BERITAALTERNATIF.COM – Sudah 30 tahun Erwan Riyadi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dia melewati jenjang kariernya sebagai PNS di tujuh dinas yang berbeda.
Meskipun begitu, sebelum menjadi abdi negara, Erwan tidak berkeinginan bahkan tidak pernah berpikir akan menekuni profesi sebagai PNS.
Bagi Erwan, PNS identik dengan peraturan, disiplin, dan rutinitas, yang kesemuanya berbanding terbalik dengan jiwanya yang mengagungkan kemerdekaan dan kebebasan.
Meskipun Erwan tidak menyukai profesi PNS, serta tidak pernah mempunyai keinginan menjadi PNS, dia mengaku bisa mengimbanginya.
Dilihat dari satu sisi, ini merupakan kewajibannya dalam menjalankan tugas sebaik mungkin. Dari pekerjaan inilah timbul pengalaman baru: kebebasan adalah tanggung jawab.
“Itu tergantung trik aku lagi memperlakukan pekerjaan itu walaupun aku enggak suka,” ucap Erwan.
Sejak kecil, ia memiliki hobi membaca buku. Erwan mengakui bahwa ia bisa larut dalam bacaannya hingga berjam-jam.
“Bisa dikatakan hobiku itu membaca sebelum aku bisa membaca. Aku bisa baca koran itu sampe berjam-jam,” ucapnya.
Sebelum mengenal baca tulis, ia senang melihat majalah Bobo dan majalah lain di rumahnya. Dia acap terpukau dengan gambar di dalam majalah tersebut.
Saat menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), Erwan selalu mendapatkan nilai terbaik hingga menjadi juara di kelas.
“Waktu SD kan tidak ada tuh yang namanya rangking tapi bisa dikatakan nilaiku terbaik. Nah, waktu SMP aku dapat juara kelas ya walau di tingkat sekolah bisa dikatakan juara 2,” ungkapnya.
Saat duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga masuk kuliah, prestasi dan nilainya mulai menurun karena selain masuk di jurusan yang bukan keinginannya, hal ini juga dipengaruhi oleh pola pergaulannya.
Namun, ia masih menyimpan rasa ingin tahu yang tinggi dari buku-buku yang dibacanya. Pada fase ini Erwan mengatakan bahwa selain hobinya membaca, sekarang hobinya adalah berpikir.
“Waktu SMA sama kuliah itu enggak ada yang bisa dibanggakan, karena dari bacaanku saat SMA itu membuat aku juga ingin merasakannya, apalagi saat kuliah di Samarinda, yang mana pergaulan di kota besar sangat berbeda,” ujarnya.
Walaupun begitu, anak kelima dari sembilan bersaudara ini saat kuliah berpikir bahwa dia tidak bisa hanya mengikuti tren pergaulan pada saat itu.
Setelah memiliki hobi membaca dan berpikir, kini Erwan memasuki fase baru yakni bertindak.
Maka dari itu, saat kuliah Erwan mempunyai keinginan untuk membuat sebuah pergerakan. Banyak pemikiran-pemikiran yang dapat diwujudkannya dalam bentuk pergerakan yang terlupakannya.
Sejak usia 20 tahun, Erwan sudah mulai mengembangkan pemikiran yang saat itu merupakan hal yang dinilainya hebat.
Di tahun 2001, Erwan sempat ingin membuat sebuah pergerakan bersama teman-temannya, namun terkendala waktu luang karena teman-temannya memiliki kesibukan masing-masing.
Sepuluh tahun berlalu, di tahun 2011 Erwan membuat sebuah perusahaan berbentuk CV yang bernama CV Eldissy Multivista yang bertempat di Jalan Kartini, Tenggarong. Perusahaan ini dijalankan oleh temannya.
Di akhir tahun 2011, Erwan mendirikan sebuah wadah untuk orang-orang yang kreatif karena melihat potensi wisata di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Maka dari itu, muncullah Kukar Kreatif.
Sejak diperkenalkan, Kukar Kreatif yang bertempat di Jalan Kartini, yang juga sekantor dengan CV Eldissy, banyak anak muda berkumpul. Belakangan, ia kemudian mulai memilih dan memilah orang-orang yang berkumpul di Kukar Kreatif.
“Awal ada Kukar Kreatif ini banyak anak-anak muda kumpul di sini, tapi aku ingat apa tujuanku buat Kukar Kreatif. Dari situ, tempat itu mulai sepi, tapi kembali ramai sama orang-orang yang ingin produktif,” terangnya.
Setelah banyak kegiatan yang dilakukan Kukar Kreatif, akhirnya ia bertemu pada titik di mana Kukar Kreatif harus diistirahatkan.
Kemudian di masa istirahatnya Kukar Kreatif, Erwan mendirikan wadah yang berkaitan dengan budaya.
Pada tahun 2017, Erwan mengibarkan sebuah bendera baru: Rumah Budaya Kutai (RBK). Pembentukan RBK ini, walaupun merupakan ide dari Erwan, ia mempercayakan temannya menjadi ketua dari komunitas ini dan bergerak di rumah ketua RBK yang berlokasi di Jalan Mulawarman, Tenggarong.
Di tahun yang sama Erwan mengibarkan bendera lainnya yang berkaitan dengan literasi, yang dia katakan bahwa gerakan ini sudah direncanakannya sejak ia masih kuliah, tetapi ia tidak berpikir bahwa gerakan ini akan bernama Gerakan Literasi Kutai (GLK).
