BERITAALTERNATIF.COM – Tiga partai politik di DPRD Kaltim diprediksi akan bersaing ketat untuk memperebutkan kursi pucuk pimpinan pada Pemilu 2024.
Tiga partai tersebut meliputi Partai Golkar, PDIP, dan Gerindra. Saat ini, ketiganya memang berada dalam tiga besar perolehan kursi di DPRD Kaltim.
Pada Pemilu sebelumnya, Golkar memperoleh 12 kursi. Sementara PDIP menduduki 11 kursi dan Gerindra 7 kursi.
Pengamat politik dari Universitas Mulawarman Samarinda, Budiman menjelaskan, komposisi perolehan kursi di DPRD Kaltim pada Pemilu 2024 berpotensi berubah secara signifikan.
Menurut dia, ada dua kursi yang berpeluang hilang dari Golkar: Makmur HAPK dan Mahyunadi. Saat ini, Makmur berpindah ke Gerindra. Sedangkan Mahyunadi beralih ke Perindo.
Kepindahan keduanya, sebut dia, akan menguntungkan Gerindra dan Perindo, sekaligus berpotensi merugikan Golkar jika tidak dibarengi dengan penggantian dua calon yang setara dengan perolehan suara mereka pada Pemilu 2019.
Pada Pemilu lalu, Makmur meraih suara tertinggi di Dapil VI (Kutai Timur, Bontang, dan Berau). Ia memperoleh 38.211 suara. Kemudian diikuti oleh Mahyunadi, yang mengantongi 21.903 suara. Karena itu pula mampu Golkar meraih 3 kursi di Dapil tersebut.
Selain keduanya, ungkap Budiman, politisi Golkar Abdul Kadir Tappa juga dipastikan tidak akan bertarung lagi di Pemilu 2024. Dia pun berasal dari Dapil VI. Pada Pemilu 2019, dia memperoleh 6.162 suara.
“Artinya apa? Kalau melihat komposisi dua yang berpindah partai dan satu tidak nyaleg, kalau Golkar tidak mengantisipasinya dengan Caleg yang mumpuni, maka otomatis kursi dari Golkar akan berkurang,” jelasnya kepada beritaalternatif.com baru-baru ini.
Perubahan komposisi perolehan kursi di DPRD Kaltim, lanjut dia, juga dipengaruhi oleh kekuasaan partai di eksekutif pada tingkat kabupaten/kota di Kaltim. Bupati ataupun wali kota akan berusaha keras untuk mendukung partainya untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya pada Pemilu 2024.
“Karena seorang eksekutif atau dalam hal ini bupati dan wali kota akan memperjuangkan Calegnya untuk duduk di Karang Paci ke depan. Apalagi kalau ada target-target untuk menjadi Cagub. Tentunya orang-orangnya harus ada di Karang Paci,” jelasnya.
Jika dilihat dari dua aspek tersebut, menurut dia, kursi Gerindra akan bertambah DPRD Kaltim. Sementara itu, kursi Golkar dan PDIP diprediksinya akan berkurang pada Pemilu 2024.
Budiman mengatakan, kursi PDIP bisa menyusut setelah Romadhony Putra Pratama, yang memutuskan untuk mencalonkan diri di DPRD Samarinda. Selain itu, dukungan politik di akar rumput untuk Romadhony dinilainya tak lagi sekuat saat ayahnya, almarhum Siswadi, masih hidup.
“Pak Siswadi kan dulu yang mem-backup. Walaupun Ketua DPRD Samarinda sekarang, Sugiono, mencaleg di DPRD Provinsi,” katanya.
Komposisi perolehan kursi PDIP juga bisa sana tak berubah. Namun, ia memperkirakan kursi Golkar akan beralih ke Gerindra karena Makmur berlabuh ke partai besutan Prabowo Subianto tersebut.
Penyusutan kursi Golkar juga akan dipengaruhi oleh kepindahan Mahyunadi dan Abdul Kadir Tappa yang tak lagi mencalonkan diri sebagai wakil rakyat di DPRD Kaltim. “Otomatis kan kursi Golkar akan berkurang tiga ini,” katanya.
“Meskipun saya melihat ada beberapa Caleg yang potensial dari Golkar. Misalnya Sekjennya Husni Fakhruddin dari Kukar. Cuman kan kalau strategisnya dia kurang bagus, dia akan bersaing juga dengan Gerindra. Di situ ada 2 orang dari Gerindra: Reza Fachlevi dan Seno Aji,” jelasnya.
Budiman menilai Reza Fachlevi dan Seno Aji sebagai tokoh-tokoh muda Kukar yang memiliki suara yang cukup besar di Pemilu sebelumnya. Karena itu, ia berkesimpulan, apabila Husni Fakhruddin tak menjalankan strategis yang mumpuni, maka dia tidak akan mendapatkan suara yang tinggi karena harus bersaing dengan kompetitor-kompetitor yang sangat kuat.
Berdasarkan sejumlah indikator tersebut, Budiman berpendapat, komposisi kursi di tiga besar akan mengalami perubahan secara signifikan. “Yang diuntungkan ini Gerindra karena Pak Makmur berpindah ke Gerindra,” ucapnya.
Kata dia, pemilih-pemilih di Kaltim tidak terlalu loyal pada partai politik. Mereka lebih terikat dengan figur yang akan mencalonkan diri dalam pesta demokrasi.
“Artinya, ketika Pak Makmur berpindah, maka otomatis suara 38 ribu lebih itu akan berpindah juga,” katanya. (fb)