Lampung, beritaalternatif.com – KH. Miftachul Akhyar terpilih sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026.
Ia tentu saja bukan orang baru di kalangan NU. Terutama Nahdliyin dan kalangan pesantren Jawa Timur. Dia lahir dari tradisi dan melakukan pengabdian di NU sejak usia muda.
Kiai Miftah yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya direncanakan menggantikan KH. Ma’ruf Amin. Beliau adalah putra pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah KH. Abdul Ghoni. Ia lahir tahun 1953, anak kesembilan dari 13 bersaudara.
Di NU, Kiai Miftach pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya 2000-2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018 dan Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 yang selanjutnya didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020, di Gedung PBNU, Sabtu (22/9/2021).
Menurut catatan PW LTNNU Jatim, genealogi keilmuan KH Miftachul Akhyar tidak diragukan lagi. Ia tercatat pernah nyantri di Pondok Pesantren Tambak Beras, Pondok Pesantren Sidogiri (Jawa Timur), Pondok Pesantren Lasem Jawa Tengah, dan mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.
Penguasaan ilmu agama Kiai Miftachul Akhyar ini membuat kagum Syekh Masduki Lasem sehingga ia diambil sebagai menantu oleh kiai yang terhitung sebagai mutakharrijin (alumnus) istimewa di Pondok Pesantren Tremas tersebut. Kemudian Kiai Miftachul Akhyar mendirikan Pondok Miftachus Sunnah di Kedung Tarukan mulai dari nol.
Awalnya, dia hanya berniat mendiami rumah sang kakek, tetapi setelah melihat fenomena pentingnya “nilai religius” di tengah masyarakat setempat, maka ia pun membuka pengajian. Ini dilakukan karena konon, kampung Kedung Tarukan terkenal sejak lama menjadi daerah yang tidak ramah pada dakwah para ulama.
Namun berkat akhlak dan ketinggian ilmu yang dimilikinya, dia berhasil mengubah kesan negatif itu sehingga kampung yang “gelap” menjadi “terang dan sejuk” seperti saat ini dalam waktu yang relatif singkat.
Kesederhanaan Kiai Miftachul Akhyar terekam dengan jelas dalam bentuk penghormatan terhadap tamu. Kiai Miftah tidak segan-segan menuangkan wedang dan menyajikan cemilan kepada tamunya. Akhlak ini didapatkannya dari ayahandanya, KH Abdul Ghoni.
Ayah KH Miftachul Akhyar merupakan karib KH M. Usman al-Ishaqi Sawahpulo saat sama-sama nyantri kepada Kiai Romli di Rejoso, Jombang. Terlebih lagi saat sang ayah nyantri kepada Kiai Dahlan Ahyad Kebondalem, sang pendiri MIAI dan Taswirul Afkar. (rimanews.id)