BERITAALTERNATIF.COM – Persahabatan antara Amien Rais dan Buya Syafii Maarif telah terjalin sejak lama, bahkan jauh sebelum keduanya berkhidmat di Muhammadiyah.
Mantan Ketua PP Muhammadiyah Amien Rais mengungkapkan bahwa keduanya pertama kali berkenalan sebelum Gerakan 30 September 1965.
Saat Buya Syafii menempuh pendidikan di Universitas Cokroaminoto, Amien sedang mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kemudian, almarhum memutuskan untuk pindah ke IKIP Yogyakarta. Lokasi dua kampus tersebut, yakni UGM dan IKIP Yogyakarta, relatif dekat.
Saat itu, mereka juga aktif di majelis tablik. Di majelis itu, bergabung pula sejarawan Indonesia, Kuntowijoyo. “Kami berada dalam satu majelis,” ungkap Amien sebagaimana dikutip beritaalternatif.com dari kanal YouTube TVOne, Sabtu (28/5/2022) siang.
Setelah menempuh S2 di Iona University, Buya Syafii kemudian pulang ke Indonesia. Saat itu, almarhum melamar dan diterima S3 di The University of Chicago bersama almarhum Nurcholish Madjid dan Amien.
Kata Amien, saat menempuh pendidikan di Chicago, Buya Syafii dipuji oleh intelektual muslim dunia, Fazlur Rahman. Ia disebut sebagai intelektual yang sukses.
Meski kerap berbeda pendapat terkait berbagai persoalan bangsa, Amien mengaku tidak pernah saling menghujat satu sama lain dengan Buya Syafii, meski perbedaan pemikiran itu sangat kental.
“Cari saja satu kata di ruang publik, baik saya ataupun Buya Syafii tidak pernah mengatakan kata-kata yang buruk,” ungkapnya.
Dia mengatakan, Buya Syafii merupakan sejarawan yang pernah mendalami kebudayaan Islam di The University of Chicago.
Ia mengenang almarhum sebagai pribadi yang sangat sederhana. Hal ini terlihat dari kehidupannya sehari-hari yang tidak silau dengan kemewahan, meski telah menduduki berbagai jabatan penting di Indonesia.
Kala masih muda, ungkap Amien, Buya Syafii pernah berjualan kambing di Solo. Kemudian, almarhum juga pernah menjaga sebuah toko di Yogyakarta.
Buya Syafii, lanjut dia, telah berkontribusi terhadap bangsa Indonesia melalui Muhammadiyah serta berbagai aktivitas intelektual dan praktisnya selama mengabdi untuk Indonesia.
“Semoga beliau diterima amal salehnya,” harap Amien.
Bila dilihat dari berbagai kontribusinya untuk Indonesia, Amien menilai Buya Syafii layak menjadi pahlawan nasional.
“Kalau mengingat kontribusinya, mengapa tidak? Why not. Silakan,” pungkasnya. (*)