Oleh: Ibrahim Amini*
Kata pengajaran dan pendidikan biasanya digunakan secara bersamaan, sehingga terkadang dianggap dua kata sinonim, padahal masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian yang berbeda.
Pengajaran, menurut bahasa berarti mengajar, sedangkan pendidikan berarti mengembangkan dan menumbuhkan. Oleh karena itu, saya akan mendefinisikan masing-masing dari keduanya secara terpisah.
Definisi Pendidikan
Untuk mendefinisikan pendidikan secara benar dan sempurna, sebelumnya kita harus memperhatikan peranan pendidik dalam pendidikan dan melihat apa yang dilakukannya dalam praktik pendidikan. Untuk itu, sebagai contoh, kita perlu memperhatikan peranan seorang tukang kebun sebagai pendidik bagi pohon dan tumbuh-tumbuhan. Yang dilakukan seorang tukang kebun ialah, pertama-tama ia membajak tanah untuk persiapan menanam benih. Kemudian ia menyemai benih pohon sedemikian rupa sehingga benih itu mendapatkan udara dan sinar matahari yang cukup. Lalu, dengan tepat waktu benih itu disiram air dan diberi pupuk yang sesuai, begitu juga hama-hama diberantas, dan rumput dan tanaman pengganggu disingkirkan.
Manakala tukang kebun tersebut mengerjakan semua pekerjaan yang diperlukan maka potensi kehidupan yang terkandung dalam benih tersebut akan tumbuh menjadi kehidupan riil dan secara perlahan-lahan akan tumbuh dan berkembang dan memberikan buah.
Dengan memperhatikan secara teliti contoh di atas akan menjadi jelas bahwa benihlah yang berkembang dan mengubah potensi kehidupan yang ada pada dirinya menjadi kehidupan riil, sementara peranan tukang kebun tidak lebih hanya mempersiapkan lahan dan menyediakan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
Pendidikan manusia juga tidak berbeda seperti ini. Maksudnya, peranan seorang pendidik dalam mendidik seorang manusia, dengan menggunakan berbagai macam metode pendidikan tidak lebih dari hanya menyediakan semua fasilitas dan persyaratan yang diperlukan, supaya orang itu menemukan dirinya dan mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya sehingga menjadi kekuatan nyata.
Di sini, pelaku pendidikan sekaligus sebagai objek pendidikan. Adapun peranan pendidik tidak lebih dari hanya menyiapkan lahan dan menyediakan berbagai fasilitas dan persyaratan yang diperlukan. Dengan demikian, di sini, pendidik yang sesungguhnya adalah orang yang menjadi objek didik, akan tetapi kepada orang yang menyiapkan berbagai persyaratan yang diperlukan bagi pendidikannya juga disebut sebagai pendidik.
Di dalam Alquran pendidikan (tarbiyah) dan penyucian (tazkiyah) dinisbahkan kepada orang yang menjadi objek didik dan kepada orang yang menyediakan syarat-syarat yang diperlukan bagi pendidikan seseorang.
Adapun berkenaan dengan kelompok yang pertama Allah Swt berfirman, “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sungguh beruntunglah orang yang menyucikannya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. asy-Syams: 1-10)
Pada ayat lain Allah Swt berfirman, “Dan barangsiapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali(mu).” (QS. Fathir: 18)
Allah Swt juga berfirman, “Sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya.” (QS. al-A`la: 14).
Sementara berkenaan dengan kelompok yang kedua Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah.” (QS. Ali Imran: 164)
Allah Swt juga berfirman, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih-sayang dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku ketika aku kecil.’” (QS. al-Isra: 24)
Sebagaimana dapat Anda lihat, ayat-ayat di atas menyebut Nabi, ayah dan ibu sebagai pendidik dan penyuci jiwa.
