Search
Search
Close this search box.

Prediksi Para Ekonom Jelang Pengumuman Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia

Perdagangan Indonesia. (Bisnis.com)
Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan kinerja neraca dagang Indonesia Agustus 2023 pada Jumat (14/9/2023) pukul 09.00 WIB.

Sejumlah ekonom pun memberikan proyeksi masing-masing mengenai hasil kinerja neraca dagang pada bulan Agustus 2023. Dari sejumlah informasi yang dihimpun Bisnis.com, mayoritas ekonom memperkirakan neraca dagang RI masih akan mencatatkan surplus.

Jika prediksi tersebut benar, maka pada Agustus 2023 kinerja neraca dagang akan melanjutkan tren surplus selama 40 bulan berturut-turut.

Advertisements

Dari 22 ekonom yang memproyeksikan kondisi neraca dagang, terdapat rata-rata nilai di angka US$ 1,38 miliar. Dari jumlah ini, 21 ekonom di antaranya sepakat kinerja ekspor-impor Indonesia akan kembali surplus, sedangkan yang memproyeksi defisit hanya 1 ekonom.

Dalam laporan Bloomberg, ekonom Samuel Sekuritas Lionel Priyadi menjadi satu-satunya partisipan yang memproyeksikan neraca dagang RI berbalik defisit pada Agustus 2023 dan terkontraksi hingga minus US$ 1,1 miliar.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan neraca dagang Agustus tahun ini mencatatkan surplus senilai US$ 1,5 miliar. Kinerja ekspor dan impor pada periode tersebut diprediksi terkontraksi masing-masing sebesar 21,83 persen dan 8,45 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Secara bulanan, ekspor Agustus 2023 diperkirakan masih meningkat, yang didorong oleh kenaikan harga komoditas ekspor, seperti batu bara sebesar 8,52 persen (month-to-month/mtm), meski harga CPO turun 2,01 persen mtm.

“Volume ekspor diperkirakan meningkat, yang terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia seperti Eropa, China, Jepang, dan India,” katanya kepada Bisnis, Kamis (14/9/2023).

Namun di sisi lain, Josua mengatakan terdapat beberapa mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan, yang mengindikasikan penurunan aktivitas manufaktur.

Lebih lanjut, Josua menyampaikan bahwa di tengah ekspektasi peningkatan volume ekspor dan kenaikan harga komoditas batu bara, kinerja impor pada Agustus juga diperkirakan meningkat secara bulanan.

Menurutnya, peningkatan impor terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur domestik. Selain itu, impor beras cenderung meningkat bersamaan dengan kenaikan harga beras internasional sekitar 16-17 persen mtm.

“Selain impor nonmigas, impor migas pun diperkirakan meningkat terbatas sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah Brent sekitar 7,57 persen mtm,” jelas Josua.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) David E. Sumual memprediksi surplus neraca dagang Indonesia berlanjut pada Agustus 2023 sebesar US$ 1,67 miliar.

Proyeksi tersebut lebih tinggi dari realisasi Juli 2023 yang mencapai US$ 1,31 miliar, yang ditopang komoditas nonmigas US$ 3,22 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, terutama batu bara [HS 27], CPO [HS 15], serta barang besi dan baja [HS 72].

David mengatakan, kenaikan surplus seiring dengan harga komoditas ekspor unggulan seperti batu bara dan Crude Palm Oil atau CPO yang membaik secara tahunan (yoy).

“Harga sebagian besar komoditas ekspor sedikit melambat secara yoy [batu bara, gas, CPO, dll], kalau secara bulanan [month-to-month/mtm] ada sedikit perbaikan. Komoditas impor juga melambat yoy,” ujarnya.

Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2023 diproyeksi mencatatkan surplus sebesar US$ 1,64 miliar. Jika ini terjadi, maka neraca dagang bakal mencetak surplus 40 bulan beruntun.

Dia memperkirakan kinerja ekspor meningkat tipis 3 persen secara bulanan (mtm) dengan nilai mencapai US$ 2,15 miliar.

“Hal ini didorong oleh perbaikan kondisi manufaktur di China yang merupakan mitra dagang dengan market share terbesar untuk ekspor Indonesia,” katanya kepada Bisnis.

Banjaran menjelaskan, kondisi PMI manufaktur China pada Agustus 2023 meningkat ke zona ekspansif pada level 51,0, dari sebelumnya di zona kontraktif pada level 49,2.

“Data historis selama ini juga menunjukkan bahwa perkembangan ekspor Indonesia paling sensitif terhadap dinamika di China,” jelasnya.

Selain itu, Banjaran mengatakan kinerja ekspor pada Agustus 2023 didorong oleh peningkatan harga komoditas batu bara sebesar 8,5 persen. Di sisi lain, faktor penahan ekspor pada periode tersebut di antaranya harga komoditas CPO yang secara rata-rata turun sebesar 2,7 persen dan melemahnya sektor manufaktur Amerika Serikat.

Dia memperkirakan impor juga meningkat 1,7 persen secara bulanan ke US$ 19,9 miliar pada Agustus 2023. Peningkatan ini tercermin juga dari kenaikan PMI manufaktur Indonesia, keyakinan konsumen, serta beban kenaikan harga minyak mentah global yang cukup signifikan.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih bertahan di atas US$ 1 miliar pada Agustus 2023.

Menurutnya, nilai ekspor akan berkisar pada US$ 19 miliar hingga US$ 20 miliar, sementara impor diperkirakan mencapai kisaran US$ 18 miliar hingga US$ 19 miliar.

Pasalnya, masih terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai yang akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia ke depan, salah satunya perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia.

“Perlambatan ekonomi negara-negara mitra terbesar seperti Amerika Serikat dan China akan mempengaruhi pelemahan ekspor,” katanya.

Selain itu, menurutnya, pelemahan harga komoditas yang diperkirakan terus berlanjut ke depan akan mempengaruhi pelemahan ekspor di dalam negeri. (*)

Sumber: Bisnis.com

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT