BERITAALTERNATIF.COM – Ongky Almus lahir di Kabupaten Lintang Empat Lawang, sebuah kabupaten baru di ujung perbatasan Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu.
Dia berasal dari keluarga sederhana di sebuah pedesaan yang jauh dari perkotaan dan hiruk pikuk kemewahan. Ayahnya pun merupakan seorang petani sederhana di daerah tersebut.
Semasa kecil, Ongky sering kali bermain di hutan juga sawah, dan sebagaimana anak-anak di masa itu, ia terbiasa bekerja dan mencari uang sejak dini. Mulai dari buruh kebun, buruh angkut hasil bumi, dan lain-lain. Dia pun terbiasa hidup dengan penuh perjuangan.
Masa Sekolah
Pada usia enam tahun, Ongky telah memasuki masa Sekolah Dasar (SD), sebab di desanya saat itu tidak memiliki taman kanak-kanak atau pendidikan anak usia dini.
Saat duduk di kelas 1 dan 2 SD, ia bersekolah di salah satu SD di Palembang. Ketika orang tuanya diterima menjadi guru honorer di Kabupaten Palawang, Ongky kemudian pindah dan menyelesaikan pendidikan dasarnya di kabupaten tersebut hingga masuk ke sekolah menengah pertama.
Kemudian di masa SMA, Ongky merantau ke Kota Garut, Jawa Barat. Ia bersekolah di SMK YBKP 3 Garut. Di sinilah ia mengenal kehidupan perkotaan dan hidup sendiri, jauh dari kedua orang tuanya.
Saat berada di tanah rantau, dia tidak berhenti mencari berbagai pekerjaan. Ongky masih harus bekerja keras mengingat saat itu orang tuanya hanyalah seorang guru honorer.
Lulus SMK, dia tidak serta-merta melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia memulainya dengan bekerja di sebuah perusahaan farmasi dan ditempatkan di Kota Subang, Jawa Barat. Selagi bekerja, Ongky melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi pada tahun 2015. Dia kemudian lulus pada tahun 2021.
Jejak Karier
Dua tahun di Kota Subang, Ongky dimutasi ke Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada tahun 2012. Setahun di Tenggarong, dia kembali dimutasi ke Kota Balikpapan selama tiga bulan sebelum pindah perusahaan dan naik jabatan di Samarinda hingga tahun 2016.
Selama bekerja, ia telah membangun banyak bisnis kecil seperti kafe, rumah makan, angkringan, ice cream, hingga laundry. Waktunya banyak tersita untuk membesarkan usaha-usaha tersebut. Pada tahun 2016, Ongky memilih keluar dari perusahaan dan mulai fokus mengembangkan bisnisnya.
Pada tahun 2019, di masa perkuliahannya, dia mulai mengenal dunia jual-beli mobil. Pada tahun itu pula ia menghadapi tahun-tahun yang berat karena ditimpa masalah keluarga yang mulai hancur sehingga mempengaruhi usahanya. Usaha jual-beli mobil inilah yang kemudian masih bertahan hingga hari ini.
Usaha ini dianggapnya seperti usaha alat elektronik lainnya. Untuk mengembangkannya dibutuhkan jejaring dan koneksi yang kuat agar bisa mendapatkan suplai barang. Untuk bisa mendapat jaringan yang luas tersebut, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi seorang makelar, perantara dagang yang bertindak sebagai pihak ketiga yang memfasilitasi transaksi antara dua pihak atau lebih. Ketika jaringan dan suplai barang sudah mulai terbentuk, langkah selanjutnya yang dilakukannya adalah membeli barang sendiri.
Dari tabungannya sebagai makelar, sedikit demi sedikit ia mulai membeli mobil sendiri untuk kemudian diperjualbelikan.
Saat ini, Ongky berencana memulai bisnis gadai. Bisnis ini tak lain bertujuan untuk mendapatkan suplai barang dengan harga yang lebih murah.
