BERITAALTERNATIF.COM – Esti Handayani Hardi menulis surat terbuka setelah dinyatakan tidak lolos sebagai calon rektor Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Surat tersebut diterima media ini pada Rabu (8/6/2022) pagi.
Dalam surat itu, guru besar Unmul Samarinda tersebut menjelaskan, Senat Unmul telah memutuskan lima pendaftar bakal calon rektor. Lima orang di antaranya lulus memenuhi syarat administrasi atau beras. Sedangkan, satu orang tidak memenuhi kriteria pengalaman manajerial minimal dua tahun.
“Dan kandidat yang tidak lolos adalah saya (Prof. Dr. Esti Handayani Hardi),” ungkapnya.
Esti pengaku menerima surat undangan dari panitia penjaringan bakal calon rektor dengan nomor 11/UN17.O1/TP.00.02/2022 pada 20 Mei 2022.
Bermodal pengalaman manajerial yang dimilikinya, Esti kemudian mendaftarkan diri pada 30 Mei 2022.
Adapun sejumlah pengalaman manajerialnya adalah Ketua Program Studi Budidaya Perairan FPIK Unmul (2011-2015) Ketua Tim Akreditasi Program studi Budidaya Perairan FPIK Unmul tahun 2012, serta Manager Keuangan Layanan Internasional Unmul (2012-2014).
Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Pusat Penguatan Kelembagaan dan Pengabdian Kepada Masyarakat LP2M Unmul (2014-2020) dan Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan S3 Unmul (2021-sekarang).
Pengalaman nomor empat dan lima, dalam Peraturan Rektor Unmul Nomor 20 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pengelola, dapat dikategorikan setara dengan Ketua Jurusan.
“Namun ternyata tim panitia penjaringan bakal calon rektor sebagian berpendapat bahwa riwayat pekerjaan di atas tidak dapat memenuhi syarat kriteria manajerial,” tulisnya.
“Dan rapat senat yang diselenggarakan tadi siang (7/6/2022) sepakat saya tidak memenuhi kriteria tersebut. Sebagai dosen, peneliti, dan abdi negara tentu saya menerima keputusan tersebut,” lanjutnya.
Ia mengaku tidak kecewa dengan keputusan tersebut. Esti justru menerima keputusan senat dengan lapang data.
Pasalnya, sejak memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai bakal calon rektor Unmul, dia ingin mengirimkan pesat bawah dosen muda, apalagi perempuan, berani mengajukan diri untuk berkontribusi serta bahu-membahu “berlari” untuk kemajuan Unmul Samarinda.
“Siapa pun yang memiliki kualifikasi harus berani untuk mengajukan diri,” sebutnya.
Kejadian ini, lanjut dia, menjadi alasan bagi seluruh senator Unmul untuk lebih waspada terhadap OTK yang telah dibuat. Sebab, banyak dosen dan civitas akademik Unmul di mana kreativitas mereka tidak terfasilitasi.
Karena itu, dia menitipkan pesan dalam proses pemilihan rektor Unmul. Pertama, ke depan harus ada perempuan-perempuan hebat yang mendaftar sebagai bakal calon rektor Unmul.
Kedua, dia berharap siapa pun rektor ke depan, harus ada afirmasi terhadap isu-isu perempuan. Termasuk ruang kepemimpinan yang mesti diberikan kepada perempuan.
Ketiga, pemilihan rektor ini jangan semata urusan suara, tawar-menawar jabatan, politik dagang sapi, dan sejenisnya. Tapi pemilihan rektor tersebut harus dipenuhi dengan perdebatan program, soal ide dan gagasan bagaimana mengangkat derajat Unmul agar menjadi kampus rakyat dan kampus yang ramah terhadap seluruh persoalan yang dihadapi masyarakat.
Keempat, rektor bukan hanya pimpinan universitas, tapi juga seorang bapak yang dititipi banyak anak (mahasiswa) oleh orang tua untuk menjadikan anak mereka lebih mandiri serta lebih siap menghadapi dunia kerja yang makin berat. “Jadi, tolong pertimbangkan dan juga fasilitasi mereka untuk berkembang sama seperti anak lainnya,” imbuh Esti.
Kelima, dia berharap senat Unmul mengedepankan kredibilitas calon dan program yang disajikan dalam menentukan pilihan.
Dia juga menitipkan beberapa pesan. Di antaranya, Unmul harus berlari lebih cepat serta lebih tanggap menangkap semua peluang dari pemerintah dan swasta untuk pengembangan universitas.
“Kalau boleh saya analogikan, Unmul harus lari seperti lari atletik sehingga penempatan programnya seperti lari sprint, maraton, maupun estafet,” ujarnya.
Adapun masukan lainnya yakni: pertama, Unmul harus mengedepankan bisnis, harus berani mendapatkan pemasukan dari luar UKT mahasiswa, setop menjadikan mahasiswa sebagai sapi perah dan tidak terus-menerus merugi.
Kedua, melakukan perbaikan pengelolaan keuangan agar isu silpa dan sebagainya tidak terjadi lagi.
Ketiga, peningkatan transparansi tata kelola keuangan serta sistem manajerial: profesional, efektif, efisien, inovatif, transparan, berkeadilan, dan partisipatif.
Keempat, Unmul harus menjadi mercusuar untuk semua universitas di Kalimantan Timur. Unmul harus juga memajukan universitas swasta di sekitarnya. “Jangan menjadi raja yang menindas kerajaan di sekitarnya,” tegas Esti.
Dia juga mengucapkan banyak terima kasih untuk semua sahabatnya yang sudah menyemangati dan mengapresiasi langkahnya.
“Insyaallah kita tetap bergerak untuk Unmul lebih baik dari sisi mana pun. Jangan lupa kita tetap harus menyiapkan meja kita sendiri. Saatnya berlari, jika kita tidak mau tertinggal dan terlupakan nanti,” pungkasnya. (*)