BERITAALTERNATIF.COM – Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Timur (Kaltim) Muhammad Faisal mengatakan bahwa perkembangan dunia digital yang sangat masif di era kiwari harus diimbangi dengan literasi digital.
“Kalau tidak, adek-adek kita itu hanya main game saja. Seharian main game saja,” ucap Faisal saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan FGD dan Pengukuhan KIM Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang diselenggarakan di Hotel Grand Fatma, Selasa (12/7/2022).
Dia bercerita, saat mengunjungi kakaknya di Bogor, Jawa Barat, ia membawa serta keponakannya. Sesampai di Bogor, keponakannya itu justru sibuk bermain game.
Sementara itu, keponakannya di Bogor juga mengaku bermain game, tapi game yang dibuatnya sendiri. “Seumur itu sudah bisa buat game,” ucapnya.
Sambil berkelakar, Faisal pun menyebut perkembangan dunia digital membuat ibu-ibu rumah tangga dengan mudah berbelanja di platform e-commerce, apalagi setelah maraknya pembayaran dengan sistem Cash On Delivery (COD).
“Sekarang itu gampang belanjanya,” ujar Faisal.
Karena itu, dia menegaskan, fenomena-fenomena tersebut mesti menyadarkan semua pihak tentang pentingnya literasi digital.
“Percepatan literasi digital harus kita lakukan,” imbuhnya.
Kata dia, baik pemerintah pusat, provinsi, maupun daerah tidak akan mampu meningkatkan literasi digital tanpa bantuan dari elemen masyarakat.
“Satu-satunya adalah kita butuh kawan-kawan di KIM,” katanya.
Faisal mengungkapkan, pihaknya tengah menyelesaikan masalah blank spot di seluruh kabupaten/kota di Kaltim. Tahun ini, Diskominfo Kaltim menargetkan dapat menyelesaikan masalah blank spot di 40 desa se-Kaltim.
Di Kukar, sambung dia, sudah ada 12 desa yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi setelah tower terpasang di beberapa titik. Ia berharap ke depan Kaltim terus menambah tower baru yang bisa menyelesaikan masalah blank spot.
“Kalau tidak bisa pakai tower, kita pakai fiber optik saja. Fiber optik itu cukup stabil,” jelasnya.
Usaha memerangi blank spot di desa-desa di Kaltim, kata Faisal, merupakan bagian dari langkah mendorong masyarakat desa menikmati akses telekomunikasi.
Pembangunan infrastruktur, tegas dia, tidak semata jalan, drainase, dan gedung, tetapi juga infrastruktur jaringan telekomunikasi.
“Karena masyarakat lebih penting itu daripada jalan. Bisa memanfaatkan internet itu membuat mereka lebih terbuka,” ujarnya. (*)