Namun, kendala utamanya adalah permodalan. Sebab, untuk mengembangkan bisnis seperti ini, terutama yang berhubungan dengan kendaraan bermotor, membutuhkan modal yang lebih besar dari usaha showroom. Karena itu, agar usaha mobil dan gadai ini bisa berjalan dengan lancar, dibutuhkan lebih banyak investor di masa depan.
Karier Organisasi
Atas kecintaannya terhadap budaya, Ongky bergabung serta menjadi Ketua Generasi Muda Sriwijaya (GMS) Kaltim. Sriwijaya identik dengan kerajaan yang berasal dari wilayah Sumatera yang merupakan tempat masa kecilnya sehingga ia memiliki semacam keterikatan satu budaya dan kerinduannya terhadap bahasa daerah pun terbayar.
Sebab, pengurus dan anggota organisasi tersebut menggunakan bahasa daerah, sehingga bukan profit yang mereka kejar, tetapi kebersamaan dan kehangatan suasana kampung halaman mereka.
Hal ini bermula pada tahun 2015. Ongky yang saat itu sering duduk dan menyantap empek-empek khas Palembang bertemu dengan kakak kelasnya yang saat itu merupakan Sekretaris Pemuda Pancasila dan Pengurus GMS.
Dari sanalah ia mengetahui bahwa ada sebuah organisasi Sumatera Selatan yang sudah berdiri sejak lama bahkan di tahun 80-an dan berdomisili di Kaltim.
Secara bertahap ia mulai aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, mulai menjadi anggota, pengurus kota Samarinda sebagai ketua bidang advokasi, dan selalu mengikuti berbagai kegiatan organisasi.
Kemudian dalam pemilihan Ketua GMS Kaltim, melalui musyawarah wilayah, ia diajukan oleh para anggota lain sebagai calon tunggal untuk menjadi ketua umum. Ongky pun bersedia mengemban tugas tersebut atas dasar kecintaannya pada organisasi dan daerahnya.
Sesuai dengan marwah organisasi, selain menjalin silaturahmi, GMS Kaltim bertujuan untuk bermitra dengan pemerintah yang berdasarkan pada AD/ART mereka.
GMS juga mulai bekerja sama dengan beberapa instansi seperti Kesbangpol, Pemberdayaan Wanita, Dispora, hingga KNPI.
Saat ini, GMS sudah melakukan pendataan administrasi terkait keanggotaan mereka yang dibuktikan dengan kartu anggota.
Mereka juga mulai menghidupkan kembali GMS Cabang Bontang, Balikpapan, Sangatta, hingga Samarinda yang sebelumnya berada dalam posisi vakum.
Ongky menargetkan setiap kota di Kaltim memiliki anggota GMS yang terdata. Menindaklanjuti hal tersebut, GMS sudah melakukan sosialisasi sesuai bidang mereka masing-masing.
Dalam waktu dekat, mereka akan membuat tablig akbar yang saat ini sudah mulai dirancang. Mereka mengundang para habaib.
GMS juga membuat berbagai pelatihan kaderisasi mulai di kampus-kampus mengingat banyak anggota GMS merupakan kaum terpelajar.
Ongky menyebutkan bahwa hubungan antara GMS dengan organisasi kedaerahan lain terjalin dengan sangat baik. Hal ini dimulai dengan komunikasi hingga interaksi antara anggota serta ketua mereka. Hubungan baik itu terbukti dengan kehadiran perwakilan organisasi-organisasi kedaerahan dalam acara pelantikannya.
Dia berharap pemerintah bisa memberikan perhatian kepada para pemuda sebab mereka adalah para pewaris bangsa di masa depan.
Dalam pembangunan IKN, kata Ongky, para pemuda bisa dilibatkan sesuai kompetensi mereka. Bukan hanya dalam acara resmi pemerintahan, tetapi juga pelatihan dan kegiatan-kegiatan lainnya. (*)
Penulis: Hanna
Editor: Ufqil Mubin