Nama ini terinspirasi dari Gerakan Literasi Nasional yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada awalnya GLK bergerak dengan struktur sebuah organisasi atau komunitas yang diketuai oleh Erwan sendiri, namun pusat pergerakannya sama dengan RBK, yakni di Jalan Mulawarman.
Tak berselang setelah berdirinya GLK, Erwan mendirikan komunitas baru bernama Keroan Begasing Kutai (KBK), yang diketuai oleh temannya. Pusat pergerakan KBK juga bertempat di Jalan Mulawarman.
Jadi, dalam satu tempat berisi tiga komunitas yang berbeda, buah dari pemikiran Erwan.
Begitu sibuk di home base di Jalan Mulawarman, ia ditegur oleh anggotanya karena menelantarkan rumahnya sendiri di Jalan Kartini.
Maka dari itu, Erwan membawa GLK dan KBK untuk pindah ke rumahnya sendiri di Jalan Kartini.
Karena sibuk mengembangkan GLK, Erwan mempercayakan RBK kepada temannya.
Kemudian, pada tahun 2021 GLK bergerak menjadi sebuah yayasan, yang sekarang namanya Yayasan Gerakan Literasi Kutai. Hal inilah yang membuatnya begitu sibuk mengurus GLK.
Dua tahun lagi Erwan akan pensiun. Di saat orang lain menghabiskan waktu pensiunnya dengan istirahat, dia akan lebih sibuk dalam pergerakan.
Erwan sudah merencanakan apa yang akan dilakukannya, karena ia tidak ingin hanya berdiam diri di rumah. Dia ingin bergerak walau hanya dengan beberapa orang.
Ia memastikan akan kembali ke lembaga yang telah dibangunnya karena dia akan memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk membesarkannya.
“Jadi kebayang aja tuh setelah pensiun bukannya istirahat tapi malah lebih sibuk, tapi aku siap; aku memang suka,” ucapnya.
Selain itu, Erwan juga ingin terjun ke dunia bisnis karena ia senang berbisnis tetapi bukan berlatar belakang pembisnis, maka dari itu Erwan akan lebih banyak belajar mengenai bisnis.
Ia memiliki prinsip bahwa bisnis harus mandiri, tidak meminta kepada orang lain, walaupun itu pemerintah, tetapi jika diberi ia akan tetap menerimanya.
“Kukar Kreatif ini akan aku hidupkan lagi berkaitan dengan bisnis. Mungkin Kukar Kreatif akan bisa lebih optimal di fase itu saat aku pensiun nanti,” katanya.
Laki-laki yang baru saja merayakan ulang tahun pada 10 Februari ini sudah terkena penyakit kencing manis selama dua tahun. Hal ini berpengaruh pada fisik Erwan yang melemah.
Kini, sudah hampir dua bulan ia menjalani terapi, olah raga, dan lainnya. Bukan karena takut terkena komplikasi, tetapi karena ia merasa ada tanggung jawab yang belum dituntaskannya.
“Jika aku terjebak sakit yang harus hanya di rumah saja kan bakal kacau, karena pikiran-pikiran yang bikin aku harus bisa melawan penyakit ini,” ucapnya.
Awalnya, Erwan menganggap hal ini biasa saja. Namun, kini ia lebih serius memperhatikan kesehatannya. Hal itu berdampak pada aktivitas Erwan yang mengurangi kegiatan di luar kantor. Dia fokus pada kewajiban-kewajibannya di kantor serta mengikuti program kesehatan.
Erwan tetap ingin mengembangkan lembaga yang telah dibangun dan dibesarkannya sejak lama. Dia juga ingin ada orang-orang yang bisa melanjutkan apa yang telah dibangunnya.
“Tugasku sekarang adalah berbagi inspirasi. Aku harap ketemu orang-orang yang bisa kudidik untuk melanjutkan itu. Sekarang aku belum temukan orang yang sesuai yang kumau; aku tetap akan cari orang itu,” jelasnya.
Erwan menyesal karena tidak menulis pemikiran-pemikirannya saat ia produktif. Padahal, ia memiliki banyak pemikiran yang dapat diwujudkan dalam pergerakan.
Banyak pemikirannya yang muncul sejak kuliah yang kini terlupakan. Apa yang telah dibangunnya merupakan sisa pemikirannya yang akan diabadikannya dalam bentuk tulisan.
Hal ini juga sebagai pengembangan tulisan yang dimilikinya, yang sebelumnya Erwan juga sudah menulis sebuah buku.
“Pemikiranku kan bercabang: banyak dari ekonomi, budaya, sosial, lingkungan, birokrasi, politik,” terangnya.
Ada hal yang belum pernah Erwan ceritakan kepada banyak orang. Ia telah membuat empat fase di mana tim Berita Alternatif baru mendapatkan cerita sampai di fase ketiga.
Sedangkan fase keempat yang belum Erwan ceritakan merupakan hal yang jarang dibicarakannya kepada orang lain.
Fase keempat ini akan muncul setelah Erwan pensiun. Ia akan membuatnya lebih fokus dan sibuk untuk mewujudkan gagasan tersebut.
“Jadi sebetulnya ya apa pun yang terjadi di fase 1, 2, 3 itu sebetulnya kan inspirasinya dari sini (fase empat),” ucapnya. (*)
Penulis: Nadya Fazira
Editor: Ufqil Mubin