Beritaalternatif.com – Era leninisme-komunisme di Rusia telah berakhir segera setelah Uni Soviet runtuh. Namun, sebagian dari nilai-nilai dari paham itu masih diterapkan di negara yang kini dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut.
Pengamat Rusia Albert Muhammad menyebutkan bahwa negara yang dihuni oleh sebagian besar penganut Kristen Ortodoks tersebut kini menerapkan sistem sosialis-demokratis.
Sistem sosialis diterapkan dalam kebijakan-kebijakan ekonomi. Dalam artian, pemerintah mengontrol aktivitas ekonomi masyarakat.
Sementara sistem demokrasi diaplikasikan dalam sistem politik Rusia. Sistem federal memang tak sepenuhnya diterapkan di Rusia. Pasalnya, sebagian kewenangan yang bersifat strategis masih dipegang oleh pemerintah pusat di Kremlin.
Rusia juga membagi wilayah pemerintahan dalam bentuk republik dan daerah otonom. Dari segi ekonomi dan budaya, mereka diberikan kebebasan untuk mengatur wilayah mereka. Sedangkan dari segi politik, pusat masih memegang kewenangan dari aspek tersebut di wilayah yang menerapkan sistem republik dan daerah otonom di Rusia.
Pemilu dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Namun, Kremlin tetap mempunyai kewenangan untuk mengutus siapa yang akan memegang jabatan tertentu di wilayah-wilayah yang diberikan kewenangan untuk mengadakan pemilu.
“Untuk wilayah otonom dan republik, Kremlin tidak akan ikut campur ketika ada calon yang bagus di sana. Kalau di daerah ada orang yang bagus, Kremlin tidak akan mengirimkan orang pusat. Cukup dia terus. Tapi kalau tidak ada yang baik, nanti akan dikirim orang pusat. Sering terjadi seperti itu,” jelasnya.
Posisi Chechnya
Republik Chechnya berada di pegunungan Kaukasus. Di negara tersebut terdapat 9 provinsi. Mayoritas penduduknya beragama Islam. Sebagian lainnya menganut Kristen Ortodoks.
Negara yang dipimpin Ramzan Kadyrov itu mayoritas dihuni Muslim karena wilayahnya berdekatan dengan wilayah yang pernah dikuasai Turki Utsmani.
“Bahasanya tidak mirip Rusia dan Turki, tapi ada beberapa penyerapan dari bahasa Arab,” ungkap Albert.
Milisi sangat gencar berusaha menguasai dan menyerukan kemerdekaan Chechnya dari Rusia pada 1999. Di saat bersamaan, setelah menyelesaikan tugasnya selama dua periode sebagai pemimpin Rusia, Boris Yeltsin menyerahkan kepemimpinan kepada Vladimir Putin. Kala itu, Putin menjabat sebagai Penjabat Presiden Rusia. Langkah pertama yang diambil Putin adalah berkunjung ke Chechnya guna menjembatani dan mengusahakan perdamaian di Chechnya.
Saat itu, Putin disambut layaknya Presiden Rusia pada umumnya. Dalam sebuah jamuan, Putin diberikan minuman sejenis wine. Ia pun menegaskan tidak akan meminum minuman tersebut sebelum tanah Chechnya diliputi kedamaian.
“Operasi Putin kemudian berhasil di Chechnya. Separatis hilang tahun 1999. Maka muncullah Republik Chechnya dengan presiden pertamanya Ahmad Kadyrov. Orang tuanya Ramzan Kadyrov,” bebernya.
“Yang mengangkatnya waktu itu Putin. Itu alasan pertama kenapa Chechnya mendukung mati-matian Putin,” lanjutnya.
Pada tahun 2004, Ahmad meninggal dunia karena diserang komplotan teroris. Sebagai negara mayoritas Muslim, sistem kepemimpinan Chechnya bersifat turun-temurun. Ramzan pun ditetapkan sebagai penggantinya. Namun, saat itu ia belum diberikan kekuasaan penuh di pemerintahan karena usianya belum mencapai 33 tahun.
Ramzan tergolong pendukung setia Putin. “Dia tamengnya Vladimir Putin. Maksudnya apa? Dia yang sangat solid sekali (mendukung Putin),” jelasnya.
Pada setiap ulang tahun pemimpin Rusia tersebut, para pasukan Chechnya akan berkumpul di alun-alun untuk mengucapkan selamat serta melantunkan takbir secara bersama-sama sebagai wujud perayaan ulang tahun Putin.
Saat ancaman dari teroris Suriah meluas terhadap Putin, Ramzan kemudian menyampaikan ancaman balik terhadap kelompok jihadis tersebut. “Dia sangat patuh terhadap perintah Kremlin. Dalam hal ini Putin,” ungkapnya.
Selain suku Slavia, Albert menilai bahwa Ramzan memiliki nasionalisme tinggi terhadap Rusia. Ia selalu menyebut serta menyerukan kepada warganya bahwa Chechnya merupakan bagian dari Rusia.
“Itulah kenapa saat diminta Kremlin mengirim pasukan ke Ukraina, Ramzan pun mengirim pasukannya. Ini bentuk nasionalismenya. Karena dia bagian dari Rusia,” katanya. (*)