Kata tarbîyyah sedikit sekali digunakan dalam ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis Nabi saw, justru di sini kata tazkîyyah (penyucian) lebih banyak digunakan. Namun, kata tazkîyyah dan tarbîyyah mempunyai makna yang sama. Karena, kata tarbîyyah (pendidikan) menurut bahasa berarti mengembangkan dan menumbuhkan, yang juga merupakan arti dari kata tazkîyyah.
Raghib Isfahani menulis, “Asal kata zakat berarti tumbuh dan berkembang, yang juga digunakan berkaitan dengan berkembang dan sucinya diri. Terkadang tazkîyyah (tindak penyucian) dinisbahkan kepada hamba karena dia sendiri yang mendidik dan mengembangkan dirinya, sebagaimana firman-Nya, ‘Sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya.’ Namun terkadang tazkîyyah dinisbahkan kepada Allah Swt, karena pada hakikatnya Dia-lah pelaku pendidikan dan penyucian sesungguhnya, sebagaimana firman-Nya, ‘Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.’ Terkadang pula tazkîyyah dinisbahkan kepada Nabi disebabkan dia merupakan perantara sampainya kesempurnaan kepada para hamba, sebagaimana firman-Nya, ‘Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikanmu.’ Namun terkadang pula tazkîyyah dinisbahkan kepada ibadah, karena ia merupakan alat bagi berkembang dan sempurnanya jiwa, sebagaimana firman-Nya, ‘Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa).’”
Oleh karena itu, dalam masalah pendidikan, manusia yang terimbas pendidikan mengalami perkembangan dan berbagai potensi yang ada dalam dirinya berubah menjadi kekuatan nyata. Di sini, ia menjadi pelaku langsung pendidikan.
Namun, pendidikan juga dinisbahkan kepada individu dan sesuatu yang lain. Pendidikan dinisbahkan kepada Allah Swt, karena Dia Pencipta kesempurnaan sesungguhnya, dan oleh karena itu Dia disebut sebagai Rabbul `Alamin.
Pendidikan juga dinisbahkan kepada orang-orang yang menyediakan faktor-faktor perkembangan seorang individu, seperti orang tua dan guru, dan juga orang-orang yang bukan merupakan faktor langsung perkembangan namun apa yang dilakukannya mempunyai andil terhadap tumbuh dan berkembangnya berbagai potensi diri seorang individu.
Terkadang, pendidikan dan penyucian juga dinisbahkan kepada faktor-faktor perkembangan itu sendiri, karena dia mempunyai andil terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang individu.
Secara umum, pendidikan dan penyucian dinisbahkan kepada orang-orang yang menyediakan faktor-faktor dan syarat-syarat tumbuh berkembangnya potensi seorang individu. Dan mereka inilah yang akan menjadi objek pembahasan kita.
Oleh karena itu, definisi pendidikan yang paling sesuai ialah: memilih tindakan dan perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor yang diperlukan, dan membantu seorang individu yang menjadi objek pendidikan supaya dapat dengan sempurna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya, dan secara perlahan-lahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.
Berkenaan dengan definisi pendidikan, kita menemukan banyak sekali definisi yang diajukan oleh para ahli, yang mana semuanya sejalan dengan spesialisasi dan cara pandang mereka tentang manusia dan tujuan hidup manusia. Sebagian besar dari definisi-definisi tersebut hanya menyentuh sebagian dimensi manusia, tidak mencakup dan tidak sempurna. Saya pikir definisi yang telah saya sebutkan di atas adalah definisi terbaik, dan kita tidak perlu lagi menyebutkan dan mempelajari definisi-definisi lainnya.
Jean Soto menulis, “Pendidikan dan pengajaran adalah pembuka wujud diri. Manusia yang sudah terdidik adalah manusia yang dengan akalnya mampu mengendalikan berbagai daya dan tabiat hewaninya dan membimbingnya ke arah kesempurnaannya… Oleh karena itu, mendidik adalah membantu anak untuk dapat menjadi pribadi yang bebas dan disiplin.”
Definisi Pengajaran
Berkenaan dengan pengajaran, juga terdapat banyak definisi, namun definisi terbaik adalah mentransformasi ilmu kepada pelajar. Definisi ini tidak lepas dari kekurangan. Supaya jelas yang dimaksud kita perlu memperhatikan praktik belajar mengajar.
Seorang guru atau pengajar menyampaikan ucapan dan kata-kata kepada pelajar. Kemudian, kata-kata ini didengar melalui telinga sehingga meninggalkan pengaruh spesifik bagi syaraf dan otak pelajar. Dan oleh karena pelajar mengetahui makna dari kata-kata yang disampaikan pengajar maka makna itu pun masuk ke dalam benaknya. Dengan begitu ia memahami maksud dan arti yang disampaikan, atau dengan kata lain ia telah menjadi berpengetahuan.
Di sini, yang menjadi berpengetahuan dan mengubah potensi kemampuan tahunya menjadi pengetahuan yang riil serta menyampaikan dirinya kepada kesempurnaan adalah pelajar itu sendiri. Adapun pengajar, dia tidak memindahkan ilmu yang ada di benaknya ke benak pelajar, peranannya tidak lebih dari berbicara dan menyampaikan kata-kata. Atau dengan kata lain, dengan berbicara dan menyampaikan kata-kata, pengajar telah menyiapkan lahan supaya pelajar paham dan mengerti, sementara pelajar sendiri itulah yang mengubah potensi belajar yang ada dalam dirinya menjadi kemampuan riil sehingga ia menjadi berpengetahuan.
Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan pengajaran sebagai berikut: Berbicara dan menyampaikan kata-kata yang mempunyai arti sehingga pelajar mengerti arti kata-kata tersebut, dengan begitu dia dapat mengubah potensi kemampuan belajar dirinya menjadi kemampuan riil dan menjadi tahu.
Di sini tampak jelas bahwa pengajaran juga merupakan satu bentuk dari pendidikan. Perlu juga saya sebutkan di sini bahwa pengajar hakiki adalah Allah Swt, karena Dia-lah Pemberi wujud dan yang menganugerahkan berbagai kesempurnaan kepada makhluk. Ilmu juga termasuk kesempurnaan. Manusia mempunyai potensi mempelajari berbagai ilmu, dan manakala syarat-syarat yang diperlukan tersedia maka Allah Swt melimpahkan ilmu kepadanya.
Di dalam Alquran, terkadang pengajaran dinisbahkan kepada Allah Swt, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. al-`Alaq: 1-5)
Pada ayat yang lain Allah Swt berfirman, “Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya.” (QS. al-Baqarah: 282)
Selanjutnya Allah Swt berfirman, “Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah: 282)
Imam Muhammad Baqir as telah berkata, “Mengetahui tidak wajib bagi manusia sehingga Allah menjadi pengajar mereka, dan manakala Allah mengajar mereka, maka mereka wajib mengetahui.”
Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Ilmu itu diperoleh bukan dengan belajar, melainkan ia adalah cahaya yang Allah limpahkan ke hati orang yang hendak diberi-Nya petunjuk.”
Rasulullah saw telah bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah pahamkan ia dalam agama.”
Dari ayat-ayat dan hadis-hadis di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa ilmu adalah cahaya yang Allah Swt limpahkan dengan syarat-syarat tertentu kepada jiwa-jiwa yang siap. Oleh karena itu, pengajar hakiki adalah Allah Swt, yang melimpahkan kesempurnaan ilmu kepada jiwa-jiwa yang siap, meski begitu sebutan guru atau pengajar dialamatkan juga kepada orang-orang yang dengan perkataannya menjadikan jiwa-jiwa siap menangkap karunia dan limpahan Ilahi.
Mereka yang senang menuntut ilmu harus bersungguh-sungguh di jalan ini, yaitu dengan belajar, membaca, bertanya, berdiskusi dan berpikir. Sehingga pada saat mereka telah siap maka Allah akan limpahkan kesempurnaan ilmu kepada jiwa mereka, dan dengan begitu mereka telah memperoleh kesempurnaan. (*Tokoh Pendidikan Islam)