Search
Search
Close this search box.

Pilu! Sidra Hassouna, Bocah 7 Tahun yang Tubuhnya Tercabik di Jalur Gaza

Mendiang Sidra Hassouna. (arrahmahnewscom)
Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Sidra Hassouna, nama gadis kecil itu, adalah seorang penduduk Gaza utara, yang mencari perlindungan bersama keluarganya di ujung selatan jalur yang terkepung, dan yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman oleh rezim pendudukan.

Dilansir Arrahmahnews, pada tanggal 14 Februari, rezim zionis Israel melancarkan serangan besar-besaran di Rafah yang menewaskan lebih dari seratus warga Palestina yang berlindung di tenda-tenda darurat dan jalan-jalan yang sepi.

Pada malam nahas itu, sebuah rudal menghantam tempat keluarga Hassouna mencari perlindungan, membunuh seluruh keluarga dan mencabik-cabik tubuh putri kecil mereka.

Advertisements

Jenazah Sidra kecil yang bercita-cita menjadi guru sains diidentifikasi oleh duta besar Palestina untuk Inggris, Husam Zamlot, yang mengatakan gadis muda itu adalah sepupu istrinya.

“Ini Sidra yang berusia tujuh tahun, sepupu istri saya. Dampak dari rudal Israel begitu kuat hingga membuatnya terlempar keluar, meninggalkan tubuhnya yang termutilasi tergantung di reruntuhan bangunan yang hancur di Rafah 48 jam yang lalu,” tulisnya di X saat itu.

Sidra dibunuh bersama saudara kembarnya Suzan dan saudara laki-laki mereka Malik yang berusia 15 bulan. Orang tua dan kakek-nenek mereka juga tewas dalam serangan udara yang memusnahkan seluruh keluarga tersebut.

“Bibi istri saya Suzan, suaminya Fouzy Hassouna, dua putra mereka, Muhammad dan Karam, istri Karam Amouna dan ketiga anaknya (si kembar berusia 7 tahun Sidra dan Suzan, dan Malik yang berusia 15 bulan) semuanya terbunuh,” kata Zamlot.

“Keluarga tersebut mengungsi dari utara Gaza dan berlindung di Rafah. Kami akan terus melakukan tindakan tanpa henti sampai mereka yang bertanggung jawab diadili.”

Saat menyampaikan belasungkawa kepada Zomlot, mantan pemimpin Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn menyuarakan rasa muaknya terhadap genosida yang dilakukan oleh Israel.

“Husam dan keluargaku tersayang, saya sangat terkejut dan syok atas kehilangan Anda dan ribuan lainnya dalam serangan keji terhadap rakyat Palestina ini,” tulis politisi Inggris itu.

Ketika berita kematian Sidra menyebar di media sosial, gelombang keterkejutan dan patah hati pun bergema.

Foto dan video jenazahnya yang tak bernyawa, yang beredar di kalangan netizen, menggambarkan kengerian yang dihadapi anak-anak Palestina saat Israel terus membombardir wilayah tersebut selama lebih dari empat bulan.

Netizen yang marah menyerukan pertanggungjawaban atas kejahatan perang rezim di Gaza.

“Kami tidak setara. Ini semua tentang warna kulit. Sidra Hassouna Habibi, kamu sekarang berada di dunia yang lebih baik,” tulis Proudarabiye sambil membagikan foto Sidra dan adiknya yang mengenakan jaket yang sama.

Stephen Corry, seorang aktivis hak-hak masyarakat adat asal Inggris, menganggap audio Hind Rajab yang berusia 6 tahun dan gambar grafis Sidra Hassouna yang berusia 7 tahun sebagai catatan genosida paling mengejutkan yang pernah tercatat dalam sejarah.

“Akankah suara Hind Rajab (6) dan foto Sidra Hassouna (7) kini menjadi lambang Genosida terhadap orang-orang Palestina bagi dunia? Ini adalah salah satu catatan genosida paling mengharukan dan mengejutkan yang pernah tercatat,” tulis Corry.

“Sebutkan namanya Sidra Hassouna. Maafkan aku malaikat tersayang. Kami telah mengecewakanmu. Kami tidak tahu bagaimana menghentikannya. Melihat dia digantung dengan kaki terpotong akan menghantui saya sampai saya mati,” tulis Rachida Benamar, seorang pengacara dan pengusaha di akun X miliknya.

“Hati kami meledak keluar dari dada kami. Saya takut terhadap kemanusiaan.”

Rezim Israel telah merencanakan serangan darat penuh di Rafah di mana hampir 1,3 juta orang mengungsi setelah mengungsi.

Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 29.000 orang di jalur Pantai ini, termasuk lebih dari 12.000 anak-anak.

Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan pekan lalu bahwa warga Palestina adalah korban serangan yang intensitas, kebrutalan dan cakupannya tidak ada bandingannya.

Griffiths mengatakan lebih dari satu juta orang berjejalan di Rafah, menghadapi kematian. Mereka hanya punya sedikit makanan, hampir tidak ada akses terhadap perawatan medis, tidak ada tempat untuk tidur, tidak ada tempat yang aman untuk dituju. (arn/nsa)

Sumber: Press TV, Arrahmahnews

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA