BERITAALTERNATIF.COM – Selain puluhan petahana yang mengalami kekalahan telak, Pilkades Kukar tahun 2022 juga diwarnai dengan sejumlah incumbent yang mendulang suara fantastis dalam pesta demokrasi di tingkat desa tersebut.
Contohnya di Desa Tuana Tuha, Kecamatan Kenohan. Tommy, yang merupakan petahana, menghimpun 1.220 suara atau 91 persen. Sementara lawannya, Hasni, hanya mendapatkan 119 suara atau 9 persen.
Selain itu, di Desa Kembang Janggut, Kecamatan Kembang Janggut, Yadi, yang merupakan petahana, menang telak atas lawannya.
Mantan Ketua Bawaslu Kukar tersebut menghimpun 1.299 suara atau 88 persen. Sedangkan lawannya, Lia Ulfa, hanya mendapatkan 173 suara atau 12 persen.
Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong, Zulkifli menjelaskan, kemenangan para petahana tersebut dipengaruhi kepercayaan masyarakat yang sangat tinggi setelah melihat kinerja mereka selama lima tahun menjabat sebagai kepala desa.
“Misalnya Yadi. Ada jejak pembangunan ini dan itu yang dia lakukan. Kemudian banyak kegiatan yang dilaksanakannya. Dia juga membiayai anak-anak untuk kuliah di Unikarta, sehingga ini memunculkan kepercayaan masyarakat,” jelas Zulkifli kepada beritaalternatif.com pada Senin (4/10/2022).
Yadi juga dinilai sebagai kepala desa yang sangat serius mewujudkan janji politiknya dalam mendorong pemekaran di Desa Kembang Janggut. Karena itu, belakangan muncul Desa Kembang Janggut Ulu dan Kembang Janggut Ilir.
Dia pun memperhatikan jalan lintas antar Desa Genting Tanah dan Loa Sakoh. Dalam kegiatan perbaikan jalan tersebut, Yadi ikut serta saat gotong royong bersama warga. “Artinya, orang bisa lihat kinerja dia. Bukab wilayah kampungnya saja dia kerjakan,” sebutnya.
Begitu pula dengan Tommy. Ia menggalakkan banyak program pemberdayaan masyarakat Tuana Tuha. Dia juga menjalankan program pemberian santunan kepada para ahli waris yang ditinggalkan oleh orang tua mereka.
Hal ini pun membentuk kepercayaan masyarakat. Saat kembali mencalonkan diri sebagai kepala desa, dia tidak perlu lagi mengumbar janji. Pasalnya, masyarakat telah melihat kinerjanya selama lima tahun menjabat sebagai kepala desa.
“Sehingga, lawannya sudah ciut lebih dulu karena dia tidak mungkin dilawan di Pilkades,” ujarnya.
Menurut Zulkifli, faktor keluarga juga sangat berpengaruh dalam Pilkades Kukar. Calon kepala desa yang memiliki keluarga yang cukup banyak di sebuah desa memiliki peluang besar memenangkan kontestasi Pilkades.
Namun, dia memberikan catatan khusus terkait fenomena Pilkades di Zona Pesisir Kukar. Petahana kembali memenangkan Pilkades bukan semata karena faktor keluarga besar.
“Tetapi di Pesisir itu faktor kesukuan. Jadi, Pesisir itu menarik. Bukan hanya faktor keluarga, tapi juga faktor kesukuan. Tapi, kalau sama saja sukunya dalam satu desa, yang menentukan itu faktor keluarga,” urainya.
Meski begitu, dia berpendapat, faktor keluarga juga tak sepenuhnya mempengaruhi pilihan para pemilih di Pilkades Kukar. Apabila keluarga petahana merasa tidak puas dengan kinerja kepala desa, maka mereka akan dengan mudah mengalihkan pilihan kepada calon lain.
“Kalau tidak puas, bukannya jadi penentu kemenangan, tapi jadi bumerang juga bagi calon itu sendiri,” terangnya. (um)