BERITAALTERNATIF.COM – Untuk menghindari gagal panen bagi para petani di musim kemarau, pengamat pertanian dari Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Ince Raden memberikan beberapa trik agar unsur tanah tetap lembab meski di musim kemarau.
Kekeringan yang melanda akibat cuaca panas ekstrem terjadi di Kukar membuat para petani terancam gagal panen.
Kata dia, air merupakan kebutuhan paling penting bagi petani dalam melakukan pembudidayaan tanaman, perkebunan, peternakan bahkan perikanan.
Saat musim kemarau tiba para petani harus mengurangi proses penguapan kandungan air di dalam tanah.
Kandungan air yang ada di dalam tanah, harus dipertahankan melalui mulsa yang berwarna putih agar daya serat cahaya tidak membuat suhu tanah menjadi panas.
Kata Ince, mulsa merupakan material penutup tanaman budidaya yang berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah.
“Selain itu para petani juga bisa menggunakan mulsa dari bahan organik untuk menutupi permukaan tanaman seperti bahan dari jerami atau sisa daun pisang dalam rangka melembabkan tanah agar proses penguapannya bisa dikurangi,” saran dia, Jumat (11/8/2023).
“Itu kalau dari aspek dalam luasan mikro. Kalau yang makro mau tidak mau kita harus menggunakan cara komponisasi ke wilayah yang membutuhkan air,” tambahnya.
Musim kemarau yang mengakibatkan intensitas cahaya dengan suhu yang tinggi, kata dia sebenarnya di sektor pertanian masih memungkinkan tanaman tumbuh dengan hasil yang meningkat.
Hal tersebut berlaku jika air dan unsur haranya terpenuhi. Namun sebaliknya jika suhu panas tidak diimbangi dengan ketersediaan air maka akan merusak kandungan senyawa organik di dalam tanah.
“Selain itu memang harus ada kiat yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi air di dalam tanaman,” ujarnya.
Ince pun menyarankan agar pemerintah untuk memanfaatkan sumber air terdekat di wilayah para petani menanam dengan irigasi.
Hal tersebut diyakini dapat menghindari para petani yang terancam gagal panen.
Selain itu ia juga menyarankan agar pemerintah dapat menganalisis curah hujan dan suhu untuk melihat trend kekeringan di suatu wilayah sehingga bisa mengestimasi musim kemarau yang bakal terjadi.
“Kita bisa mengantisipasi pada jauh hari sebelumnya. Ini bisa kita pelajari dari pengetahuan yang kita miliki pada ilmu klimatologi atau agrohidrologi,” tutupnya. (rh)