Search

Perjuangan Kamal Harpa Meniti Tangga Kesuksesan sebagai Kontraktor Handal

BERITAALTERNATIF.COM – Kamal Harpa merupakan pengusaha muda yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Kamal, begitu sapaan akrabnya, dilahirkan di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 1984. Sejak kecil, ia tak pernah mengetahui ayahnya. Pasalnya, kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai saat Kamal masih berusia tiga tahun.

Kehidupan yang penuh dengan problem ekonomi membuat ibunya memutuskan untuk membawa Kamal dan adiknya merantau ke Desa Loa Ulung, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kukar.

Advertisements

Di Loa Ulung, mereka hidup tanpa sosok seorang ayah. Memasuki usia sekolah, Kamal mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Loa Ulung. Namun, ia tak menamatkan sekolahnya di SD tersebut.

Musababnya, sang ibu membawa Kamal dan adiknya ke Kabupaten Kutai Barat (Kubar). Ibunya menikah lagi dengan seorang pekerja tambang emas di Kubar.

Kamal yang keluar dari SD Loa Ulung saat memasuki kelas empat tak menyangka kehidupannya bersama adik dan ibunya di Kubar jauh lebih sulit dibandingkan di Loa Ulung.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ketiganya harus mengambil air di sumur dan kolam. Selain itu, aliran listrik tak menyala selama 24 jam. “Hanya di jam-jam tertentu,” ucapnya kepada beritaalternatif.com di Tenggarong baru-baru ini.

Setahun bermukim di Kubar, Kamal melanjutkan pendidikan kelas 5 SD di kabupaten tersebut. Ia juga tak merampungkannya. Kamal kembali ke Loa Ulung, lalu menyelesaikan sekolah dasarnya di desa tersebut.

Setelah lulus dari SD Loa Ulung, Kamal melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Samarinda. Ia hanya mengenyam pendidikan selama setahun di pesantren tersebut.

Kamal memutuskan kembali ke Kukar. Ia merampungkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah PPKP Ribathul Khail Tenggarong.

“Saya selalu diberi motivasi oleh orang tua saya untuk semangat belajar. Menurut orang tua saya, pendidikan itu sangat penting,” katanya.

Kemudian, Kamal melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran Samarinda. Sebelumnya, dia pernah mengenyam pendidikan menengah di SMK Negeri Tenggarong. Namun, ia hanya menginjakkan kaki sehari di sekolah tersebut.

Ibunya memindahkan Kamal ke SMK Pelayaran Samarinda. Perjuangan orang tuanya berbuah hasil. Dia lulus dengan nilai yang cukup tinggi di sekolah tersebut.

Kamal masih mengingat dengan baik beragam tantangan yang dihadapinya selama menempuh pendidikan di SMK Pelayaran Samarinda. Dia harus berpindah-pindah kos karena keterbatasan biaya.

Hubungannya yang baik dengan temannya membuat Kamal bisa bertahan hidup. Ia kerap menumpang di rumah temannya. “Karena teman saya bisa hidup tiga tahun di Samarinda,” terangnya.

Orang tuanya hanya sanggup membiayai sekolah Kamal. Sementara untuk kebutuhannya sehari-hari, ia harus bekerja keras untuk memenuhinya.

Karena itu pula, saat libur sekolah setiap 17 Agustus, Kamal menjadi buruh proyek pengecetan Taman Makam Pahlawan. Ia juga bekerja banting tulang dalam proyek-proyek lainnya demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Unikarta dan HMI

Selepas merampungkan pendidikan di SMK Pelayaran Samarinda pada tahun 2022, Kamal meminta izin kepada orang tuanya untuk berlayar. Namun, sang ibu tak mengizinkannya.

Ibunya tak ingin Kamal mengikuti jejak ayahnya, yang berprofesi sebagai pelaut. Sang ibu tak ingin hidup berjauhan dengan anaknya.

Pada tahun 2002, Kamal pun melanjutkan pendidikan tinggi di kampus terkemuka di Kukar: Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong. Ia memilih Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Kamal yang telah dididik dengan kemandirian mulai menghadapi ragam tantangan saat berkuliah di Unikarta. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya, dia memilih menjadi wakar di Rumah Dinas Asisten Bupati Kukar. Kala itu, dia digaji Rp 2 juta saban bulan.

Meski sibuk bekerja, Kamal tetap aktif di berbagai kegiatan kampus. Ia bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di organisasi inilah dia bertemu dengan banyak teman baru: Supriyadi, Asraf, Jumadil, dan Suranto.

“Berbagilah di situ. Kadang saya enggak bisa bayar kuliah, mereka yang bayar. Kadang mereka enggak bisa bayar, kalau saya ada duit, saya yang bayar juga,” terangnya.

Keaktifannya di HMI membuat Kamal dipercaya mengemban berbagai jabatan dari komisariat, cabang, hingga PB HMI di Jakarta.

“Saya selalu konsisten kalau dalam satu bidang yang saya tekuni. Saya biasanya komitmen dengan apa pun yang dijalani sampai tuntas,” ucapnya.

Dia berprinsip, apa pun amanah yang diembannya harus ditunaikan. Hal ini pula yang membuatnya mampu menyelesaikan kuliah di Unikarta Tenggarong, meski harus melakoninya selama tujuh tahun.

