London, beritaalternatif.com – Otoritas Inggris dikenal paling handal dalam soal bocoran media, dan mengungguli para rekannya di bidang ini. Karena itu, media Inggris tertarik untuk menunjuk para jurnalis yang didedikasikan untuk tugas “editor diplomatik” dengan misi menjadi mata rantai penghubung antara pihak otoritas dan pihak manejemen editorial medianya. Sebagian besar berita dan laporan yang mereka rilis umumnya faktual dan membawa pesan bagi pihak-pihak tertentu.
Dengan latar belakang demikian, surat kabar konservatif Inggris Daily Express mengutip pengakuan beberapa sumber bahwa mereka mengetahui negara ini mengirim sekelompok pasukan khusus yang terdiri atas 40 personel yang sebagian di antaranya membidangi intelijen elektronik.
Mereka dikirim melalui jalur udara ke Bandara Al-Ghaida, Provinsi Al-Mahrah, Yaman timur, dengan misi terbatas, yaitu menangkap orang-orang yang telah melesatkan drone penyerang kapal tanker Israel Mercer Street di lepas pantai Oman, dan bisa jadi selanjutnya akan ada rencana pengerahan tentara Inggris untuk melancarkan operasi khusus di wilayah Iran.
Segi tiga Israel, Inggris dan AS sepertinya menarik tuduhan yang telah dibantah Teheran bahwa Iranlah yang melesatkan drone penyerang Mercer Street, dan pada gilirannya juga menarik ancaman mereka untuk melancarkan serangan balasan terhadap Iran. Tiga negara itu tampak mulai berkeyakinan bahwa drone itu diterbangkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Ansarullah dan sekutunya, bukan dari Iran.
Jika perkembangannya memang demikian, maka ini akan krusial bukan hanya terhadap kapal-kapal Israel, melainkan juga bagi rezim Zionis itu sendiri, karena menandai keterlibatan Ansarullah dalam perang terhadap Israel dan tak lagi terbatas pada perlawanan terhadap agresi Saudi terhadap Yaman.
Serangan terhadap kapal Israel di lepas pantai Oman tersebut berarti selanjutnya semua kapal tanker Israel juga terancam serangan drone Yaman, dan ini bisa melumpuhkan ekonomi Israel atau bagian besar darinya.
Dengan asumsi bahwa 90% ekspor dan impor Israel dilakukan dengan pengapalan melalui jalur pelayaran, tepatnya di Laut Merah, Laut Arab dan Samudera Hindia, mengingat banyak bagian ekspor Israel mengalir ke Asia Timur, sebagaimana juga ke pasar negara-negara Teluk anggota Perjanjian Abraham.
Ansarullah di Yaman memiliki posisi strategis di mana mereka dapat mengendalikan keadaan di Selat Bab Al-Mandeb, Laut Arab, Teluk Aqaba dan Terusan Suez. Mereka juga memiliki pesawat-pesawat nirawak canggih berjarak jangkau 2.000 kilometer, yang mereka dapat dari Iran, selain juga sistem rudal presisi.
Karena itu, jika mereka memutuskan untuk menggunakan peralatan itu untuk menyerang kapal-kapal dan infrastruktur Israel, misalnya Pelabuhan Eilat, maka terbukalah front ketiga bagi Israel setelah front Gaza dan front Libanon selatan, sementara Yaman adalah negara tangguh yang belum terkalahkan dalam sejarahnya.
Patut diingat, ketika terjadi perang Gaza-Israel pada 10-21 Mei lalu, dua juta massa Yaman telah turun ke jalan-jalan dalam sebuah aksi solidaritas untuk Palestina. Bangsa Yaman memandang kemelut Palestina-Israel sebagai urusan mereka sehingga mereka tak akan ragu-ragu untuk terlibat dalam perlawanan terhadap pendudukan Israel atas Palestina jika keadaan memungkinkan.
Lantas apa yang akan dilakukan Israel, Inggris dan AS jika mereka memastikan bahwa drone penyerang tanker Israel itu dilesatkan dari Yaman? Apakah mereka akan memblokade dan menimpakan kelaparan pada bangsa Yaman, atau juga menyerang mereka dengan jet tempur?
Nyatanya, semua itu sudah dilakukan Saudi dan Uni Emirat Arab sejak sekira tujuh tahun silam, dengan bantuan tiga negara asing tersebut, tapi sama sekali tidak mendekatkan Saudi dan sekutunya pada tujuan yang mereka cari. Alih-alih mengibarkan bendera putih, para pejuang Yaman justru dapat memperluas perang ke wilayah Saudi bersamaan dengan serangan rudal dan drone mereka ke berbagai instalasi minyak di bagian selatan, tengah dan utara Saudi.
Di sisi lain, AS juga sudah kalah di Afghanistan sehingga memutuskan untuk menarik semua pasukannya dari sana sebelum akhir bulan ini, dan Kabul akan jatuh ke dalam atmosfir China dan Rusia. Skenario yang sama juga terjadi di Irak, dan selanjutnya Suriah sebagai efek dominonya.
Serangan drone ke kapal tanker Israel di lepas pantai Oman bersamaan dengan serangan roket dari Libanon selatan ke arah permukiman Zionis Kiryat Shemona, kemudian keberhasilan Suriah belakangan ini merontokkan total empat rudal yang dilesat oleh jet tempur Israel dari angkasa Libanon, semua ini menandai bermulanya babak baru kekhawatiran kaum Zionis terhadap kesuraman masa depan mereka. (liputanislam.com/ln)