BERITAALTERNATIF.COM – Lahir di Muara Kaman Ulu pada 5 Februari 2004, Muhammad Alfariza merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Ayahnya adalah seorang pengrajin kayu dan ibunya dulu sempat bekerja di perusahaan sawit sebelum akhirnya pensiun karena sakit.
Bagi Alfariza, Muara Kaman Ulu menyimpan banyak kenangan dan keindahan. Ia masih sangat ingat situasi di desa tersebut. Orang-orang masih mengenal dan melestarikan budaya.
Hal yang wajar sebab awal mula sejarah kerajaan Kutai berasal dari Muara Kaman, yang ditandai dengan penemuan prasasti Yupa.
Satu hal yang masih ada hingga sekarang adalah tradisi meletakkan ‘wadah’ berisi air di depan setiap rumah. Wadah ini diperuntukkan untuk orang-orang mencuci kaki sebelum memasuki rumah.
Masa Sekolah
Alfariza memulai masa sekolahnya di SD Negeri 015 Muara Kaman. Selepas dari SD, selain kembali bersekolah, dia juga bekerja mengingat kondisi ekonomi keluarganya sedang menurun.
Ia melanjutkan sekolahnya di SMP Negeri 1 Muara Kaman dan SMA Negeri 1 Muara Kaman.
Saat sekolah dasar, rupanya Alfariza terkendala pada usia yang belum memenuhi untuk bisa melanjutkan pendidikan. Namun, dia diberikan kesempatan oleh para guru untuk melakukan tes dan memenuhi syarat standar sekolah tersebut.
Sampai pada kelas 3 SD, Alfariza kecil yang hobi menggambar diarahkan oleh pihak sekolah untuk mengikuti perlombaan mewakili sekolah pada tingkat desa. Dia pun berhasil pulang dengan gelar juara tiga.
Masuk di masa sekolah menengah pertama, ia mengaku masuk dalam jajaran anak-anak anti-organisasi. Beberapa ajakan dari teman dan guru sering kali ditolaknya.
Namun, ada satu ekstrakulikuler yang begitu diminatnya: pramuka. Alfariza menghabiskan waktunya di sekolah dengan menekuni kegiatannya tersebut. Ia sering mengikuti perkemahan jambore, bahkan pelatihan seperti baris-berbaris hingga cara-cara membangun tenda.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan saat ia di masa SMA. Tidak ada organisasi yang bisa menarik minatnya untuk bergabung dari awal hingga akhir. Namun, sebagai sosok anak yang penuh rasa penasaran, Alfariza seringkali mengikuti beberapa kegiatan ekstrakulikuler untuk melihat dan mempelajari ilmu baru.
Semua hal diikutinya hanya untuk memenuhi rasa penasarannya, mulai dari pasukan pengibar bendera, marching band, kimia, hingga fisika.
Masa Kuliah dan Organisasi
Sebelum memilih Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), Alfariza pernah mendaftar ke beberapa perguruan tinggi lain di Kalimantan seperti Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) dan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, namun tampaknya takdir memang membawa ia untuk masuk ke Kampus Ungu.
Dia memilih Jurusan Manajemen mengingat ia tertarik di bidang kewrirausahaan. Pasalnya, sejak kecil Alfariza pun terbiasa berjualan untuk membantu ekonomi keluarganya.
Sosok yang sejak masa sekolahnya tidak menunjukkan minat terhadap organisasi ini menjatuhkan pilihannya pada oraganisasi eksternal kampus: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Usut punya usut, ia bergabung di HMI karena dilatarbelakangi ajakan dari para senior. Awalnya, dia terus menolak sebab sejak semula sudah diberi pesan untuk fokus pada urusan akademiknya.
Orang tuanya takut apabila ia mengikuti kegiatan lain. Karena itu, perkuliahannya akan terganggu dan tidak bisa lulus tepat waktu. Namun, ada sebuah kalimat yang disampaikan oleh salah satu seniornya yang kemudian menjadi motivasi paling besar bagi Alfariza.
“Jikalau kamu mengikuti organisasi, ada hal yang akan kamu dapatkan lebih dari pada apa yang kamu inginkan,” katanya menirukan kalimat seniornya.
Ia yang menyukai tantangan, jelas kalimat tersebut adalah ujian baginya. Alfariza ingin melihat dan membuktikan secara langsung hal luar biasa dalam organisasi.
Sebagai anak ketiga, ia beberapa kali berkonsultasi kepada sang kakak yang kebetulan juga bergelut dan aktif dalam organisasi. Sang kakak menyarankan untuk masuk ke organisasi yang diminatinya serta bisa membuat ia berkembang dan mengevaluasi diri.
Dalam perjalanannya mencari kebenaran di balik kalimat yang disampaikan oleh sang senior, Alfariza rupanya tumbuh menjadi sosok yang begitu dipercaya.
Dorongan dan dukungan dari para teman-teman terdekatnya beserta para pengurus BEM pun membuat Alfariza naik ke posisi ketua BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unikarta.
Ia hanya bisa menilai kekurangan dirinya, sedangkan penilaian baik terhadap sosoknya datang dari orang lain, sehingga dia pun mengambil tanggung jawab tersebut dan naik sebagai Ketua BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2023-2024.
Setelah terpilih sebagai ketua BEM, Alfariza mulai melaksanakan kegiatan besar pertamanya setelah beberapa kali melakukan upgrading dan follow up, yakni Bakti Kerja Mahasiswa (BKM). Saat itu, mereka melaksanakan BKM di Desa Liang Ulu.
Memasuki masa akhir periodenya, gagasan besar yang dibawanya sebagai ketua adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Menurutnya, meningkatkan kualitas SDM adalah hal yang perlu dan penting.
Dalam kepengurusannya, keaktifan anggota masih berada di tahap normal. Seluruh pengurus bekerja sama untuk menyukseskan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh BEM.
Tantangan terberatnya selama menjabat sebagai ketua adalah menyatukan berbagai pemikiran. Sosoknya sebagai pemimpin pun bukanlah sosok yang banyak bicara, sehingga tantangan-tantangan untuk mendekatkan diri ke para anggota juga merupakan tantangan tersendiri baginya, terutama menyatukan persepsi dari banyak orang mengingat Fakultas Ekonomi dan Bisnis adalah salah satu fakultas dengan jumlah mahasiswa terbanyak.
Para pengurus BEM dinilainya sebagai orang-orang yang berdedikasi tinggi dan penuh rasa peduli satu sama lain. Mungkin ini juga hal yang selama ini dicarinya. Ada hal yang jauh dari bayangannya yang bisa didapatkannya dalam organisasi. (*)
Penulis: Hanna
Editor: Ufqil Mubin