BERITAALTERNATIF.COM – Gubernur Kaltim Isran Noor menyebutkan bahwa Bumi Etam merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami surplus perdagangan di tengah terpaan pandemi Covid-19.
Kata dia, sebagian besar provinsi di Indonesia mengalami defisit perdagangan selama dua tahun terakhir. “Artinya memang hebat Kalimantan Timur ini,” ucapnya pada kegiatan Malam Ramah Tamah dalam rangka peringatan HUT ke-66 Kaltim di Convention Hall Sempaja Samarinda, Senin (9/1/2023).
Ia menjelaskan, torehan prestasi di bidang perekonomian tersebut tidak terlepas dari peran masyarakat Kaltim.
Kata Isran, Kaltim merupakan provinsi yang memberikan sumbangsih besar terhadap produk domestik bruto Indonesia.
Pada tahun 2022, sambung dia, hanya dua provinsi di Indonesia yang memiliki nilai ekspor yang sangat tinggi: Jawa Barat dan Kaltim.
“Jawa Barat tinggi. Tapi nilai selisih keuntungannya kecil. Kenapa? Karena nilai ekspor dikurangi nilai impor, enggak besar,” jelasnya.
“Kalimantan Timur tidak. Nilai ekspornya besar, tapi nilai impornya kecil. Jadi, Kalimantan Timur tetap di atas,” sambungnya.
Prestasi lain yang dimiliki Kaltim adalah pada tahun 2021-2022 provinsi di Pulau Kalimantan ini memiliki tingkat pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi kedua di Indonesia. Dari segi pertumbuhan PAD, Kaltim hanya kalah dari Provinsi Gorontalo.
Sementara itu, dari segi tingkat kemiskinan, Isran mengakui bahwa Kaltim memiliki persentase kemiskinan yang cukup tinggi.
Namun, persentasenya masih berada di bawah rata-rata nasional. Saat ini, Kaltim memiliki penduduk miskin 6,3 persen. Sementara Indonesia berada di atas 10 persen.
Sebelumnya, kata dia, dalam rangka menurunkan angka kemiskinan di Kaltim, pihaknya telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Kaltim.
Dalam Pergub Kaltim tersebut, ia mendorong seluruh perusahaan yang beroperasi di Kaltim menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) mereka untuk mengurangi angka kemiskinan di Kaltim.
Menurut dia, CSR dapat digunakan untuk membangun dan memperbaiki rumah warga yang berada dalam garis kemiskinan.
Para nelayan dan petani di desa-desa se-Kaltim, lanjut dia, memiliki pendapatan di atas garis kemiskinan. Namun, kondisi rumah sebagian dari mereka belum layak huni, sehingga mereka digolongkan dalam penduduk miskin.
Isran mengaku tidak setuju dengan pendekatan Bank Dunia dari segi pendapatan untuk menentukan penduduk miskin.
Sejumlah warga di Kaltim memiliki kendaraan dan aset, namun mempunyai pola hidup yang kurang sehat, khususnya dari segi makanan. Mereka pun tergolong penduduk miskin. “Karena ada juga yang stunting,” sebutnya. (um)