Search
Search
Close this search box.

Para Makelar Perang (2)

Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Bagaimana cara kerja mesin-mesin propaganda Barat dalam menciptakan histeria massal soal Suriah? Berikut ini bagan alur propaganda yang terkait dengan White Helmets.

No Fly Zone’ (NFZ) adalah kata kunci dalam operasi ‘humanitarian intervention’ alias serangan militer berkedok ‘membantu kemanusiaan’. Frasa ini menjadi terkenal selama perang NATO di Yugoslavia (Perang Balkan), Perang Koalisi AS di Irak (Perang Teluk), dan serbuan NATO di Libya. Menciptakan NFZ adalah penting dalam program intervensi, di mana wilayah tertentu tidak boleh dilalui oleh pesawat mana pun, kecuali oleh pesawat milik Barat. Barat bahkan dianggap berhak menembak pesawat milik pemerintah yang terbang di wilayah udaranya sendiri.

Dalam opini publik Barat, kata NFZ masih memiliki konotasi negatif karena perannya di masa lalu yang berkaitan dengan agresi militer Barat. Teknologi digital yang baru diperlukan untuk mengemas ulang merek itu. Internet dan jejaring sosial menyediakan sarana pengemasan ulang itu, antara lain melalui petisi online. Organisasi yang terdepan dalam aksi ini adalah Avaaz.org, yang didirikan tahun 2007 oleh Res Publica and Moveon.org, dan salah satu sumber dananya adalah George Soros.

Advertisements

Avaaz mengaku sebagai lembaga non-profit, tetapi nyatanya mereka bekerja sama dengan perusahaan profit bernama Purpose Inc, sebuah perusahaan public relation yang berbasis di New York. Pada 2012 dan 2013, kampanye Avaaz menampilkan sejumlah petisi online besar yang menuntut PBB memberlakukan NFZ.

Jurnalis Rick Sterling menulis, “Banyak orang yang bermaksud baik saat menandatangani petisi Avaaz, tetapi mereka sesungguhnya masyarakat yang naif dan sedang ditipu dengan menggunakan informasi yang salah. Jika kampanye berhasil mengarahkan PBB untuk memberlakukan NFZ, perang, kekacauan, dan pertumpahan darah akan semakin jauh meningkat.”

Organisasi ‘relawan’ yang dikedepankan oleh Avaaz dalam kampanyenya adalah White Helmets (WH). Avaaz menampilkan WH sebagai pahlawan yang berada di lapangan dan menolong para korban ‘kekejaman Assad’.

Biaya untuk propaganda ini sangat mahal. The Syrian Campaign saja menerima sumbangan dari Asfari Foundation (taipan pengusaha migas berbasis di Inggris) sebesar 180.000 dolar, dari Rockefeller Brothers Fund 120.000 dolar, dan sisanya dari pihak anonim. Dana setahun yang dimiliki SC adalah 800.000 dolar.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Mark Toner, secara terbuka mengakui memberi WH dana sebesar 23 juta dolar, melalui USAID. Padahal di saat yang sama, ia juga mengakui bahwa pemerintah AS telah menolak memberi visa kepada Read Saleh, pimpinan WH, dengan alasan Saleh terkait dengan terorisme.

Menteri Luar Negeri Inggris (kala itu), Boris Johnson, mengatakan, “Dengan bangga saya katakan, kami telah membantu 32 juta poundsterling untuk WH, sebagai bagian dari paket bantuan sebesar 65 juta pound.”

Kita belum menghitung berapa uang yang diterima oleh Purpose Inc., Avaaz, dan sekian banyak LSM lainnya. Belum pula kita perhitungkan biaya propaganda untuk media-media mainstream. Dalam buku The CNN Effect in Action (Bahador, 2007) disebutkan bahwa salah satu peran CNN dalam perang adalah agenda setting, yaitu memilih berita mana yang diangkat sehingga opini publik terguncang, dan pemerintah terpaksa/dipaksa mengambil keputusan perang sesegera mungkin tanpa pertimbangan panjang soal kepentingan nasional.

CNN bahkan memproduksi berita hoaks. Misalnya, menggunakan foto di video game untuk berita ‘pertempuran di Aleppo’. Atau, membuat video hoaks: reporter CNN siaran langsung dari medan perang (Perang Irak, Libya, Suriah), dan terdengar bunyi letusan senjata. Namun akhirnya selalu saja ketahuan bahwa si reporter itu hanyalah berpura-pura.

Lalu mengapa CNN melakukan agenda setting itu? Tentu, akan terkait dengan kepentingan pemilik modal media-media tersebut. CNN tidak sendirian. Semua media mainstream bersekutu dalam hal ini karena pemodalnya itu-itu juga, yaitu para pengusaha pro-Zionis.

Bisa dibayangkan betapa besar ‘modal’ yang digelontorkan Barat untuk menggulingkan Assad. Demi apa? Demi menolong kaum Sunni dalam melawan Assad Syiah? Anda percaya itu? (*Sumber: Dina Sulaeman dalam buku Salju di Aleppo)

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA