BERITAALTERNATIF.COM – Akademisi dan pengamat pembangunan dari Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Martain merespons rencana pembangunan jembatan penghubung ke Pulau Kumala oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tersebut menyarankan Pemkab Kukar mengkaji secara mendalam sebelum membangun jembatan tersebut.
Dia berdalih, keramaian pengunjung di Pulau Kumala tak semata dipengaruhi akses masuk menuju pulau yang dibangun di era kepemimpinan Syaukani HR itu.
“Harusnya yang perlu diperhatikan itu sisi pengelolaan dan ketersediaan wahana serta kenyamanan pengunjung,” sebut Martain saat ditemui awak media ini di kampus Unikarta Tenggarong, Kamis (16/3/2023) siang.
Pemkab Kukar juga dimintanya memperhatikan biaya masuk ke Pulau Kumala. Penyewaan barang di dalam pulau juga masih tergolong mahal bagi wisatawan lokal.
Martain pun berkesimpulan bahwa saat ini pembangunan jembatan transportasi untuk kendaraan roda dua dan empat itu belum dibutuhkan sebagai penghubung ke Pulau Kumala.
“Dalam hemat saya, pembangunan jembatan itu belum sangat dibutuhkan saat ini, sebab yang ada saja kurang dimanfaatkan,” ungkapnya.
Apalagi, sambung dia, pemerintah daerah akan menggelontorkan biaya yang cukup besar untuk membangun jembatan tersebut.
Padahal, kata Martain, setelah jembatan penghubung Pulau Kumala dibangun, Pemkab Kukar belum tentu dapat meraup pendapatan asli daerah dari para pengunjung Pulau Kumala.
Jika dipaksakan, dia khawatir pembangunan jembatan tersebut hanya untuk kepentingan segelintir orang. Martain pun menyarankan pemerintah daerah mengkaji ulang efektivitas pembangunan jembatan itu.
“Jangan sampai nanti menjadi proyek kepentingan segelintir orang yang tidak berpikir pembangunan jangka panjang. Saran saya lebih baik dikaji ulang secara menyeluruh, khususnya pada asas manfaat,” sarannya.
Dia justru menyarankan Pemkab Kukar mendahulukan pembangunan dan pemeliharaan obyek wisata yang pembangunannya telah menghabiskan miliaran anggaran daerah.
“Baiknya Pemkab membangun potensi wisata yang sudah ada seperti Taman Replika di Waduk Panji yang belum dimanfaatkan dengan baik. Padahal lumayan besar biaya yang dikeluarkan untuk membangunnya,” ujar dia.
Martain juga menyarankan Pemkab Kukar belajar dari daerah-daerah lain dalam mengembangkan pariwisata. Ia berpendapat bahwa saat ini Kukar belum terlalu menyiapkan apa-apa untuk pengembangan potensi wisata.
Ia mencontohkan wisata Pulau Kumala. Pemkab Kukar dinilainya belum menetapkan kelompok wisatawan yang disasar. Padahal, dengan cara itulah dilakukan penyesuaian fasilitas yang disediakan di dalamnya.
Contoh lain, sambung dia, bila yang disasar oleh Pemkab Kukar adalah wisatawan lokal, maka usia juga harus dijadikan tolak ukur.
“Apakah mau dijadikan wisata edukasi untuk anak sekolah? Setidaknya anak-anak yang masuk selain berwisata juga bisa belajar dengan fasilitas yang sudah disiapkan,” jelasnya.
Ia optimis bila sekolah-sekolah di Kukar didorong untuk berwisata sambil belajar, maka akan mendongkrak peningkatan pengunjung, sebab banyak sekolah di Tenggarong yang dapat diajak untuk memanfaatkan obyek wisata di Kukar.
“Ditambah lagi Dinas Pendidikan misalnya mengusulkan pemotongan biaya masuk bagi anak sekolah,” pungkasnya. (*)
Penulis: Arif Rahmansyah
Editor: Ufqil Mubin