Jakarta, beritaalternatif.com – Pelaku pasar tengah menanti hasil rapat Bank Sentral Eropa atau ECB minggu ini karena lembaga yang berkedudukan di Frankfurt ini akan bertemu untuk membahas stimulus era pandemi di tengah melonjaknya inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang solid.
Beberapa pihak baik di dalam dan di luar bank percaya sudah saatnya ECB mengurangi stimulus moneternya karena masalah rantai pasokan global mendorong harga lebih tinggi untuk semua jenis barang. Tetapi ketidakpastian atas pandemi virus corona masih tetap ada.
“Sementara ECB dapat memoderasi laju pembelian aset daruratnya secara moderat di (kuartal keempat), kami tidak mengharapkan bank untuk mengumumkan kapan dan bagaimana mereka akan menghentikan ‘Program Pembelian Darurat Pandemi’ (PEPP) dan sejauh mana ECB akan meningkatkan Program Pembelian Aset (APP) standar sederhana dan membuatnya lebih fleksibel,” ujar Holger Schmieding, Kepala Ekonom di Berenberg Bank, dalam sebuah catatan penelitian.
“Keputusan kunci ini, yang menjanjikan sangat kontroversial, kemungkinan akan ditunda ke pertemuan Desember,” tambahnya, seperti dilansir CNBC International.
Lembaga yang dipimpin oleh Christine Lagarde itu mengembangkan program pembelian aset baru setelah virus corona pada Maret 2020 untuk mendukung zona euro. PEPP akan berakhir pada Maret 2022 dengan potensi total 1,85 triliun euro atau US$ 2,19 triliun.
Saat ini, ECB telah membeli obligasi senilai 80 miliar euro setiap bulan di bawah program tersebut. Schmieding memperkirakan ECB kemungkinan akan menguranginya menjadi 70 miliar euro pada penyelesaian pertemuan Dewan pada hari Kamis (9/9/2021).
ECB juga mempertahankan program pembelian asetnya, yang dikenal sebagai APP, di tengah pandemi ini. Adapun, APP saat ini telah mencapai sebesar 20 miliar euro. Bank sentral telah menjalankan program ini bersamaan dengan PEPP untuk menopang ekonomi 19 anggota.
Lebih lanjut, inflasi di zona euro mencapai level tertinggi 10 tahun sebesar 3 persen pada Agustus, sementara produk domestik bruto pada kuartal kedua mengejutkan naik 2 persen kuartal-ke-kuartal (qtq). Perkembangan ini dapat mendorong ECB untuk juga meningkatkan proyeksi pertumbuhannya seperti yang ditunjukkan oleh Wakil Presiden Luis de Guindos baru-baru ini.
Namun masih ada keraguan di pasar. “Berdasarkan pandangan ke depan, tidak jelas seberapa positif ECB dapat berubah di tengah kekhawatiran yang berkepanjangan atas varian Delta, perlambatan China, pengurangan Fed atau hambatan sisi pasokan,” kata Frederik Ducrozet, Pengamat ECB di Pictet Wealth Management, dalam sebuah catatan risetnya. (bisnisindonesia/ln)