“Tapi saya enggak memungkiri, ini semua karena bantuan teman-teman saya. Saya kuliah tanpa bantuan orang tua karena berstatus yatim piatu,” katanya.

Trainer, Kontraktor, dan Konsultan

Setelah lulus kuliah, Kamal memilih menjadi pekerja dari proyek seorang kontraktor. Belakangan, ia memutuskan untuk melakoni secara mandiri pekerjaan sebagai kontraktor.

Semula, ia hanya mendapatkan pekerjaan yang bernilai ratusan juta. Saat ini, Kamal telah dipercaya memegang proyek bernilai miliaran rupiah.

Menurut dia, setiap pekerjaan harus berjalan secara dinamis. Kamal berprinsip, pekerjaan harus dijadikan passion dalam kehidupan sehari-hari. Bukan sebaliknya: passion yang tak sesuai dengan pekerjaan dijadikan alasan untuk tidak bekerja.

Dia telah melakoni pekerjaan sebagai kontraktor sekitar 15 tahun. Dari situ, ia mengerjakan proyek bangunan, jalan, dan lainnya. Pekerjaan ini pun menuntutnya serius mendalami ragam detailnya.

“Saya harus masuk di passion itu. saya bukan kontraktor basic; tidak ada sekolah saya yang menjadi kontraktor atau jadi pengusaha,” jelasnya.

Selain itu, dia pernah melakoni pekerjaan sebagai trainer selama empat tahun, baik dalam pelatihan-pelatihan HMI, kampus, maupun dinas-dinas di lingkungan Pemda Kukar.

“Berjalan lumayan bagus. Ya sudah keliling Indonesia dengan usaha itu,” ungkap Kamal.

Tren sebagai trainer mulai pudar, baik di Kukar maupun Indonesia. Dia pun meninggalkan pekerjaan tersebut. Lalu, memilih fokus menjadi kontraktor.

Saat ini, dia juga sedang membangun lembaga konsultan di Jakarta. Meskipun tak memiliki latar belakang sebagai konsultan, ia berkeyakinan bisa sukses dalam bidang tersebut. Semua bidang yang dilakoni, menurut dia, bisa sukses bila seseorang memiliki kemauan untuk belajar.

Dua pekerjaan tersebut, kontraktor dan konsultan, tengah digelutinya dengan sungguh-sungguh. Untuk sukses dalam dua bidang ini, dia berpegang pada prinsip, “Job is passion, passion is job”.

Dalam menggapai kesuksesan, kata Kamal, setiap orang akan menghadapi ragam tantangan dan masalah. Ia mengaku bisa bertahan selama bertahun-tahun dalam mengembangkan usahanya karena konsistensinya dalam meniti jalan di tengah ragam tantangan.

Selain itu, dia mengakui kontribusi teman-temannya dalam mengembangkan usahanya. Ia pun berpesan agar setiap orang tak melupakan teman-temannya.

Atas dasar ini pula dia berpesan kepada istrinya untuk menghargai teman-temannya. “Saya tanamkan bahwa teman saya itu adalah sumber kehidupan saya. Jadi, jangan pernah menghalangi pertemanan,” imbuhnya.

Saat mengawali karier sebagai kontraktor, Kamal hanya bermodal dana pinjaman dari teman-temannya. Karena itu, pertemanan dinilainya lebih mahal daripada apa pun.

Selain pertemanan, ia meyakini kesuksesan dalam berbisnis harus dibangun lewat kepercayaan. Kata dia, kepercayaan yang dipupuk dengan baik akan memudahkan pengusaha mendapatkan modal. “Proyek puluhan miliar modal kepercayaan,” ungkapnya.

Karena kiprahnya sebagai pengusaha di Kukar, pria yang tengah menggeluti olahraga golf ini pun pernah menjabat sebagai Ketua Umum Hipmi Kukar.

Berkat keaktifan dan kontribusinya terhadap organisasi tersebut, kini dia dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Ketua I Hipmi Kaltim.

Di tengah berbagai kesibukannya, Kamal berusaha membagi waktu untuk menggeluti pekerjaan, organisasi, hobi, dan tugasnya sebagai kepala keluarga. “Harus total di dalamnya,” ucap dia.

Dia berobsesi melahirkan generasi yang mempunyai karier serta usaha yang jauh lebih maju darinya. Menurutnya, obsesi ini akan terus dipupuknya demi melahirkan pengusaha-pengusaha andal di Kukar.

Kamal tergolong pribadi yang rendah hati. Ia ingin kehidupan di dunia ini tak mengusainya sehingga melupakan tujuan hidup setelah melewati perjuangan di dunia.

“Enggak kaya, tapi cukuplah untuk kita mencicipi manisnya dunia ini,” katanya.

Dia pun berpesan kepada calon-calon pengusaha muda Kaltim: berbuat baik kepada siapa pun, punya kepedulian tinggi, dan perhatian kepada teman-teman terdekat.

Selain itu, Kamal menitipkan pesan agar memegang teguh konsisten dalam berbagai kesempatan, baik saat berada dalam tangga terbawah maupun kala berdiri di puncak.

“Anggap kita membuat sebuah tangga untuk kita naik. Kita lewatin juga ketika turun, karena kebanyakan orang berpikir cara untuk naik, tapi lupa berpikir cara turun,” ujarnya. (*)

Penulis: Nadya Fazira

Editor: Ufqil Mubin

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
Advertisements
INDEKS BERITA