Oleh: Zaka Bagus
Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan hama utama tanaman buah yang menyebabkan kerugian hingga 60% akibat kerusakan buah. Serangan lalat betina yang meletakkan telur di dalam buah menyebabkan busuk dan menurunkan kualitas hasil panen.
Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi strategi sanitasi, perangkap, pengendalian hayati, dan varietas tahan mampu menekan serangan hingga 70%. Panduan ini merangkum metode praktis berbasis bukti ilmiah yang mudah diterapkan petani.
Adapun panduan praktis pengendalian lalat buah untuk petani adalah sebagai berikut:
Pertama, sanitasi lahan rutin. Caranya: kumpulkan dan bakar/pendam buah busuk setiap 3 hari sekali; balik tanah di sekitar tanaman untuk memusnahkan pupa lalat, dan potong tanaman inang alternatif (jambu air, belimbing) di sekitar kebun.
Kedua, pasang perangkap sederhana. Metodenya: Gunakan perangkap berwarna kuning cerah dengan lem pekat; tambahkan metil eugenol 1.5 ml di pagi hari (06.00-08.00); pasang 40 perangkap per hektare, jarak 10 meter antar-perangkap, dan ganti atraktan setiap 10 hari.
Ketiga, gunakan varietas tahan. Caranya: Tanam cabai varietas Bara atau TM Rawit (lebih tahan serangan). Untuk tanaman lain, gunakan varietas yang memiliki ketahanan serupa terhadap hama ini.
Keempat, pengendalian hayati. Metodenya: Semprotkan campuran mikroba (Pseudomonas fluorescens atau Trichoderma) 2 minggu sekali pada pohon, buah, dan pangkal batang.
Selain itu, tanam bunga marigold (Tagetes erecta atau Tagetes patula) atau kenikir (Cosmos caudatus) di pinggir kebun untuk menarik parasit alami.
Kelima, pengendalian nabati (sesuai standar MHI), yang meliputi pestisida nabati mimba (Efektivitas 3-5 hari); asam amino MHI (efektivitas 7-10 hari); kombinasi Pesnab+AA MHI bisa sebagai penolak dan meningkatkan ketahanan tanaman.
Keenam, pengendalian kimia (sesuai standar Irac). Lakukan rotasi insektisida (cegah resistensi) sebagai berikut: Spinosad (IRAC 5) → 1 ml/L air, efektif dan ramah lingkungan; Sipermetrin 50 EC (IRAC 3A) → 2 ml/L air, maksimal 2x per musim; Beauveria bassiana (IRAC UN) → 5 g/L air, bioinsektisida alternatif.
Adapun waktu aplikasinya sebagai berikut: Sebelum pembungaan (15–20 HST) → Metil Eugenol + Spinosad; pembuahan awal (45–50 HST) → Sipermetrin/Spinosad (rotasi); pembuahan masif (75–80 HST) → Beauveria bassiana/Sipermetrin (rotasi).
Sebagai tambahan: Hindari penggunaan Sipermetrin berulang untuk cegah resistensi serta gunakan perangkap Metil Eugenol untuk monitoring populasi.
Kombinasikan semua metode di atas untuk hasil maksimal (tekan serangan hingga 70%).
Aplikasi mix Pesnab Mimba MHI+AA MHI untuk meningkatkan efektivitas perlindungan dan menjaga musuh alami.
Hindari penggunaan insektisida kimia secara berlebihan untuk menjaga keberlangsungan musuh alami. Sebagai langkah pencegahan, utamakan penggunaan pestisida nabati (pesnab) dan AA MHI.
Waspadai perubahan iklim—serangan makin tinggi saat suhu panas. (*Dilansir dari grup Facebook Komunitas Metode Hayati Indonesia pada 23 Maret 2025)
Sumber: Informasi dalam panduan ini merujuk pada penelitian akademik dari Universitas Lampung, IPB, UGM, dan institusi pertanian terkemuka; studi lapangan di Brebes, Demak, Tanggamus, serta lokasi budi daya cabai intensif; publikasi pemerintah seperti Kementerian Pertanian serta Dinas Pertanian Jawa Tengah dan Jawa Barat; buku panduan teknis mengenai teknologi pengendalian hama terpadu (IPM) dari Balai Penyuluhan Pertanian; laporan praktik lapangan berdasarkan pengalaman petani mitra penelitian di Jawa Tengah dan DIY; serta laporan penelitian perusahaan, termasuk laporan dari PT Metode Hayati Indonesia, dengan semua metode yang telah diuji efektivitasnya di lapangan dan menunjukkan hasil yang konsisten.