BERITAALTERNATIF.COM – Puluhan sekolah di Kukar telah memasukkan bahasa Kutai dalam mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok).
Tujuannya untuk menjaga kelestarian bahasa Kutai agar tidak tergerus oleh zaman atau mengantisipasi asimilasi bahasa luar.
Staf Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Awang Rifani menyebutkan, pada Juli lalu pihaknya telah menyelesaikan sosialisasi kurikulum muatan lokal di beberapa sekolah di Kukar.
Hal itu dinilainya penting karena bahasa merupakan kekayaan budaya.
Awang menyebutkan, setiap satu kata atau term bahasa memiliki sejarahnya tersendiri. Setiap kata bisa melintasi batas wilayah jika dilacak asal-usulnya.
Ia mencontohkan kata tollu atau tellu yang dianggap oleh kebanyakan orang sebagai bahasa Jawa dan Bugis. Padahal, kata tollu, tellu, dan tolu merupakan bahasa Melayu Kuno yang juga dipakai oleh masyarakat Paser, Dayak Kenyah, Bahau, Tunjung, Benua, bahkan Bima.
“Hal ini menarik untuk dipelajari. Dari situ kita bisa melacak DNA suatu bahasa,” ungkap Awang, Senin (21/8/2023)
Pemerhati bahasa Kutai tersebut menjelaskan, dari bahasa juga masyarakat bisa mengenal ketinggian dan kemajuan suatu peradaban.
Kata dia, kosa kata mampu mencerminkan kebudayaan. Dengan bahasa juga manusia bisa berkomunikasi.
Di Kukar, terkhusus PAUD, SD dan SMP, para guru yang mengajarkan bahasa Kutai sudah dibekali dengan modul atau buku ajar.
Guru-guru di Kukar pun menerapkan modul tersebut sesuai level kelas, seperti kelas 1 sampai kelas 3 SD diajarkan bahasa Kutai melalui dongeng. Ada juga yang diajari seni seperti tarsul.
“Tahun ini kita buat modul untuk kelas 1, 4, dan 7. Tahun depan kita naikkan di kelas 2, 5, dan 8 karena kewenangan kabupaten itu di PAUD, SD dan SMP,” terangnya.
Targetnya, setiap tahun terdapat 100 guru yang akan diajarkan bahasa Kutai, termasuk membiasakan kesenian dan olahraga tradisional Kutai.
“Nanti kita ajarkan bahkan orang luar yang bukan Kutai agar semuanya bisa. Setiap buku modul itu menjelaskan setiap permainan dan seni, jadi ada panduannya, kita ajarkan itu untuk mengantisipasi asimilasi bahasa yang mendominasi,” pungkasnya. (rh/fb)