BERITAALTERNATOM – Fenomena banting setir anak usia sekolah yang menjadi karyawan di sebuah perusahaan perkebunan cukup marak terjadi di Kecamatan Kota Bangun dan Muara Kaman.
Anggota DPRD Provinsi Kaltim dari Fraksi Partai Golkar Salehuddin menyebut hal itu menjadi salah satu penyumbang angka putus sekolah yang cukup tinggi di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Fenomena ini, kata dia, membuat pemerintah daerah kesulitan untuk menemukan formula yang tepat guna meningkatkan minat anak agar kembali bersekolah atau minimal menyelesaikan jenjang pendidikannya.
“Jadi, mereka cukup lulus SMP dan bekerja dengan orang tuanya,” tutur Saleh sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Alternatif Talks pada Senin (11/11/2024).
“Karena anak setelah SMP itu bantu orang tuanya dapat uang dia. (Anak-anak itu berpikir) mendingan dapat uang. Dia bisa beli motor dan segala macamnya dibanding sekolah,” ungkapnya.
Ia menyebut penyelesaian masalah tersebut tak bisa dibebankan kepada Pemerinah Provinsi Kaltim semata, tetapi diperlukan partisipasi kolektif dari seluruh pemangku kepentingan, khususnya dalam rangka membangun jaringan kerja sama dengan para pihak di tingkat kabupaten dan kota di Kaltim.
Perusahaan juga perlu dilibatkan, terutama untuk mensponsori instansi pendidikan di Katim dalam pembangunan fasilitas da infrastruktur yang menunjang pembelajaran para siswa.
Dia menambahkan, mekanisme pemberian beasiswa yang tepat sasaran juga perlu diperbaiki agar penyaluran beasiswa berjalan secara efektif dan efisien demi mengurangi angka putus sekolah.
Saleh mendorong Pemprov Kaltim menggunakan Beasiswa Kaltim Tuntas agar difokuskan serta menyentuh daerah-daerah yang memiliki angka putus sekolah yang cukup tinggi seperti Kukar.
Beasiswa tersebut, sarannya, perlu dialokasikan kepada para calon pelajar yang berasal dari keluarga miskin.
“Jadi, tidak disamaratakan. Misalnya se-Kaltim sama nilai (beasiswanya), kemudian porsinya juga umum saja, makanya beasiswa partisipasi sekolahnya rendah, yang kemungkinan besar itu ada kaitannya dengan masalah ekonomi,” pungkasnya. (adv)
Penulis: Ulwan Murtadho
Editor: Ufqil Mubin