BERITAALTERNATIF.COM – Adalah fakta bahwa ada sebagian tokoh yang masuk kategori ‘ulama terkemuka’ yang menyerukan ‘jihad’ di Suriah. Syekh Yusuf Qardhawi yang bermukim di Qatar bahkan pernah berfatwa ‘para pendukung Assad, baik itu orang biasa, tentara, bahkan ulama boleh diperangi/dibunuh’.
Namun, yang perlu dicatat, ada juga sangat banyak ulama yang menentang pendapat dan fatwa seperti ini. Antara lain, Mufti Agung Suriah, Syekh Ahmad Hassoun, seorang ulama Sunni. Saya menonton video rekaman pidato Syekh Hassoun pada hari pemakaman anaknya, Sarya.
Sarya adalah seorang mahasiswa Hubungan Internasional yang gugur dibunuh teroris pada usia 22 tahun, Oktober 2011. Sarya dan profesornya, Dr. Mohammad Al Omar, sedang dalam perjalanan menuju Ibla University.
Dengan suara menahan tangis, Syekh Hassoun menyebut-nyebut kebaikan Sarya yang rajin salat tahajud, puasa sunnah, dan selalu bercita-cita ingin pergi berjihad ke Palestina.
Berikut ini saya kutip bagian-bagian terpenting dalam pidato tersebut.
Seruan untuk Pemimpin dan Ulama Arab, serta Hamas
“Saya serukan kepada semua ibu para syuhada, semua anak dari para syuhada, semua ayah para syuhada, atas nama semua istri para syuhada, untuk berkata kepada semua orang yang membunuh: Berhentilah kalian. Berhentilah kalian membunuhi anak-anak bangsa ini. Kami tidak mempersiapkan pemuda-pemuda kami untuk dibantai oleh bangsa sendiri. Sesungguhnya kami persiapkan mereka untuk syahid di tanah Palestina. Dengarkanlah wahai para pemimpin Arab! Saya mempersiapkan anak saya untuk syahid di Palestina. Tapi kalian menolak. Kalian menarik duta-duta besar dari tanah kami. Itu kalian lakukan bahkan ketika Amerika, Perancis, dan Inggris, duta-dutanya masih tetap di tanah kami. Kalian malah tidak membiarkan duta besar kalian tetap di sini untuk menjalin komunikasi sesama saudara (Arab). Kami menantikan kalian para duta yang mulia untuk datang ke Suriah, untuk bertemu dengan rakyat dan pemimpin, dan mendamaikan sesama manusia. Kami tidak mengharapkan kalian mengirimkan fatwa-fatwa.”
“Wahai para ulama. Wahai orang-orang yang mulia. Para syeikh Al Azhar, wahai Syeikh Al Qordhowi, wahai yang berdiri dan berkhutbah dan mengeluarkan fatwa untuk membunuh 1/3 rakyat Suriah. Kini anakku telah kembali kepada Allah…”
“Ya Allah, darah kami akan menjadi saksi di hadapan-Mu, bagi siapa yang berfatwa untuk membunuh kami, bagi siapa yang memotivasi orang-orang untuk membunuh rakyat Suriah, bagi siapa yang mengirimkan senjata ke Suriah, bagi siapa yang mengirimkan uang [untuk pemberontakan di] Suriah …”
“Wahai saudaraku, wahai Abal Walid, wahai Khalid Masy’al! Katakan pada orang-orang Arab, siapa yang merangkulmu di Suriah? Katakan pada Hamas, siapa yang merangkulmu di Suriah? Katakan pada rakyat Gaza siapa yang menangisi darah kalian di Suriah?”
Posisi Ulama Anti Perang
“Dengarkan saudara-saudaraku, partai-partai Islam di dunia. Soal anakku, saya serahkan kepada Allah. Tetapi, saya bersumpah kepada Allah, sesungguhnya telah bersabda Nabi kita tercinta, “Menghancurkan Ka’bah menjadi batu demi batu, lebih ringan dosanya di hadapan Allah dibandingkan membunuh atau menumpahkan darah orang mukmin di luar batasan hukum yang ditetapkan Allah (had).” Saya akan bertanya pada empat orang pembunuh yang kemarin membunuh anakku dan seorang gurunya. Saya bertanya kepada mereka dan para syaikh mereka, dengan hukum Allah yang mana kalian membunuh anakku? Apakah (dia) membunuh salah satu dari kalian? Apakah ayahnya ikut andil membunuh seseorang? Bukankah telah saya katakan dari awal, saya adalah pelayan negeri ini, saya adalah jembatan kasih sayang antara pemimpin dan rakyat. Saya tidak menyukai jabatan ini, tapi saya adalah Mufti dari 23 juta jiwa di negeri ini. Sudah saya katakan kepada kalian bahwa saya adalah pelayan. Saya tidak rela siapa pun dari kalian tersakiti. Saya menangisi semua yang gugur syahid. Saya berduka bagi semua anak-anak, saya berduka bagi semua ibu.”
“Dan bagi kalian, yang masih berdemonstrasi di negaraku, akan kucium tangan kalian, akan kucium kening kalian. Tanah air kalian akan menjadi tempat pembantaian kedua. Kalian semualah yang akan dibantai [pertama kali]. Sasarannya bukanlah pemerintah, yang menjadi target bukanlah rezim… Mengapa mereka banyak melakukan pengeboman? Mengapa mereka membunuh rakyat di Serbia? Mengapa Libya dibom? Mereka bukan [sekedar] menginginkan Sarya dan teman-teman syahidnya. Yang mereka inginkan adalah bangsa Suriah berlutut di hadapan Zionis dan AS!”
Seruan kepada ‘Pengguna Internet’
“Wahai para pemilik (pengguna) internet. Hari pertemuan kita adalah di Hari Pengadilan. Saya adukan kalian kepada Allah. Saya adukan kalian kepada Allah. Saya adukan kalian kepada Allah. Tulislah apa yang ingin kalian tulis! Ungkapkan kebencian kalian! Tuliskan kebencian kalian! Kami akan membungkamnya dengan cinta, keimanan, kesabaran, dan perjuangan… Kami akan membungkamnya dengan keyakinan kami kepada Allah.”
Janji Amnesti dari Syekh Hassoun
“Saudara-saudaraku, wahai para ayah dan ibu, jika kalian melihat anak-anak kalian membawa senjata, katakan kepada mereka, ‘selamatkan negeri ini’! Dan barang siapa yang meletakkan senjata dan menghentikan peperangan, saya minta kepada Presiden, agar memberikan amnesti (pengampunan) kepada mereka, bahkan kepada mereka yang telah membunuh anak saya! [Saya bersumpah] Demi Suriah, demi tanah air, demi negeri saya, demi agama saya!”
Empat tulisan awal di Bab 3 ini telah mematahkan klaim bahwa Perang Suriah adalah perang demi agama (Sunni-Syiah). Agama hanyalah diatasnamakan. Nah, bila perang di Suriah bukan demi agama, lalu demi apa? Untuk menjawabnya, mari kita cermati siapa di balik para ‘makelar perang’ Suriah. (*Dina Sulaeman dalam buku Salju di Aleppo)