Search

Radhika Darmawan, Perempuan asal Tenggarong dengan Segudang Bakat dan Mimpi

BERITAALTERNATIF.COM – Sejak kecil Radhika Darmawan sudah aktif di berbagai kegiatan kesenian. Satu keluarganya pun bergelut di dunia seni dan budaya.

Radhika merupakan gadis kelahiran Tenggarong pada tahun 2001. Kini dia menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Inggris, Universitas Mulawarman Samarinda.

Perjalanan kariernya di dunia seni dimulai saat ia duduk di bangku sekolah dasar. Ia sering mendapatkan juara di perlombaan puisi. Randhika juga mengikuti teater di Bina Teater Kutai.

Advertisements

“Waktu ikut teater, ngobrol sama orang tua. Ternyata Mamak dan Bapak saya bertemu untuk pertama kalinya waktu itu di komunitas seni dan budaya, namanya Terminal Olah Seni,” ungkap Radhika kepada beritaalternatif.com baru-baru ini.

Komunitas Terminal Olah Seni (TOS) merupakan wadah seni dan budaya, juga tempat pertama kali kedua orang tua Radhika bertemu kala masih muda.

Hal inilah yang membuat Radhika semakin cinta pada panggung kesenian dan sandiwara. Kini, kakak Radhika bernama Deprianur juga melanjutkan aktivitas di TOS bersama Abil dan adik-adiknya.

“Kakakku yang kedua masih sampai sekarang aktif di teater sebagai pelatih TOS dan musik. Ada band Pelandok Besayap Keroncong Tingkilan dan musik Topa juga bareng Mas Andi,” ungkapnya.

Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, Radhika semakin aktif di berbagai kegiatan seni puisi, teater, pidato bahasa Arab/Inggris/Indonesia, dan penyiaran radio.

Pada tahun 2014, Radhika menjabat sebagai Dara Cilik Kukar, bagian dari keluarga Duta Wisata, dan Asosiasi Duta Wisata Indonesia (Adwindo) Kukar.

Saat menempuh pendidikan di sekolah menengah atas, Radhika mendapatkan penghargaan sebagai juara 1 dalam perlombaan baca puisi tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara.

Pada tahun 2017, dia mendapatkan gelar juara 1 Duta Generasi Berencana (Gen-Re) Provinsi Kaltim, yang mewakili Kaltim ke nasional yang diadakan di Padang Panjang, Sumatera Barat.

Di tahun yang sama, Radhika mengikuti ajang Lanjong Art Festival (LAF) 2017, yang waktu itu digarap oleh budayawan Indonesia, Kang Yusef Muldiyana. Judulnya Suka Suku Saku.

“Pernah ikut ajang Festival LAF 2017 yang waktu itu pesertanya juga banyak dari luar negeri seperti Prancis, Jepang, dan Argentina,” ucapnya.

Garap Komunitas Berkait

Tak hanya aktif menulis puisi, teater, dan menjadi juri di perlombaan puisi se-Kaltim dan nasional, Radhika juga mulai menggarap sebuah komunitas berkain.

Kain tersebut merupakan sebuah brand yang dibuat oleh Radhika bersama empat temannya: Feirman Nour Rahman Shaleh, Muhammad Farhan, Aura Nur Octavia, dan Irwanda Wahyu P.

Diawali dari keresahan Radhika pada tahun 2020, ia melihat tren berkain yang sempat ramai di laman Instagram. Ia menganggap bahwa di Pulau Jawa banyak anak muda yang bangga memakai kain batik khas Jawa saat nongkrong di kafe, jalan di mal, bahkan hangout liburan bareng teman-temannya.

Dari pengamatannya di Samarinda dan Kukar, anak-anak muda tidak begitu peduli bahkan enggan memakai batik khas Kaltim, apalagi berkain.

“Jangankan buat nongkrong, buat pakaian formal atau ke acara-acara aja tuh masih menjadi hal yang belum lumrah. Mereka pake baju kemeja atau gaun gitu kan, tapi buat pake bawahan berkain itu masih belum lumrah gitu,” katanya.

Keresahannya ini disampaikannya kepada teman-temannya dan disambut dengan keinginan Radhika untuk membuat sebuah wadah berkain.

Awalnya, ia hanya ingin menyediakan media untuk berkain karena beberapa kesempatan saat upload foto berkain di Instagram banyak orang yang bertanya, “Beli kainnya di mana?”

