Search
Search
Close this search box.

Perjuangan Yohanes Budalele Menggapai Mimpi di Tanah Borneo

Yohanes Budalele
Anggota DPRD Kukar dari Fraksi PAN, Yohanes Badulele Da Silva. (Dok. Berita Alternatif)
Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Yohanes Budalele Da Silva merupakan Anggota DPRD Kabupaten Kukar dari Partai Amanah Nasional (PAN).

Pria kelahiran Hokeng pada 6 Juni 1970 ini telah melewati proses panjang dalam menimba pengetahuan dan pengalaman hidup sebelum kemudian mendapatkan kepercayaan sebagai wakil rakyat.

Ia menghabiskan masa kecil di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Dia menyelesaikan pendidikan di SD Adonara Waiwerang, SMP Pancrasio, dan SMA Larantuka.

Advertisements

Yohanes tak mengisi masa remaja dan mudanya dengan mudah. Ia dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup 7 saudaranya. Hari-harinya pun dihabiskan di laut untuk menangkap ikan.

“Dengan 7 saudara, tentu gaji orang tua tidak cukup kala itu agar tetap bisa bersekolah dan adik-adik tercukupi gizinya,” jelas dia kepada awak media Berita Alternatif, Sabtu (13/1/2024).

Tanah Rantau

Setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk merantau. Pilihannya ada tiga: Samarinda, Jakarta, atau Malaysia.

Yohanes memutuskan untuk berlayar ke Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Di kota tersebut ia bermimpi bisa mendapatkan pekerjaan serta melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

“Di Samarinda saya bekerja di Gedung Bina Insan. Saya sebagai karyawan yang bersih-bersih di sana,” bebernya.

Dia menghabiskan waktu sekitar 7 tahun sebagai pekerja di Gedung Bina Insan.

Yohanes kemudian melanjutkan kariernya di bagian media komunikasi Komsos Samarinda. Di sela-sela itu, ia melanjutkan kuliah di Colorado.

Di eranya, krisis komunikasi menghantam Indonesia. Dia pun memutuskan untuk berhenti dari kampus karena tak memiliki biaya untuk membiayai perkuliahannya.

Kegandrungannya pada dunia hukum membangkitkan semangatnya untuk kembali melanjutkan kuliah. Yohanes kemudian berkuliah di Jurusan Hukum Universitas 17 Agustus Samarinda.

“Saat usia 25 tahun, saya kembali menjadi mahasiswa. Kemudian masuk di gerakan Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia. Dari situ saya mengenal nilai-nilai perjuangan,” ungkapnya.

Setelah itu, Yohanes memutuskan untuk bekerja di pabrik PT Sumalindo Lestari Jaya. Lalu bergabung di Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI) yang saat itu diketuai oleh Muchtar Pakpahan.

SBSI memperkenalkannya pada berbagai problem buruh di Kaltim. Ia juga menyelami beragam penindasan yang dirasakan oleh para pekerja.

Yohanes aktif dalam advokasi terhadap buruh. Dia pun terlibat dalam berbagai demonstrasi untuk membela hak-hak buruh.

Kesadarannya yang mendalam terhadap berbagai masalah buruh di Kaltim menginspirasinya untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.

Perjuangan, menurut Yohanes, tak hanya dilakukan di gedung pemerintahan, tapi juga harus terlibat aktif dalam pembuatan aturan serta pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyat.

Ia pun memilih PAN sebagai kendaraan politik dan alat perjuangannya. Pilihan ini tak muncul begitu saja. Dia bergabung di partai berlambang matahari tersebut karena kecintaannya pada tokoh hak asasi manusia Indonesia, Munir Said Thalib.

Pada tahun 2019, ia mencalonkan diri sebagian anggota legislatif Kukar. Dia mendapatkan suara tertinggi kedua di Dapil V.

Saat ini, Yahones merupakan anggota DPRD Kukar yang menjabat sebagai Ketua Komisi I.

Dia berharap kepemimpinannya di Komisi I DPRD Kukar dapat dimaksimalkannya untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat, terutama yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.

“Kukar mempunyai potensi sangat luar biasa, maka tempatkan Kukar bersama orang-orang yang amanah, agar masyarakat bisa sejahtera dan makmur,” tuturnya.

Buku dan Tokoh

Yohanes menyukai buku Pendidikan Kaum Tertindas karya Paulo Freire. Ia juga menyukai buku biografi Munir.

Selain giat membaca buku, dia mendalami ragam aturan seperti Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Omnibus Law.

Ia sangat mengidolakan Gus Dur. Mantan presiden RI tersebut dinilainya sebagai tokoh pluralisme Indonesia yang tak membedakan agama, etnis, suku, dan golongan.

Dia juga menilai Gus Dur sebagai tokoh yang tak memandang siapa pun dari segi status sosial. Gus Dur dinilainya sebagai pribadi toleran yang menghargai seluruh penganut agama. (lt/fb)

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA