warga NKRI menganutnya.

Karena membenci secara total apapun yang terkait dengan Arab, dan karena Palestina berpenduduk mayoritas etnis Arab, mulai secara terbuka mendukung Israel yang menjajahnya, menghina perjuangan dan pengorbanan rakyatnya, bahkan menganggapnya sebagai terorisme meski Konstitusi NKRI menyerukan dihapuskannya penjajahan dan meskipun Pemerintah yang didukungnya memihak Palestina.

Simak kata monumental Bung Karno tentang nasionalisme :

“Nasionalisme kita bukanlah nasionalisme yang sempit; ia bukanlah nasionalisme yang timbul dari pada kesombongan bangsa…ia adalah nasionalisme yang lebar; nasionalisme yang timbul daripada pengetahuan atas susunan dunia dan riwayat; ia bukanlah ‘jingo-nationalism’ atau chauvinisme. Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang di dalam kele­baran dan keluasannya memberi tempat cinta pada lain-lain bangsa, sebagai lebar dan luasnya udara, yang memberi tempat segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup.”

Lalu simaklah apa kata Bung Karno tentang Palestina :

“Selama kemerdekaan Bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”

Kini menjadi jelas siapa nasionalis sejati dan siapa nasionalis palsu alias rasis?

*) Cendekiawan Muslim

 

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements

BERITA ALTERNATIF

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA