Search
Search
Close this search box.

Para Petani Keluhkan Masalah Kekeringan, Kepala Distanak Kukar Uraikan Solusinya

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Muhammad Taufik. (Kaltimkita.com)
Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Hujan tak kunjung turun selama sepekan terakhir. Hal ini mengakibatkan kekeringan di sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Kukar, Provinsi Kalimantan Timur.

Seorang petani di Kelurahan Bukit Biru Kecamatan Tenggarong mengeluhkan masalah tersebut. Pasalnya, selama ini petani-petani Bukit Biru masih mengandalkan air hujan untuk mengairi lahan pertanian mereka.

Kekeringan lahan pertanian ini juga dikeluhkan oleh para petani di Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu. Dari pantauan media ini pada Jumat (4/8/2023) sore, lahan yang ditanami cabai di desa tersebut telah mengering.

Advertisements

Para petani di desa tersebut menyampaikan keluhannya kepada Bupati Kukar, Edi Damansyah. Petani-petani di Jembayan meminta Bupati memberikan solusi terkait masalah kekeringan yang menimpa lahan pertanian mereka.

“Saya minta Kepala Dinas Pertanian menyelesaikan masalah ini,” imbuh Bupati Edi di hadapan ratusan petani Jembayan.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar Muhammad Taufik mengakui bahwa pertanian di Kukar masih mengandalkan air dari tadah hujan. “Sehingga potensi kekeringan itu cukup besar,” ucapnya.

Menurut dia, ada beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah kekeringan lahan pertanian, salah satunya para petani menampung air hujan.

Selain itu, kata Taufik, pemerintah daerah bisa membangun embung kecil. Namun syaratnya harus ada sumber air di lokasi embung tersebut. “Masalahnya di sini kita keterbatasan sumber air,” katanya.

Karena itu, sambung Taufik, solusi pertama jauh lebih memungkinkan diwujudkan untuk menanggulangi masalah kekeringan lahan pertanian dalam jangka pendek.

“Yang bisa dilakukan adalah pemanenan air hujan. Meskipun dalam 10 sampai 20 hari sudah habis, tapi masih bisa dimanfaatkan untuk menyirami tanaman sayuran dan lain-lain,” terangnya.

Solusi ini, kata dia, juga mempunyai kelemahan. Kapasitas air yang tersimpan dalam kolam tergolong sedikit dibandingkan air yang tersedia di embung.

“Airnya tidak bisa dalam kapasitas yang besar. Kapasitasnya kecil-kecil kayak kolam,” jelasnya.

Taufik juga menguraikan solusi lainnya untuk menanggulangi masalah kekeringan lahan pertanian. Caranya, para petani bisa mengebor air.

Untuk mencari sumber air lewat pengeboran, sambung dia, dibutuhkan usaha ekstra. Pasalnya, pengeboran harus dilakukan di kedalaman lebih dari 10 meter.

“Untuk mencari sumber air dalam itu sangat memerlukan energi dan ketelitian tinggi,” terangnya.

Pada kedalaman 15 hingga 20 meter, lanjut Taufik, debit air yang didapatkan dari pengeboran tergolong kecil.

“Kalau lebih dalam lagi, kita khawatir keluar gas. Saya pernah coba. Beberapa kali gagal dapat air,” ungkapnya.

Namun demikian, ia menyebutkan, kendala tersebut bisa dipecahkan dengan melibatkan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kukar untuk melakukan pemetaan potensi air tanah di Kukar.

“Kita perlu kajian terkait potensi airnya. Kita tidak bisa langsung ngebor, karena butuh puluhan jutan juga untuk ngebor. Ketika airnya tidak ada, jadi mubajir,” ujarnya. (fb)

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA