BERITAALTERNATIF.COM – Baharuddin Demmu merupakan Ketua Komisi I DPRD Kaltim yang memulai karier politiknya lewat organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).
Bahar dilahirkan di Sopeng pada 5 April 1972 dari kedua orang tua yang bekerja sebagai petani di Desa Sebuntal, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Pria yang dilahirkan dari kedua orang tua berekonomi menengah ke bawah ini menghabiskan masa kecilnya dengan membantu orang tuanya di sawah dan menjual kue.
Dia menempuh pendidikan di SDN 006 Desa Sebuntal. Saat SMP, ia pindah ke Desa Takalala, Soppeng. Bahar masuk di SMP Muhammadiyah Takalala Soppeng.
Semasa SMP, aktivitasnya selain menempuh pendidikan tergolong sama seperti di Sebuntal: membantu saudaranya di sawah.
Selepas menyelesaikan SMP di Soppeng, pada tahun 1992 dia memutuskan kembali ke Pulau Borneo. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Samarinda.
Bahar masih mengingat dengan baik saat ia menempuh pendidikan di sekolah ternama di Kota Tepian tersebut. Teman-teman sekolahnya rata-rata berekonomi kelas menengah atas. Umumnya mereka berangkat ke sekolah menggunakan motor. Sedangkan ia berjalan kaki menempuh jarak beratus-ratus meter.
Pada pagi hari, ia mempersiapkan kue untuk dijual. Setelah pulang sekolah, Bahar membantu saudaranya berdagang pisang. Dari aktivitas itulah dia bisa mengumpulkan uang untuk membayar SPP.
Saban hari ia tak pernah dibekali uang sangu sekolah. Demi menambah energi untuk berjalan kaki ke sekolah yang berjarak ratusan meter, ia meminum banyak air.
Bahar juga mengenang saat ia tak bisa mengikuti les untuk menambah pengetahuan sebelum ujian. Ia pun berangkat pagi-pagi untuk menemui sahabatnya demi meminjam lembaran soal untuk dipelajari sebelum ujian.
“Karena pada saat itu (uang saya) hanya cukup bayar SPP, jadi saya turun pagi-pagi untuk pinjam lembaran soal teman saya agar saya tidak tertinggal,” jelasnya.
Perguruan Tinggi dan Aktivitas Organisasi
Setelah lulus dari SMAN 1 Samarinda, ia menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman Samarinda. Ketertarikannya pada dunia perikanan mendorongnya untuk mengambil jurusan perikanan di kampus ternama di Kaltim tersebut.
Semasa kuliah, dia aktif di organisasi Walhi. Ia terdorong untuk mendorong dan memperjuangkan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia, terutama di Provinsi Kaltim yang dipenuhi banyak tambang.
Di Walhi pula Bahar mengasah sikap kritisnya terhadap kondisi masyarakat kecil yang hak-hak mereka dirampas. Di organisasi itulah ia mengembangkan bakar kepemimpinannya.
Selain aktif di Walhi, ia pernah bergabung di Jaringan Advokasi Tambang (Jatam). Di organisasi inilah ia berkeliling Indonesia mengikuti kegiatan ekspedisi Bali dan Jakarta. Ia memanfaatkan momentum tersebut untuk melihat dan mempelajari kondisi sosial serta bercengkerama dengan masyarakat kelas bawah.
Setelah kuliah, ia memutuskan kembali ke Marangkayu. Bahar mendengarkan keluhan masyarakat perihal dampak buruk pertambangan.
Dia merupakan aktivis yang berjasa mendampingi masyarakat yang tertindas karena tanah mereka digusur sepihak oleh para pemilik tambang. Lewat organisasi Jatam, ia berjuang dengan sepenuh hati untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat yang “dirampas” para pelaku tambang.
Memulai Karier
Semula ia tak pernah berpikir untuk menjadi pemimpin di masyarakat. Namun, permintaan masyarakat berdatangan seiring perjuangannya yang tergolong tulus dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat Desa Sebuntal.
Ia keras menolak permintaan tersebut. Di lain pihak, masyarakat berdalih bahwa hanya Bahar yang dapat memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan di tengah masyarakat Desa Sebuntal.
“Saya dinasihati oleh paman saya pada saat itu, kerjaan saya jangan demo saja, tapi cobalah mengambil ruang politik di desa dengan menjadi pemimpin. Tapi saya masih tidak mau,” bebernya.
Semakin dia menolak permintaan tersebut, masyarakat dan keluarganya berdatangan untuk mendorongnya memimpin desa kelahirannya. Bahkan, sahabat karibnya dari Kupang Nusa Tenggara Timur datang kepadanya untuk mendukungnya menakhodai desa tersebut.
Sehari sebelum penutupan pendaftaran calon kepala desa, ia memantapkan diri untuk mengisi formulir dan mendaftar menjadi calon kepala desa. Dia tak pernah berpikir bisa memenangkan pertarungan tersebut.
Belakangan, Bahar terpilih sebagai Kepala Desa Sebuntal. Keterpilihannya sebagai kepala desa membuat pihak perusahaan tambang takut sebab ia merupakan sosok yang berani dan tegas berdiri bersama masyarakat. Dia juga dikenal sebagai pribadi yang tidak akan diam saat ada pihak-pihak di sekitar desa tersebut merugikan masyarakat.
Saat menjadi kepala desa, Bahar menghadapi beragam ujian. Kantor desanya terbakar dua kali. Pada kebakaran pertama, kantor desa terbakar di malam hari. Kebakaran kedua membuat atap kantor tersebut dilahap si jago merah.
Ia khawatir terhadap rekan-rekan kerjanya di desa. Pasalnya, setiap kali kebakaran, dia berada di luar kota untuk menjenguk anak dan istrinya.
Setelah menjadi kepala desa, ia diminta oleh warganya untuk menjadi Anggota DPRD Kukar. Dia didorong untuk bergabung di Partai Amanat Nasional (PAN), yang merupakan partai yang dinilai tak terikat dengan Orde Baru.
Ia pun mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Kukar dari Dapil Anggana, Marangkayu, dan Muara Badak. Bahar tak menyangka bisa terpilih sebagai wakil rakyat serta mendapatkan suara mayoritas di Dapilnya.
Selama menjabat sebagai Anggota DPRD Kukar, ia tergolong wakil rakyat yang progresif serta memberikan banyak dampak positif terhadap warga di tiga kecamatan tersebut.
Kesuksesannya sebagai penyambung lidah rakyat membuatnya didorong oleh banyak orang untuk mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Kaltim.
Semula dia enggan menerima tawaran tersebut karena merasa takut tidak akan amanah dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Atas kekuatan dukungan dan kepercayaan masyarakat, keluarga, dan istrinya, ia memantapkan diri untuk mewakili masyarakat Kukar di DPRD Kaltim. Dia pun terpilih setelah berhasil meraih 9.000 suara.
Pada Pemilu 2019, ia kembali mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Kaltim dari Dapil Kukar. Bahar kembali dipercaya masyarakat.
Di periode kedua, dia diamanati jabatan Ketua Komisi I yang membidangi pemerintahan, hukum dan hak asasi manusia.
Selama menjadi wakil rakyat, ia mempertahankan kebiasaannya untuk bercengkerama dengan masyarakat serta menginap dari rumah ke rumah warga untuk menyerap aspirasi mereka.
Dia kerap bertemu dengan nelayan, menyerahkan bantuan, serta mendorong masyarakat menciptakan produk hilir ikan berupa kerupuk dan amplang.
Bahar tetap mempertahankan kesederhanaan dan kesahajaan sebagai sosok yang lahir dari masyarakat kelas bawah saat menjabat sebagai wakil rakyat selama tiga periode.
Ia berprinsip bahwa berkumpul dengan masyarakat tak harus dibumbui dengan kemewahan. Cukup didampingi kopi dan mi instan.
Bahar merasa mendapatkan kekuatan saat bersama masyarakat. Karena itu pula ia menginap selama berhari-hari di rumah warga serta merasakan denyut nadi kehidupan masyarakat di pelosok-pelosok Kukar.
“Saya juga kerap dimarahi anak saya karena saya selalu di luar untuk mengunjungi desa-desa. Saya di rumah juga hanya 3-4 jam. Sisanya ke desa-desa, dan saya menikmati itu,” ujarnya.
Prinsip dan Sosok Inspirasi
Istrinya merupakan sosok inspirasi baginya. Saat mengambil keputusan-keputusan penting, Bahar kerap meminta pendapat istrinya.
Istrinya adalah akademisi sekaligus aktivis yang pernah menjabat sebagai Direktur LBH Malang. Ia merupakan sosok yang dekat dengan almarhum Munir dan Komisioner KPK Bambang Wijayanto.
Bahar mengenal istrinya di Surabaya dalam sebuah pertemuan. Kala itu, dia merupakan pribadi yang pandai berbicara namun tak pandai menulis. Sedangkan istrinya pandai berbicara dan menulis. Di situlah ia merasa kagum terhadap kepintaran seorang perempuan yang sekarang menjadi istrinya.
Istrinya berprofesi sebagai dosen. Dia merupakan akademisi dan intelektual yang sangat kritis terhadap kondisi sosial kemasyarakatan.
Keduanya kerap berdiskusi tentang hukum. Istrinya yang merupakan dosen Fakultas Hukum Unmul Samarinda tentu saja mempunyai pandangan hukum yang lebih luas dibanding Bahar. Karena itu pula ia kerap meminta masukan istrinya terkait masalah-masalah hukum yang berhubungan dengan pemerintahan dan masyarakat.
Atas dasar itu pula Bahar menyebut istrinya sebagai teman hidup sekaligus sahabat yang mendampinginya dalam suka dan duka sejak memimpin Desa Sebuntal hingga berkiprah di legislatif selama tiga periode.
Dari semua landasan perjuangan hidupnya, ia selalu teguh untuk tetap berdiri bersama masyarakat dalam berbagai momentum perjuangannya sebagai wakil rakyat.
Bahar menekankan agar masyarakat memilih wakil rakyat dan pemimpin yang dapat melayani masyarakat.
“Karena ketika mengemban amanah menjadi pemimpin maka yang kita lakukan adalah memperjuangkan hak-hak masyarakat,” tutupnya. (lt/fb)