BERITAALTERNATIF.COM – Dilansir Press TV, saat Arab Saudi terus melakukan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, termasuk menargetkan warganya yang tinggal di luar negeri, seorang warga negara Yaman-Amerika telah ditahan di Saudi saat melakukan ziarah umrah di Masjidil Haram di Mekkah.
Mohamad Salem ditahan pada 1 November. Ia telah dipindahkan ke fasilitas keamanan maksimum yang biasanya digunakan untuk tahanan politik kelas atas dan tersangka teroris.
Salem, asal Yaman, adalah salah satu dari beberapa orang Amerika yang baru-baru ini berselisih dengan otoritas Saudi.
Abdallah Moughni, juru bicara keluarga Salem yang berasal dari Negara Bagian AS, Michigan mengatakan pada Minggu bahwa Salem melakukan perjalanan ke Saudi dengan dua putranya untuk menunaikan umrah.
Saat mengantre, dia terlibat pertengkaran mulut dengan petugas keamanan yang memisahkan dia dari putra-putranya.
Belakangan, dua pria mendekatinya, mengatakan bahwa mereka berasal dari Libya dan menanyakan apa yang terjadi.
“Pada titik ini, Mohammad sangat marah, dia sangat marah. Dia membiarkannya keluar. Dia berkata, ‘Jika bukan karena Mekkah dan Madinah, kami akan membakar negara ini sampai rata dengan tanah’,” kata Moughni seperti dikutip pada Minggu.
Kedua pria itu ternyata adalah agen Saudi yang menyamar, dan Salem ditahan.
Kerabat Salem semakin mengkhawatirkan kondisinya sejak dia dipindahkan ke Penjara Pusat Dhahban, di mana kelompok hak asasi manusia sebelumnya mendokumentasikan tuduhan penyiksaan melalui sengatan listrik dan cambuk.
Saudi sering dikritik karena tidak menoleransi perbedaan pendapat dan baru-baru ini menjadi sorotan karena menjatuhkan hukuman penjara selama beberapa dekade kepada sejumlah wanita yang men-tweet dan me-retweet postingan yang mengkritik rezim Riyadh.
Bulan lalu, Saad Ibrahim Almadi, seorang warga negara AS berusia 72 tahun asal Saudi, telah menerima hukuman penjara 16 tahun, yang tampaknya karena posting Twitter tentang perang di Yaman dan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018.
Freedom House, sebuah kelompok penelitian dan advokasi, mengatakan bahwa Saudi telah menargetkan kritik di lebih dari selusin negara.
Saudi, sekutu utama AS dan rezim Israel, memiliki salah satu catatan hak asasi manusia terburuk di dunia selama beberapa dekade. (*)
Sumber: Poros Perlawanan