BERITAALTERNATIF.COM – Pembudidaya ikan dari Kecamatan Muara Muntai Ardy mengaku kehilangan ikan toman puluhan ton karena mati secara mendadak.
Ia menceritakan awal mula fenomena tersebut. Dua pekan lalu, hujan deras mengguyur Muara Muntai. Kemudian, selama tiga hari air pasang serta berubah warna seperti putih susu.
“Air yang awalnya putih susu seminggu kemudian jadi bening kembali,” ucap dia kepada awak media ini pada Minggu (22/10/2023).
Saat air berubah menjadi bening, sekitar 150 ton ikan toman yang dibudidayanya pun mati secara massal.
“Sekitar satu minggu kemudian lagi ikan itu mendadak mati serentak. Jelas kami bingung apa penyebabnya; virus atau limbah,” ujarnya.
Harga ikan toman di Muara Muntai yang semula dijual Rp 30 ribu per kilogram juga turun drastis menjadi Rp 10.000 per kilogram, bahkan beberapa hari terakhir harganya dibanderol Rp 2.000 per kilogram.
“Kerugian ini mencapai Rp 50 juta sampai Rp 100 juta per orang,” ungkapnya.
Ia menyebutkan bahwa setiap pembudidaya ikan di Muara Muntai mengalami kerugian sekitar 4-5 ton ikan toman akibat fenomena tersebut.
Selain ikan toman, ikan emas dan nila yang dipelihara para pembudidaya juga mati mendadak secara massal.
Mereka sudah berupaya melaporkan masalah ini kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kukar agar aparatur dinas tersebut dapat meninjaunya secara langsung ke lapangan.
“Kami sudah mengadu ke OPD terkait. Kabarnya Minggu sore tadi baru sampai untuk melihat keadaan lapangan,” terangnya.
Ardy berharap Pemkab Kukar menggali informasi terkait musabab kematian ikan-ikan tersebut, sehingga para pembudidaya dapat mengatasinya.
“Kalau memang ini virus, kami bisa antisipasi. Kalau dari limbah, mohon segera ditindaklanjuti limbah dari mana ini sampai ikan-ikan kami mati mendadak,” ujarnya. (adv/lt/fb)