“Saya bingung jawabnya karena saya pun dapatnya dari lemari Mamak saya,” ungkapnya.

Banyak teman-temannya yang suka berkain, yang peduli dengan identitas daerah sendiri, yaitu batik khas Kukar, tetapi mereka kebingungan untuk memakainya karena batik yang mereka miliki umumnya batik dari Jawa.

“Akhirnya muncullah ide untuk membuat setidaknya komunitas dulu gitu. Tetapi saya mundur lagi waktu itu karena terhalang kain batik yang kita punya cenderung dari Pulau Jawa,” ucapnya.

Sempat mengalami terhenti hingga akhir tahun 2022, Radhika kemudian bertemu dengan Muhammad Farhan. Ia menceritakan keinginannya untuk membuat sebuah komunitas yang di dalamnya berkumpul para pemuda yang peduli dengan batik Kukar, khususnya yang ingin berkain.

“Jangan cuma keinginan. Ayo kita wujudkan,” ajak Farhan. Akhirnya, Kainnya Radhika (KR) mulai berjalan, dari mencari investor hingga kain batik khas Kaltim. Tim KR pun mendapatkan kainnya di Samarinda. Mereka juga memasarkannya kembali.

“Besoknya saya langsung disuruh ketemu sama orang yang bisa membantu saya. Namanya Fitriana. Beliau itu juga salah satu pengusaha muda di Kukar. Ngobrol banyak hingga ada yang ingin menjadi investor,” bebernya.

Radhika berharap KR dapat menjadi inspirasi dan pelopor bagi anak muda untuk bisa berkain ke mana pun mereka berkegiatan. KR juga bisa menjadi tempat pengembangan kesenian dan budaya bagi anak-anak muda yang khawatir dan peduli dengan Tanah Air.

Rangkul Anak Muda

Dalam rangka merangkul anak-anak muda berbakat di bidang seni dan budaya di Kukar, KR menggelar Diskoria Malam Batik I pada Jumat (27/12023) lalu.

Grand opening KR yang diadakan di Halaman Naga ini bertujuan untuk mengumpulkan para pemuda yang gemar dan tertarik pada batik serta pertunjukan seni budaya.

“Saya bermaksud untuk tetap bisa mengikuti zaman tanpa harus berminum-minuman alkohol yang diganti dengan jamu-jamuan dari Odah Temu, yang justru menyehatkan. Pulang dari sini bukan mabuk-mabukan, tapi sehat semuanya,” ujar dia.

Diskoria Malam Batik ini dimeriahkan dengan pameran batik Kaltim dan Nusantara, fashion show, lukis, puisi dan sape’, tari kontemporer, odah betega’ dari Widya Lidya, odah makanan dan fashion dari beberapa UMKM Kukar yang menjadi sponsor di grand opening KR.

Dari awal acara para tamu undangan diminta menunggu di depan gerbang untuk among tamu yang ditemani oleh pelukis muda Kukar, Sabana, yang melukis logo KR di atas kertas canvas.

Selesai pelukisan, gerbang dibuka dan para tamu disambut dengan tarian kontemporer yang dibawakan oleh Alisya dari Sanggar Tari Bebaya dengan tema Ekspresi Batik.

Selanjutnya penampilan sape’ dari Rezy Abdurahman, yang merupakan pemain musik muda kebanggaan Kukar. Setelah itu pembacaan puisi berjudul Doa Panjang Umur yang dibawakan oleh Alea dari TOS. Puisi ini merupakan karya Radhika.

Kemudian, penampilan fashion show dengan menampilkan produk dari KR. Lalu ditutup dengan berdiskoria.

“Tentunya lagu-lagu diskonnya kebanyakan dangdut dan lagu-lagu lawas Indonesia, juga beberapa lagu daerah Kaltim. Mereka yang berjoget dan berdendang ria juga tentunya berkain batik dan berpakaian batik khas Indonesia,” ungkapnya.

Radhika berpesan kepada para pemuda di negara ini untuk mengenali budaya dan identitas bangsa Indonesia. “Kenali identitas budaya kita, pakai dan pertahankan!” pungkasnya. (*)

Penulis: Nadya Fazira

Editor: Ufqil Mubin

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
Advertisements
INDEKS BERITA