BERITAALTERNATIF.COM – Dalam sebuah seminar online pada Minggu lalu, Penasihat Khusus Presiden Suriah Bouthaina Shaaban mengkritik pedas standar ganda AS dan negara-negara Barat dalam mengusung isu HAM.
Shaaban menjelaskan, setelah Perang Dunia II, Barat menggulirkan ide bahwa pihaknya adalah satu-satunya kekuatan yang membasmi Nazisme.
“Barat melupakan peran Uni Soviet yang telah kehilangan 20 juta warganya di jalan ini,” kata Shaaban dalam seminar online tentang HAM yang berlangsung di China sebagaimana diberitakan al-Alam.
Ia menegaskan, AS dan Barat melakukan banyak kejahatan di Suriah. Mulai dari pembunuhan warga tak berdosa hingga sanksi-sanksi keji yang masih berjalan.
Selain menjarah dan menjual minyak Suriah, sambung dia, AS baru-baru ini merancang proyek baru untuk mengorganisasi anasir penentang Pemerintah Damaskus, agar Washington bisa melanjutkan pendudukannya.
Shaaban menegaskan, proyek AS adalah reproduksi pasukan al-Sahwa di Suriah. Tujuannya adalah memperkuat mereka untuk melawan Tentara Suriah dan membuat fondasi pertempuran baru di negara ini yang melibatkan semua pihak yang berkonflik.
Pasukan al-Sahwa berasal dari para milisi suku-suku, yang dibentuk AS demi meraih tujuan dan kepentingannya sendiri.
“Sudah bertahun-tahun AS membentuk pasukan semacam ini di Irak dengan dalih melawan ISIS dan al-Qaeda serta perang sektarian,” paparnya.
Menurut dia, media-media Barat sejak lama berusaha mencitrakan Uni Soviet dan para sekutunya sebagai musuh-musuh kebebasan.
Media-media ini, lanjut dia, mengesankan bahwa Barat adalah satu-satunya pihak yang mementingkan kebebasan, demokrasi, dan HAM. Sebab itu, AS, Prancis, dan Inggris berupaya mendoktrinkan konsep-konsep buatan mereka di benak jutaan manusia di dunia.
Shaaban menyatakan bahwa negara-negara Barat ini mengklaim sebagai pendukung demokrasi, namun di saat bersamaan membunuhi jutaan manusia di seluruh dunia.
Demokrasi di Barat, sambung dia, hanya sebagai kamuflase untuk menutupi perang dan hegemoni Barat. Namun dengan dimulainya Abad 21, segala hal berubah karena dua faktor.
“Pertama adalah perang-perang AS di Irak dan Afghanistan, serta hancurnya Libya di tangan NATO. Kedua adalah menguatnya Rusia dan China sebagai wacana alternatif,” tegasnya.
Di akhir pidato, Shaaban berkata bahwa dibandingkan perang-perang sebelumnya, sikap Barat saat ini lebih berbahaya, sebab mereka menargetkan kemanusiaan.
Oleh sebab itu, tegas Shaaban, dunia harus mengambil sikap kolektif demi melindungi anak-anak dari ide-ide beracun Barat. (*)
Sumber: Poros Perlawanan